PSG Berjaya, Rebut Enam Trofi Sepanjang 2025

QATAR – Paris Saint-Germain (PSG) menorehkan sejarah gemilang dengan meraih sextuple atau enam trofi dalam satu tahun kalender. Prestasi ini menempatkan Les Parisiens sejajar dengan Barcelona dan Bayern Munchen sebagai klub yang pernah menorehkan pencapaian langka tersebut.

 

Trofi keenam PSG dipastikan usai menjuarai Piala Interkontinental 2025. Pada laga final yang berlangsung di Ahmad bin Ali Stadium, Al Rayyan, Qatar, PSG menundukkan wakil Amerika Selatan, Flamengo, melalui drama adu penalti.

 

Kedua tim bermain imbang 1-1 hingga waktu normal dan perpanjangan waktu. PSG akhirnya keluar sebagai pemenang setelah lebih tenang dalam adu penalti.

Kemenangan ini melengkapi tahun bersejarah PSG di bawah arahan Luis Enrique. Sepanjang 2025, PSG menyapu bersih seluruh trofi domestik dengan menjuarai Ligue 1, Coupe de France, dan Trophée des Champions.

 

Tak hanya berjaya di dalam negeri, PSG juga mencetak sejarah di Eropa. Klub asal Prancis itu meraih gelar Liga Champions pertama dalam sejarah mereka setelah menaklukkan Inter Milan di partai final. Dominasi PSG berlanjut dengan menjuarai Piala Super Eropa 2025, usai mengalahkan juara Liga Europa, Tottenham Hotspur.

 

Capaian ini membuat PSG menjadi klub ketiga dalam sejarah sepak bola yang mampu meraih sextuple. Sebelumnya, prestasi serupa dicatat Barcelona pada 2009 bersama Pep Guardiola dan Bayern Munchen pada 2020 di bawah arahan Hansi Flick.

 

Gelandang PSG Warren Zaïre-Emery menyebut keberhasilan ini sebagai hasil kerja keras seluruh tim.

 

“Kami pantas bangga dengan pencapaian ini. Kami tampil luar biasa melawan lawan yang sangat kuat,” ujarnya.

 

“Namun, kami harus terus menjaga level permainan karena bagian tersulit musim ini masih ada di depan,” tambahnya.

 

Sementara itu, Luis Enrique menegaskan bahwa ambisi PSG untuk terus mencatatkan sejarah belum berhenti.

 

“Misi kami adalah menciptakan sejarah, dan kami ingin terus melakukannya. Setiap final selalu berbeda. Flamengo adalah tim yang sangat kuat, dan ini adalah final yang sangat sulit,” tutup mantan pelatih AS Roma dan Barcelona tersebut.