TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Dolar Menggila, Sri Mulyani Waspada

Laporan: AY
Jumat, 25 November 2022 | 09:36 WIB
(Foto : Istimewa)
(Foto : Istimewa)

JAKARTA - Nilai tukar rupiah yang makin tak berdaya melawan dolar Amerika Serikat (AS) yang terus menggila tak bisa dipandang sebelah mata. Apalagi, kondisi geopolitik dunia saat ini masih belum ada tanda-tanda membaik. Kondisi inilah yang membuat Menteri Keuangan, Sri Mulyani waspada terhadap dampak buruknya bagi Indonesia. 

Kekhawatiran itu disampaikan Sri Mul dalam konferensi pers APBN Kita, kemarin. Dalam pemaparannya, Sri Mul menjelaskan secara rinci tentang perekonomian Indonesia. Tak terkecuali, kondisi eksternal. 

“Pergerakan kurs, dan capital flow, dan US Treasury jadi faktor dominan dalam menjaga keseimbangan dan stabilitas makro maupun sektor keuangan, yang kita waspadai untuk tahun depan,” kata Sri Mul menjelaskan. 

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyebut, pergerakan kurs mata uang, aliran modal, dan obligasi Pemerintah Amerika (US treasury) akan menjadi faktor dominan dalam menjaga keseimbangan dan stabilitas makro ekonomi maupun sektor keuangan. Faktor-faktor inilah yang terus menjadi perhatian Pemerintah tahun depan.

Dinamika pasar keuangan dengan cost of fund yang tinggi dan volatilitas kurs, membuat Pemerintah semakin berhati-hati dalam menjaga perekonomian. Baik dari sektor riil yang masih butuh impor bahan baku maupun dari sisi pinjaman. 

"Untuk di Indonesia sendiri kami di Kementerian Keuangan juga harus melihat secara sangat hati-hati," kata Sri Mul.

Ia menyebut kondisi ini dipengaruhi oleh faktor geopolitik. Terlebih memasuki musim dingin di negara Eropa.

"Tidak hanya retorika, tapi juga eskalasi perang yang terjadi di Ukraina, itu menimbulkan dampak yang luar biasa. Dan ini bukanya menurun, tapi masih cenderung meningkat tensinya," ungkap Sri Mul.

Tak hanya itu, Menkeu mengungkapkan, pasar keuangan global saat ini masih bergejolak, imbas pengaruh kebijakan moneter Amerika. Hal ini yang kemudian berimbas ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Untuk diketahui, hingga sore kemarin, nilai tukar rupiah masih tak beradaya melawan dolar AS. Meskipun tertatat ada penguatan sebesar 22 poin atau 0,14 persen, nilai tukar rupiah masih di atas Rp 15 ribu atau tepatnya di angka 15.665 per dolar AS. Menurut  dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.687 per Dolar AS.

Meski terjadi penguatan, pada dasarnya dolar AS masih menggila. Berdasarkan, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) kemarin, rupiah menguat ke posisi 15.647 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya 15.700 per dolar AS.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengungkapkan, pihaknya terus berupaya melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah.

"Nilai tukar kami tahun ini mati-matian untuk menstabilkan nilai tukar. Kami intervensi dalam jumlah yang besar," aku Perry.

Imbasnya, upaya ini menguras cadangan devisa. Dari semula 139 miliar dolar AS menjadi sekitar 130 miliar dolar AS. Namun, Perry juga terus berupaya agar cadangan devisa itu tidak turun lagi.

Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi menilai, tidak perlu senang dulu dengan penguatan rupaiah yang terjadi kemarin. Kata dia, penguatan rupiah justru berlawanan dengan keadaan yang terjadi di dalam negeri. Sebab, prospek ekonomi global diprediksi akan melambat dan mempengaruhi Indonesia. Hal itu telah berulang kali disampaikan Pemerintah. 

"Tidak ada pemangku jabatan yang mengatakan Indonesia akan alami resesi. Namun ada kesamaan pandangan bahwa kondisi global cukup berat maka perlu ada kehati-hatian," ulas Ibrahim.

Lagipula, dolar AS secara luas melemah, kemarin. Hal itu ditengarai karena investor mendorong prospek laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat dari Federal Reserve.

Pembacaan yang ditunggu-tunggu dari pertemuan Fed 1-2 November menunjukkan para pejabat sebagian besar puas bahwa mereka sekarang dapat bergerak dalam langkah-langkah yang lebih kecil.

“Bulan ini, The Fed menaikkan suku bunga utamanya sebesar tiga perempat poin persentase untuk keempat kalinya berturut-turut dalam upaya untuk menjinakkan inflasi yang sangat tinggi," terang Ibrahim.

Hasilnya, ia memprediksi, untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah dibuka berfluktuatif. Namun, akan ditutup menguat di rentang Rp 15.640 sampai Rp 15.690 per dolar AS

Sumber berita rm.id :

https://rm.id/baca-berita/government-action/150225/dolar-menggila-sri-mul-waspada

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo