TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

RELIJIUCITY

SEA Games 2025

Indeks

Dewan Pers

Duka Warga Lebak Dan Aceh Ngungsi Di Masjid Selama Tujuh Hari

Terjang Air Deras Hingga Menahan Lapar Saat Bencana Banjir Bandang

Reporter: Nipal
Editor: Redaksi
Selasa, 09 Desember 2025 | 09:30 WIB
Empat orang warga Kabupaten Lebak yang terjebak banjir bandang di Provinsi Aceh, sedang foto bersama dengan pihak BPBD Lebak, usai sampai di kediamannya, Minggu (7/12).
Empat orang warga Kabupaten Lebak yang terjebak banjir bandang di Provinsi Aceh, sedang foto bersama dengan pihak BPBD Lebak, usai sampai di kediamannya, Minggu (7/12).

LEBAK - Empat orang warga Kabupaten Lebak tengah menjadi saksi sejarah dalam peristiwa bencana banjir bandang yang meluluh lantahkan beberapa wilayah di Provinsi Aceh, Kamis (27/11) lalu. Bahkan, 400 pengungsi diantaranya 4 orang warga Lebak tengah mengungsi di di masjid Aceh Darussalam Tamiang.

 

Empat orang itu adalah warga Kampung Lebak Saninten, RT/RW 003/002, Kelurahan Ciujung Barat, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. Mereka terjebak banjir saat berangkat ke Aceh pada (22/11) lalu,dengan tujuan ada tugas pekerjaan di Banda Aceh.

 

Namun, masih dalam perjalanan Medan-Aceh hujan deras disertai badai telah terjadi, bahkan mereka menyaksikan pepohonan tumbang hingga banjir bandang. 

 

Di wilayah Kota Tugu Langsa Aceh, perjalan mereka terjebak banjir dengan ketinggian air satu pinggang, dan akhirnya mereka mengungsi di Polres Langsa.

 

Karena kondisi tidak memungkinkan, mereka bersama warga lainnya telah bergeser untuk mengungsi di masjid Aceh Darussalam Tamiang sampai tujuh hari, tanpa adanya bantuan dari aparat. 

 

Kondisi itu membuat mereka bersama 400 orang lainnya yang mengungsi di masjid tersebut, makan seadanya dan sempat merasakan kelaparan karena tak kunjung ada bantuan yang berdatangan.

 

Kini, keempat orang warga Lebak yang sempat pasrah atas nasibnya yang terjebak banjir bandang tersebut, dapat diselamatkan dan pulang dengan selamat ke Kabupaten Lebak, Minggu (7/12). Kepulangannya setelah dijemput oleh pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak.

 

Korban yang terjebak banjir bandang di wilayah Provinsi Aceh, Rinda Rianti mengungkapkan, peristiwa terjadi banjir bandang pada saat masih dalam perjalanan Medan-Aceh. “Nah itu sudah ada hujan badai di jalan, sepanjang jalan banyak pohon tumbang yang kita temukan,” kata Rinda, Senin (8/12). 

 

Sampai di Kota Tugu Langsa Aceh katanya, dia bersama keluarganya sempat menginap di Polres Langsa, lantaran sudah terjebak banjir. Terlebih kondisi air sudah satu pinggang orang dewasa.

 

“Itu sudah banjir, air juga sudah satu pinggang. Kita bingung akhirnya kita nginep di Polres Langsa menyelamatkan diri. Kita geser lagi, karena mau menyelamatkan diri. Pas di Tugu Langsa air itu sudah satu dada, bahkan semuanya sudah terjebak,” jelasnya menceritakan. 

 

Dia bersama keluarga telah memutuskan untuk berhenti hingga mengungsi di masjid Aceh Darussalam Tamiang sampai tujuh hari. Bahkan mereka sempat merasakan gempa sebanyak tiga kali. 

 

“Waktu itu kita lari ke masjid untuk mengungsi, karena air sudah semakin tinggi. Ada gempa juga yoga kali, terasa goyangnya,” ungkapnya. 

 

Yang diketahui, jumlah warga yang mengungsi bersamanya di masjid itu ada sebanyak 400 orang kurang lebih. Namun, selama tujuh hari tanpa adanya bantuan dari aparat. 

 

“Banyakan yang ngungsi bareng kita disana, kebetulan masjid tinggi juga. Kita di masjid selama tujuh hari, tidak ada bantuan dari aparat. Mobil juga di bawah sudah tenggelam,” keluhnya.

 

“Kita di situ bertahan seadanya, makan minum juga sangat langka. Sebisa-bisanya saja kita di sana. Pokoknya kita di sana menyaksikan langsung bagaimana kejadian itu di sana,” sambungnya. 

 

Rinda mengaku hanya bisa berpasrah ketika berada di pengungsian dan tidak menyangka bisa selamat sampai rumah. 

 

“Kita pasrah semaunya. Karena kami waktu itu kami ngerasa kaya berada di atas lautan. Dan kita di sana gak punya siapa-siapa, pokoknya kami sudah pasrah,” pungkasnya.

 

Katanya lagi, bahwa tujuan ke Aceh lantaran ada keperluan pekerjaan. Akibat terjebak banjir bandang, mereka pun akhirnya memutuskan untuk balik ke Lebak.

 

“Kita punya kerjaan di sana, makanya kita ke sana dan nggak ada hal lain. Memang sebelumnya kita naik pesawat, cuma waktu itu kita ingin lewat darat pakai mobil. Tambah lagi mama pengen ikut, makanya kita pakai mobil berangkatnya,” jelasnya.

 

Rinda mengatakan, dirinya bisa membangun komunikasi dengan pihak keluarga, setelah mendapatkan petunjuk dari warga terkait keberadaan sinyal. 

 

“Saya diarahkan sama warga kasih tahu, ada yang punya sinyal buat menghubungi keluarga. Abis itu saya jalan itu hampir dua kilometer pengen dapat sinyal. Alhamdulillah dikasih sinyal, dan bisa komunikasi sama pihak keluarga,” ungkapnya. 

 

Setelah menyambung komunikasi dengan pihak keluarga dan kerabat, kemudian mereka beralih mengungsi di rumah mantan Bupati Tamiang. 

 

“Kita pindah mengungsi di sana, karena disambungkan oleh teman. Kebetulan beliau mantan Bupati Tamiang. Kalau di sana Alhamdulillah, sudah ada sinyal, listrik juga sudah ada. Nah mau kesana kita ngbeem mobil orang, karena mereka mau jemput tidak bisa,” jelasnya lagi menceritakan. 

 

Setelah itu, Rinda berinisiatif untuk menghubungi istri Bupati Lebak, Belia, melalui Direct Message (DM). “Lewat DM, saya bilang Ibu saya warga Lebak yang terjebak di Tamiang Aceh, mohon bantuannya. Alhamdulillah itu langsung direspon sama Ibu Belia,” katanya. 

 

Rinda mengaku tidak menyangka bisa tiba di kediamannya saat ini. Terlebih, kedatangannya ke Lebak setelah dijemput oleh BPBD Lebak. 

 

“Alhamdulillah kami tidak menyangka bisa tiba di rumah. Alhamdulillah terimakasih kepada Bapak Bupati, Wakil Bupati, Ibu Belia dan BPBD Lebak yang sudah menjemput kami,” tandasnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit