Pemerintah Waspada Dan Lakukan Modifikasi Cuaca, Indonesia Dikepung 3 Siklon
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan Indonesia saat ini dikepung tiga siklon tropis yang berpotensi meningkatkan curah hujan ekstrem dan gelombang tinggi di sejumlah wilayah. Untuk mengantisipasi hal ini, Pemerintah meningkatkan kewaspadaan dan lakukan modifikasi cuaca.
Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani mengatakan, Indonesia akan memasuki puncak musim hujan pada Januari–Februari 2026 dengan peningkatan curah hujan signifikan di Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara. “Selain itu, terdapat tiga siklon yang mengepung Indonesia, yaitu Siklon Bakung, Bibit Siklon 93S, dan Bibit Siklon 95S,” ujar Faisal saat Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Senin (15/12/2025).
BMKG mencatat Siklon Bakung berkembang di barat daya Lampung dan bergerak menjauhi wilayah Indonesia. Namun, intensitasnya meningkat dari kategori 1 menjadi kategori 2. Faisal menambahkan, siklon tropis Senyar yang sebelumnya memicu cuaca ekstrem di Sumatera Utara hanya tercatat pada kategori 1.
Meski saat ini bergerak menjauh, kata Faisal, BMKG memprediksi Siklon Bakung masih berpotensi mendekati wilayah Indonesia dalam dua hingga tiga hari ke depan. “Kami akan terus memantau dinamikanya. Harapannya tidak masuk atau mendekat kembali sehingga tidak memengaruhi curah hujan,” kata Faisal.
Sementara itu, Bibit Siklon 93S terpantau di wilayah Bali, Nusa Tenggara, dan Jawa Timur, sedangkan Bibit Siklon 95S berada di selatan Papua. Keberadaan kedua bibit siklon tersebut berpotensi meningkatkan curah hujan tinggi hingga sangat tinggi serta memicu gelombang tinggi di perairan sekitar.
Menurut Faisal, Indonesia tidak sendiri menghadapi ancaman ini. Indonesia telah ditunjuk Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) sebagai Tropical Cyclone Warning Center. BMKG juga terus berkoordinasi dengan Australia, Jepang, dan India untuk memantau perkembangan Siklon Bakung.
Pada 14 Desember lalu, Siklon Bakung sempat mencapai kategori 3 dengan kecepatan angin hingga 65 knot. Ini sangat berbahaya, kemudian melemah kembali ke kategori 2 dan diharapkan terus turun,” ungkapnya.
Sebagai langkah antisipasi, BMKG melakukan operasi modifikasi cuaca untuk mengendalikan pertumbuhan awan hujan. Awan disemai menggunakan bahan NaCl (garam) agar hujan turun di wilayah perairan, sementara CaO (kalsium oksida) digunakan untuk memecah awan yang telah memasuki wilayah daratan padat penduduk.
“Modifikasi cuaca mampu menurunkan curah hujan sekitar 20 hingga 50 persen dan efektif untuk mitigasi bencana meteorologi,” jelas Faisal.
Saat ini, lanjut Faisal, operasi modifikasi cuaca dilakukan di sejumlah wilayah, antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Lampung. BMKG juga mengembangkan platform informasi cuaca terpadu untuk mendukung transportasi darat, laut, dan udara, di bawah koordinasi Kementerian Perhubungan.
Menurut dia, BMKG juga telah memasang lebih dari 10.000 alat deteksi untuk memantau cuaca, gempa bumi, dan tsunami yang tersebar di 191 daerah di Indonesia. Sepanjang 2025, BMKG mencatat lebih dari 40.000 kejadian gempa, dengan 917 di antaranya dirasakan masyarakat dan 24 bersifat merusak.
Selain itu, Lanjutnya, BMKG mengoperasikan lightning detector di 38 unit pelaksana teknis untuk memantau aktivitas petir, serta mengembangkan prakiraan cuaca berbasis dampak (Impact-Based Forecast/IBF) yang mengintegrasikan risiko, keterpaparan, dan kerentanan.
“Kami bekerja sama dengan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), dan Basarnas. Masyarakat diimbau tetap tenang, namun siaga terhadap potensi hujan lebat dan gelombang tinggi,” tegas Faisal.
Sementara, Menko Infrastruktur dan Pembangunan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menegaskan, Pemerintah siap menghadapi potensi bencana akibat cuaca ekstrem. Operasi modifikasi cuaca, menurut AHY, juga penting untuk menjaga kelancaran distribusi logistik bantuan ke Sumatera.
“Kami menerima penjelasan dari Kepala BMKG. Ini kondisi yang tidak lazim di wilayah tropis. Pemerintah terus melakukan mitigasi,” ujar AHY di Jakarta Pusat, Selasa (16/12/2025).
Sementara itu, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyampaikan Presiden terus memantau perkembangan cuaca, terutama menjelang Natal dan Tahun Baru. Presiden meminta peringatan dini BMKG diperhatikan agar mitigasi dapat dilakukan lebih awal.
Dukungan juga datang dari DPR. Anggota Komisi VIII DPR Sandi Fitrian Noor mendorong sosialisasi peta risiko dan simulasi evakuasi hingga tingkat RT/RW. “Data BMKG bukan untuk ditakuti, melainkan dasar kesiapsiagaan bersama,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi V DPR RI Syaiful Huda mengapresiasi Pemerintah yang mengedepankan pendekatan saintifik dalam menghadapi peringatan BMKG. “Sehingga masyarakat di wilayah-wilayah rawan mendapatkan perhatian khusus agar tak menjadi korban bencana seperti yang terjadi di utara Sumatera,” harapnya.
Sementara, Anggota Komisi VIII DPR Selly Andriany meminta, Pemda tidak mengabaikan peringatan BMKG. “Jangan menunggu bencana,” kata politikus PDI Perjuangan ini.
Dia bahkan meminta Pemda wilayah potensial bencana siap-siap, dari mulai lokasi pengusian hingga edukasi masyarakat. Pemda dimintanya memastikan pemetaan rinci wilayah rawan bencana hingga level desa. “Termasuk, identifikasi kelompok rentan untuk mempercepat evakuasi,” pesannya.
SEA Games 2025 | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 22 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
SEA Games 2025 | 2 hari yang lalu
SEA Games 2025 | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
SEA Games 2025 | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 20 jam yang lalu



