TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Turis Asing Yang Ogah Pakai Masker di Jepang Akan Dipulangkan

Oleh: AY/RM.ID
Rabu, 08 Juni 2022 | 13:45 WIB
Turis Asing. (Ist)
Turis Asing. (Ist)

JAKARTA - Pemerintah Jepang tak akan segan memulangkan turis asing, jika mereka tak mematuhi aturan yang ditetapkan. Memakai masker wajib hukumnya.

Selama berada di Negeri Sakura, turis asing wajib menjalankan protokol kesehatan (prokes). Tak cuma memakai masker, tetapi juga rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir/hand sanitizer.

Selain itu, aturan pemerintah setempat juga mewajibkan turis asing memiliki asuransi kesehatan swasta.

Biro travel diminta untuk menjelaskan peraturan, dan hanya mengikutsertakan turis yang bersedia mematuhi aturan tersebut.

Jika melanggar aturan, pemerintah Jepang tak akan segan memulangkan turis tersebut ke negara asalnya.

Aturan yang diumumkan badan pariwisata setempat pada Selasa (7/6), merupakan bagian dari upaya membuka kembali akses pariwisata, setelah Jepang menutup perbatasannya pada awal 2020.

Jepang yang mengalami kelesuan pariwisata sejak awal 2020, akan mengizinkan turis asing yang tergabung dalam grup wisata, untuk berkunjung ke Negeri Sakura mulai 10 Juni mendatang.

Meskipun batas kedatangan dari luar negeri akan digandakan menjadi 20 ribu orang per hari, angka tersebut terbilang sedikit, dibandingkan sebelum pandemi.

Sementara sejumlah kalangan bisnis dan anggota parlemen menyerukan negara untuk mengakhiri batas harian kunjungan turis asing, pemerintahan Perdana Menteri Fumio Kishida tertarik untuk memproyeksikan sikap ketat terhadap Covid-19, menjelang pemilihan Majelis Tinggi pada Juli mendatang.

Dalam usulan pedoman yang diuji dengan sejumlah kelompok wisata pada bulan lalu, turis diminta duduk di kursi yang ditentukan di restoran.

Pemerintah Jepang meminta biro travel merencanakan tur yang menghindari keramaian, dan mencatat pergerakan. Serta menemani mereka yang positif Covid dan kontak erat, dengan fasilitas untuk isolasi.

Soal ini, Ahli Epidemiologi dan Direktur Penelitian Tokyo Foundation for Policy Research Kenji Shibuya menilai, aturan tersebut tidak didasarkan pada bukti ilmiah.

"Sangat tidak ramah bagi para pelancong," kata Shibuya, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (7/6).

Menurutnya, saat ini, tingkat kekebalan Jepang terhadap Covid, sudah terhitung tinggi. Sehingga, kerja pemerintah dalam menangani pandemi menjadi lebih mudah. Kegiatan sosial, semestinya dapat ditingkatkan. 

"Pemerintah memperlakukan turis Jepang dan asing secara berbeda. Perbedaan itu tidak dapat dijelaskan secara ilmiah," ucap Shibuya.

“Tidak ada bukti bahwa turis yang ditemani oleh pemandu wisata, dapat menurunkan risiko infeksi. Dalam situasi endemik, individu justru harus mengelola sendiri risikonya," jelasnya.

Bulan lalu, Jepang telah melonggarkan aturan pemakaian masker. Masker disebut tidak selalu diperlukan di luar ruangan.

Namun, mayoritas orang di Jepang masih terus memakai masker saat berada di luar.

"Mereka masih direkomendasikan untuk tetap memakai masker, saat berada di tempat ramai atau selama percakapan di luar ruangan. Serta di sebagian besar ruang dalam ruangan dan transportasi umum," demikian pernyataan Kementerian Kesehatan Jepang.Tiga Kategori

Kementerian Luar Negeri Jepang menegaskan, negaranya membuka pintu kedatangan bagi turis asing, yang berasal dari negara-negara yang memiliki tingkat infeksi Covid-19 rendah. Sesuai tingkat risikonya, negara dibedakan menjadi tiga kategori: merah, kuning, dan biru.

Wisatawan yang dari 98 negara yang masuk kategori biru, dapat melewati karantina selama mereka lulus tes Covid-19 pra-keberangkatan.

Sementara turis dari negara yang masuk kategori kuning, memerlukan bukti vaksinasi untuk melewati karantina.

Selama pandemi Covid-19 yang berjangkit sejak akhir 2019, Jepang memiliki catatan penanganan yang relatif baik.

Data yang dihimpun John Hopkins University Amerika Serikat menyebut, di antara kelompok negara G-7, Jepang memiliki tingkat kematian terendah per 100 ribu jumlah penduk. (HES/rm.id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo