TangselCity

Ibadah Haji 2024

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Di Kandang Banteng Puan Masih Nol Koma

Laporan: AY
Jumat, 14 Oktober 2022 | 10:03 WIB
Puan Maharani. (Ist)
Puan Maharani. (Ist)

JAKARTA - Meski sudah sering turun blusukan, elektabilitas Ketua DPP PDIP Puan Maharani belum menunjukkan kenaikan yang signifikan. Bahkan, di kandang banteng sekalipun, elektabilitas Puan masih nol koma.

Kesimpulan itu terlihat dari hasil survei yang dilakukan Charta Politika Indonesia yang memotret tren elektabilitas capres di Provinsi Jawa Tengah (Jateng).

Seperti diketahui, Jateng adalah “kandang banteng”. Banyak kepala daerah di Jateng yang dikuasai kader banteng. Bahkan, Puan sendiri termasuk jawara di Jateng. Dalam dua pemilu legislatif (2014 dan 2019), Puan yang maju dari daerah pemilihan Jateng 5 yang meliputi Klaten, Boyolali, Sukoharjo, dan Solo, mendapat suara terbesar dari para caleg lainnya. Di Pemilu 2014, Puan meraih 369.927 suara, sedangkan di Pemilu 2019 meraih 400 ribuan suara.

Survei Charta ini dilakukan pada 20-27 September 2022 dengan jumlah sampel sebanyak 1.200 dengan margin of error 2,83 persen. Kriteria responden berusia minimal 17 tahun atau sudah memenuhi syarat pemilih yang diwawancara tatap muka. Sampel dipilih dengan metode pemilihan sampel acak bertingkat.

Lalu, siapa yang unggul di Jateng? Ya, lagi-lagi Ganjar Pranowo. Menurut Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, Gubernur Jawa Tengah itu, unggul telak pada simulasi 10 nama di Jateng. Elektabilitas Ganjar meroket hingga 68,3 persen.

Dalam survei tersebut, elektabilitas Ganjar jauh melampaui nama-nama lainnya seperti Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Prabowo jauh di bawah Ganjar dengan raihan 7,5 persen, disusul Anies yang hanya sebesar 6,6 persen.

Ganjar Pranowo menjadi pilihan tertinggi publik sebagai calon presiden. Diikuti urutan berikutnya Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil,” kata Yunarto, kemarin.

Sementara itu, posisi kelima ada Sandiaga Uno, disusul Puan Maharani dengan elektabilitas masing-masing 1 persen dan 0,7 persen.

Bagaimana tanggapan PDIP atas survei ini? Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto santai saja menanggapi hasil survei yang menunjukkan elektabilitas Puan masih kalah jauh dibanding Ganjar.

Kata dia, elektabilitas bukan pertimbangan utama partai dalam memilih calon pemimpin.

Elektoral itu bukan pertimbangan utama (PDIP dalam menentukan pemimpin yang diusung), tetapi pertimbangan kepentingan bangsa dan negara,” kata Hasto, kepada awak media di Sekolah Partai DPP PDIP, Jakarta, kemarin.

Dia menjelaskan, para pemimpin yang diusung PDIP dalam Pemilu seringkali tak mempunyai elektabilitas yang tinggi. Dia mencontohkan, saat pemilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta pada 2012. Saat itu, elektabilitas Jokowi lebih rendah dari gubernur petahana Fauzi Bowo.

Meski begitu, lanjutnya, PDIP bisa membuktikan dapat memenangkan pasangan Jokowi-Ahok. Hasto lalu mencontohkan lagi Pilgub Jawa Tengah pada 2013. Saat itu, elektabilitas Ganjar juga masih lebih rendah dari pesaingnya Bibit Waluyo.

Hasto menerangkan, kedua contoh tersebut menjadi bukti PDIP tak mengandalkan elektabilitas, melainkan kerja keras para kader agar menerima calon pemimpin usungan partai berlambang banteng bermoncong putih.

Dia menjelaskan, para pemimpin yang diusung PDIP dalam Pemilu seringkali tak mempunyai elektabilitas yang tinggi. Dia mencontohkan, saat pemilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta pada 2012. Saat itu, elektabilitas Jokowi lebih rendah dari gubernur petahana Fauzi Bowo.

Meski begitu, lanjutnya, PDIP bisa membuktikan dapat memenangkan pasangan Jokowi-Ahok. Hasto lalu mencontohkan lagi Pilgub Jawa Tengah pada 2013. Saat itu, elektabilitas Ganjar juga masih lebih rendah dari pesaingnya Bibit Waluyo.

Hasto menerangkan, kedua contoh tersebut menjadi bukti PDIP tak mengandalkan elektabilitas, melainkan kerja keras para kader agar menerima calon pemimpin usungan partai berlambang banteng bermoncong putih tersebut.

“Karena kerja kolektif, maka kemudian kita mendorong daya terima melalui pergerakan mesin partai yang menyatu dengan rakyat itulah yang dilakukan PDIP,” jelas Hasto.

Lalu siapa capres yang akan diusung PDIP? Hasto menegaskan, urusan capres merupakan kewenangan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Menurutnya, semua kader PDIP telah memahami prinsip ini.

“Semua kader partai paham bahwa urusan capres dan cawapres itu kewenangan Ibu Mega. Ketika saya bertanya, Ibu Mega menjawab sabar, nanti kita tunggu tanggal mainnya,” kata Hasto, menirukan omongan Mega.

Pengamat Politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin juga yakin, hasil survei ini tak akan mempengaruhi keputusan PDIP untuk mencapreskan Puan. Menurut dia, tiket capres tidak akan diserahkan ke orang lain bahkan ke Ganjar sekali pun.

Karena itu, menurut Ujang, PDIP pastinya akan mempersiapkan sejumlah strategi untuk mendongkrak elektabilitas Puan. Berbagai strategi itu sudah dijalankan seperti dengan blusukan, membagikan sembako, dan lain sebagainya.

Ujang menilai, Mega tentu punya pertimbangan sendiri untuk menentukan capres. Dalam beberapa pidato, Mega menyampaikan elektabilitas itu bukan yang utama. Karena itu, Puan sepertinya akan tetap didorong maju sebagai capres meski elektabilitasnya di bawah Ganjar.

“Selain itu, Megawati juga tidak mungkin ingin mengedepankan orang lain dari pada trah Soekarno sekaligus putrinya sendiri,” tukas Ujang. (rm.id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo