TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Prof. Tjandra Jelaskan 3 Hal Penting Terkait Wolbachia Singapura Dan WHO

Laporan: AY
Jumat, 17 November 2023 | 11:30 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Direktur WHO Asia Tenggara periode 2018-2020 Prof. Tjandra Yoga Aditama menyampaikan tiga hal penting terkait pemberitaan soal penggunaan nyamuk wolbachia untuk mengatasi tingginya kasus demam berdarah dengue (DBD) di Singapura.

Pertama, pada 21 September 2023, Channel News Asia (CNA) menurunkan berita berjudul “Project Wolbachia: 300 million mosquitoes released but not a silver bullet to deal with dengue, says NEA” (Proyek Wolbachia: 300 nyamuk dilepaskan, tapi bukan peluru perak yang bisa menangani dengue, mengutip NEA).

Sekadar info, peluru perak adalah sebuah peluru yang terbuat dari bahan platinum dan perak. Lazim digunakan di masa Eropa Kuno.

Menurut kepercayaan masyarakat Abad Pertengahan, peluru perak ampuh untuk membunuh manusia serigala.

"Dalam sub judul artikel itu disebutkan, pernyataan Badan Lingkungan Hidup (National Environmental Agency – NEA) Singapura, yang menjelaskan nyamuk wolbachia tak akan bisa berkompetisi di daerah yang memiliki banyak sekali nyamuk. Sehingga, bebannya menjadi "berlebihan" (overwhelmed)," terang Prof. Tjandra dalam keterangannya, Jumat (17/112023).

Dilaporkan pula, kasus dengue di Singapura belum memperlihatkan penurunan yang signifikan, meski penyebaran nyamuk wolbachia sudah dilakukan sejak tahun 2016. 

Tahun 2022, Singapura mencatat 32.173 kasus demam dengue, tertinggi kedua setelah tahun 2020, yang kala itu membukukan 35.266 kasus.

Awal September 2023, Badan Lingkungan Hidup (National Environmental Agency – NEA) Singapura mengingatkan Negeri Merlion, tentang kemungkinan kenaikan kasus dengue di negara tersebut.

Laporan mingguannya menunjukkan beberapa ratus kasus, dengan lebih dari 50 klaster aktif yang terjadi.

Di sisi lain, di beberapa daerah penelitian Wolbachia seperti Tampines, Yishun dan Choa Chu Kang, populasi nyamuk Aedes aegypti turun sampai 98 persen dan kasus dengue sampai 88 persen. Sesuai penjelasan dari anggota Parlemen Baey Yam Ken.

Soal ini, Direktur NEA’s Environmental Health Institute Dr. Ng Lee Ching membenarkan adanya perbaikan. Namun risikonya, tetap ada.

"Even with Project Wolbachia … it doesn't mean that you have no risk (meski dengan proyek wolbachia, tak berarti Anda tak punya risiko, Red)," begitu kata Dr. Ng Lee.

Kedua, keterangan WHO pada 31 Agustus 2022 menyebutkan tentang proses konsultasi publik (call for public consultation) untuk kemungkinan pembentukan Target Product Profiles (TPPs) dari populasi Aedes aegypti dengan wolbachia, terkait intervensi penggantiannya (replacement intervention).

Sekadar catatan, pada Juni 2020, WHO menyampaikan bahwa wolbachia memang berhasil dimasukkan ke nyamuk. Juga berhasil menurunkan kemungkinan penularan berbagai penyakit virus, termasuk dengue, zika, chikungunya dan demam kuning (yellow fever).

"Ketiga, selain pendapat WHO tahun 2021 dan 2022 di atas, tentu akan lebih baik kalau kita juga mendapatkan perkembangan pendapat resmi WHO tentang wolbachia di tahun 2023 ini," kata Prof. Tjandra dalam keterangannya, Jumat (17/11/2023).

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini menjelaskan, laman resmi Dengue WHO edisi 17 Maret 2023 menyebut, pencegahan dan pengendalian dengue bergantung pada pengendalian vektor. Namun, tidak disebutkan secara jelas, cara yang sudah resmi direkomendasikan.

"Yang disebutkan di laman Dengue WHO terbaru Maret 2023 ini adalah cara mengurangi kemungkinan digigit nyamuk. Misalnya, dengan berpakaian tertutup, menggunakan kelambu bila tidur siang, dan memakai penolak nyamuk (mosquito repellents) yang mengandung DEET, Picaridin atau IR3535 dan sebagainya," pungkas Prof. Tjandra.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo