TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Pakaian Adat Jadi Seragam Sekolah

Waduh, Aya-aya Wae Deh Nggak Kebayang Ribetnya

Laporan: AY
Kamis, 13 Oktober 2022 | 11:29 WIB
Anak sekolah dengan pakian adat. (Ist)
Anak sekolah dengan pakian adat. (Ist)

JAKARTA - Kemendikbudristek mengeluarkan aturan baru terkait seragam sekolah. Kini, pakaian adat masuk menjadi seragam sekolah bagi siswa SD, SMP dan SMA.

Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 50/2022 tentang Pakaian Seragam Sekolah Bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Dalam pasal 3 disebutkan, ada tiga jenis seragam sekolah yang digunakan siswa SD, SMP, dan SMA sederajat. Antara lain, pakaian seragam nasional, pakaian seragam pramuka, pakaian adat Pemda (Pemerintah Daerah) sesuai dengan kewenangannya dapat mengatur pengenaan pakaian adat bagi peserta didik pada sekolah.

Aturan seragam sekolah terbaru ini mencabut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Pakaian Seragam Sekolah bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Disebutkan bahwa aturan baru seragam sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kesetaraan di kalangan siswa, sehingga tidak lagi memperhatikan latar belakang sosial ekonomi orang tua atau wali.

Selain itu, pemakaian seragam sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan disip­lin dan tanggung jawab siswa.

“Pakaian adat yang ditetapkan tersebut wajib memperhatikan hak siswa untuk menjalankan agama dan kepercayaannya,” ujar Permendikbudristek Nomor 50/2022.

Para siswa diwajibkan mengenakan ba­ju adat pada hari atau acara adat tertentu yang tercantum pada pasal 10. Sedangkan terkait aturan hari penggunaan seragam, siswa wajib mengenakan seragam na­sional minimal pada hari Senin, Kamis dan hari upacara bendera.

Sementara untuk wilayah Aceh, pada pasal 6 juga disebutkan jika siswa yang bersekolah di Provinsi Aceh dan be­ragama Islam, wajib mengenakan paka­ian seragam nasional sesuai kekhususan Aceh dan peraturan perundang-undangan Pemerintah Aceh.

Mendikbudristek Nadiem Makarim mengatakan, perubahan seragam ini menjadi tanggung jawab orang tua atau wali peserta didik. Meski nantinya akan ada bantuan dari Pemerintah bagi peserta yang kurang mampu.

Nadiem juga menyampaikan, sekolah tidak boleh mengatur kewajiban yang memberikan pembebanan kepada orang tua untuk membeli seragam sekolah baru pada setiap kenaikan kelas dan/atau penerimaan peserta didi

Politikus Partai Demokrat Cipta Panca Laksana mengkritik kebijakan Pemerintah terkait seragam sekolah. Dia menyebut, kebijakan ini sangat tidak masuk akal. Bahkan, Panca menyebut kebijakan ini hanya menambah beban orang tua saja.

Makin nggak jelas Mendikbudristek. Sudah punya tim bayangan 400 orang yang muncul malah aturan beginian. Menambah beban orang tua saja,” ucapnya.

Aktivis Pro Demokrasi (ProDem), Adamsyah Wahab menyebut, taraf ekonomi masyarakat di Indonesia berbeda-beda. Banyak masyarakat yang tidak mampu membeli pakaian adat.

“Untuk membeli pakaian seragam dan buku saja, banyak orang tua mereka sudah jungkir balik,” ujarnya.

Netizen menolak aturan pakaian adat menjadi salah satu seragam sekolah. Alasannya, kondisi perekonomian rakyat belum stabil. Sehingga, sulit membeli baju adat.

Akun @Herijunairi1 mengatakan, masyarakat menengah ke bawah adalah kelompok yang akan paling terdampak dengan adanya aturan baru ini. Untuk me­nyiapkan seragam sekolah yang biasa saja sudah sulit, apalagi disuruh beli pakaian adat segala. “Aya-aya wae Pak Menteri yang satu ini,” ujarnya.

Senada dilontarkan @elangbintang14. Kata dia, buat keluarga kurang mampu, untuk membeli seragam saja sudah su­sah. Apalagi disuruh beli baju-baju adat, hanya akan menambah beban saja.

“Duit maning (lagi) duit maning. Saat beban rakyat sudah berat efek pandemi dan kenaikan bensin, kini ditambah lagi dengan pengadaan baju adat,” timpal @ Praptibanjar.

Akun @MendawaiK meminta Nadiem Makarim mencabut aturan baru kewa­jiban memakai pakaian adat anak sekolah. Dia bilang, tidak semua orang tua murid berpenghasilan besar. Banyak orang tua yang pusing memikirkan biaya sekolah, buku, sepatu dan lainnya.

“Kesimpulan dari aturan ini, memberi­kan beban baru ke wali murid,” tegas @ oretane_ita.

Akun @aradea menegaskan, aturan se­ragam anak sekolah menyusahkan orang tua yang tidak mampu, karena harus beli bermacam seragam. Dia bilang, orang tua harus punya duit minimal Rp 500 ribu untuk menbeli seragam sekolah.
“Kenapa sih kok ribet banget, nggak wajib pakai batik gitu aja deh ah,” ce­tus @Sarvatty. (rm.id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo