TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

RELIJIUCITY

SEA Games 2025

Indeks

Dewan Pers

Koperasi Merah Putih Metuk Di Boyolali Kerek Kesejahteraan Warga

Gerai Sembako Hingga Klinik Kesehatan Raup Omzet Rp 175 Juta

Reporter & Editor : AY
Selasa, 09 Desember 2025 | 09:19 WIB
Koperasi Merah Putih Metuk di Boyolali Jawa Tengah. Foto : Ist
Koperasi Merah Putih Metuk di Boyolali Jawa Tengah. Foto : Ist

JAWA TENGAH - Upaya Pemerintah meningkatkan taraf hidup masyarakat desa melalui pengembangan Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih mulai menunjukkan dampak menggembirakan. Hal itu salah satunya ditunjukkan Kopdes Metuk, di Kecamatan Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah (Jateng). Kopdes ini menjadi pusat ekonomi warga. 

 

Beroperasi penuh sejak Oktober, Kopdes ini menghadirkan banyak layanan. Mulai dari gerai sembako, gudang penyimpanan hingga klinik kesehatan. Kunci sukses Kopdes ini, menjual sembako dan memberikan layanan dengan harga yang bersahabat. Hal ini yang membuat warga makin ramai berbelanja. Omzet dikantongi Kopdes Metuk pun melonjak. Mulai dari Rp 125 juta menanjak menjadi Rp 177,5 juta dalam satu bulan. 

 

Lokasi Kopdes Metuk sekitar enam kilometer ke utara dari Kantor Bupati Boyolali. Letaknya mudah dikenali karena berada di pinggir Jalan Pangeran Diponegoro Kilometer 5, yang kiri kanannya masih hamparan persawahan. 

Di tengah area yang tenang itu, sebuah bangunan berfasad merah putih berdiri mencolok. Bangunan ini tampak kokoh dengan halaman yang luas. Bisa menampung belasan motor serta beberapa mobil. Dari kejauhan, bentuknya lebih menyerupai ritel modern. Sulit menebak bahwa bangunan itu sebenarnya sebuah koperasi desa. 

 

Begitu pintu dibuka, suasana belanja khas minimarket langsung terasa. Suasana di dalam gerai sembako ini sudah mirip toko modern. Berbagai barang dagangan diklasifikasikan dan ditata di atas rak. Rapi, bersih, dan adem. Petugasnya juga mengenakan seragam. 

 

Gerai sembakonya selalu paling ramai. Di rak-rak depan, terpajang produk UMKM warga. Seperti beras lokal Metuk, abon lele, jamu herbal, keripik tempe, keripik ketela, hingga telur asin. Di bagian lain, air mineral produksi desa berdiri sejajar dengan merek komersial. Kopdes sengaja mengutamakan produk lokal agar perputaran uang tetap tinggal di desa. 

 

Di dalam bangunan seluas 1.126 meter per segi itu, fasilitasnya menyerupai “mini hub ekonomi”. Selain gerai sembako, ada apotek desa, klinik umum, klinik gigi, ruang fisioterapi, dan gudang logistik. 

 

Masih dalam bangunan yang sama, berdiri kantor koperasi. Di sini ada ruang konseling, hingga layanan simpan pinjam. Selain ritel sembako, Kopdes membuka unit bisnis yang tak lazim di mi liki koperasi desa. Yaitu klinik fisioterapi dan klinik gigi. 

 

Manajer Pengelola Kopdes Metuk Sumono mengatakan, ide ini muncul dari hasil 26 kali pengurus menghadiri rapat RT. Keluhan warga yang paling sering yaitu sakit pinggang, pegal linu, dan sakit gigi. 

 

“Dari situ kami terinspirasi membuka layanan terapi dan klinik,” kata Sumono. 

Ia bahkan mendatangkan ahli fisioterapi dari Solo untuk melatih pemuda desa yang berlatar pendidikan kesehatan. Kini, klinik ini jadi primadona warga lansia. Letak puskesmas yang cukup jauh, sekitar lima kilometer, membuat kehadiran klinik ini sangat membantu warga. Selain fisioterapi, Kopdes Metuk juga membuka klinik gigi lengkap dengan peralatannya.

 

Unit usaha lainnya tak kalah penting. Kopdes Metuk memasok gas melon dan beras murah ke warung-warung kelontong di desa. Harga gas 3 kilogram dipatok Rp 18 ribu. Lebih murah dibanding warung yang biasa menjual di atas Rp 20 ribu. Minyak goreng satu liter hanya Rp 15.700. Sayur-mayur dipasok langsung dari petani di kaki Merbabu dan Merapi, sehingga lebih murah, segar, dan selalu cepat habis. 

 

Tak heran, omzet Kopdes melonjak. Oktober, perputaran transaksi masih Rp 125 juta. Masuk November, naik menjadi Rp 177,5 juta. Jumlah anggota Kopdes kini 825 orang, angka besar untuk desa dengan 3.000-an penduduk. 

“Warga antusias karena harga kita bersaing dan barangnya lengkap,” kata Wakil Ketua Bidang Usaha Kopdes Metuk, Aditiya Setyo Pamungkas, kepada Redaksi, Senin (1/12/2025). 

 

Aditya menyebut, layanan pesan antar via WhatsApp jadi favorit. Terutama bagi ibu rumah tangga dan lansia yang kesulitan membawa belanjaan banyak. 

Menurut Sumono, perkembangan Kopdes Metuk yang pesat tidak lepas dari prinsip transparansi. Warga juga memiliki semangat berkoperasi yang kuat, sehingga mudah terlibat dan merasa memiliki. 

 

Semua anggota bisa memantau simpanan, transaksi, hingga poin belanja melalui sistem digital. “Dari kita, oleh kita, untuk kita. Semua terbuka,” ujar Sumono. 

 

Menurut Sumono, masih ada tantangan yang tersisa. Unit simpan pinjam, klinik dan apotek belum beroperasi karena masih menunggu perizinan. “Pengurus berharap akhir tahun semua izin selesai,” ujarnya. 

 

Dukungan warga menjadi bahan bakar utama gerak Kopdes Metuk. Konsumen seperti San, ibu muda yang hampir setiap hari berbelanja di Kopdes, mengaku hidup jauh lebih mudah. “Harganya terjangkau dan lengkap. Enggak perlu lagi ke kecamatan,” katanya. 

 

Sulistiani, pembeli lainnya, bilang Kopdes membuat usaha kecil di desa lebih cepat berkembang. “Masyarakat jadi lebih makmur,” cetusnya. 

 

Pengalaman Metuk menjadi contoh bagaimana Kopdes bisa tumbuh cepat bila didukung infrastruktur digital dan tata kelola modern. Inilah yang ingin dibangun pemerintah lewat program kopdes. 

 

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menegaskan pihaknya terus memperkuat konektivitas, literasi digital, hingga integrasi aplikasi keuangan agar model koperasi modern seperti Metuk dapat direplikasi di desa-desa lain.

 

Menurut Meutya, sesuai Instruksi Presiden, ada dua langkah utama yang dijalankan Kemkomdigi. Pertama, memastikan ketersediaan infrastruktur internet di wilayah koperasi. Kedua, menyiapkan pelatihan atau upskilling bagi pengurus agar mampu mengelola koperasi secara digital. 

 

Harapannya koperasi dapat memberikan layanan yang lebih efisien, transparan, dan mudah, baik bagi pengurus maupun anggota,” ujar Meutya. 

 

Dalam upaya memperkuat digitalisasi koperasi, Kemkomdigi telah berkoordinasi dengan Kementerian Koperasi (Kemenkop) untuk mengintegrasikan Digitalent Academy, platform pelatihan digital milik Kemkomdigi, dengan super apps koperasi yang sedang dikem­bangkan. Integrasi itu dirancang untuk mendukung pengelolaan data anggota, transaksi nontunai, dan monitoring kinerja koperasi secara real time. 

 

“Kami tidak hanya fokus pada pelatihan, tapi membangun ekosistem digital yang memudahkan pengelolaan koperasi secara modern dan partisipatif,” ujar Meutya. 

 

Kopdes Metuk juga menarik perhatian Pemerintah. Bupati Boyolali Agus Irawan menyebut koperasi ini seba­gai model pusat ekonomi baru desa. Sementara Menteri Koperasi Ferry Juliantono, yang meresmikan Kopdes Metuk medio Oktober lalu ikut memberikan apresiasi. Menurut dia, bangunan dan manajemennya Kopdes Metuk sudah “melampaui standar koperasi desa”. 

 

Kopdes seperti ini membuktikan bahwa ritel gotong royong mampu bersaing sehat dengan ritel modern,” kata Ferry. Menurut dia, Kopdes Metuk adalah contoh tentang bagaimana ekonomi rakyat bisa tumbuh dari desa, untuk desa, dan akhirnya untuk negeri.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit