TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Me Time

Oleh: Dahlan Iskan
Editor: admin
Jumat, 12 Januari 2024 | 08:30 WIB
Dahlan Iskan
Dahlan Iskan

SERPONG - TIDAK mudah cari tiket pulang di awal tahun baru. Hari itu saya baru dapat tiket sehari setelah anak-cucu.

Maka setelah mereka meninggalkan Shanghai, saya dan istri termangu: mau ke mana. Harus menghabiskan waktu sisa satu hari.

Pilihan saya naik kereta ke Shantou. Sudah sangat lama saya tidak ke daerah itu. Kabupaten Shantou di selatan Xiamen. Mayoritasnya suku Tiochu. Itulah suku yang juga jadi mayoritas di masyarakat Tionghoa, Kalbar.

Keinginan itu gagal. Tidak dapat tiket kereta ke Shantou. Habis.

Saya pun cari bus. Istri tidak keberatan.

Juga tidak dapat tiket.

Setelah tahun baru kendaraan umum serba full booked.

Kalau begitu ke Meizhou saja. Dekat Shantou. Itulah kota yang mayoritas penduduknya suku Hakka. Murdaya Poo adalah orang suku Hakka.

Rencana itu saya batalkan. Saya ingat: bulan Maret depan saya janji akan ke Meizhou bersama Mimi Tjong, cucu Tjong A Fie, orang suku Hakka terkaya di Medan masa lalu.

Mimi justru belum pernah ke daerah asal leluhurnya. Untuk apa ke Meizhou sekarang. Toh dua bulan lagi akan ke sana.

Akhirnya saya pasrah: ke mana saja. Yang penting ke arah selatan. Mendekat ke Hong Kong. Tiket kepulangan saya ke Surabaya dari Hong Kong.

Bisa saja dari Shanghai saya langsung ke Hong Kong. Bermalam satu malam di situ. Untuk apa. Kan saya baru saja beberapa hari di Hong Kong.

Pilihan terakhir: apa boleh buat, Shenzhen. Toh sudah beberapa tahun tidak ke Shenzhen. Sudah berubah seperti apa kota itu sekarang.

Kami bisa satu malam di Shenzhen. Lumayan. Bisa ber-me time. Keesokan harinya dari Shenzhen bisa langsung naik mobil ke bandara Hong Kong.

Dapat tiket. Dari Shanghai ke Shenzhen saya naik kereta cepat: 7 jam. Itulah pengalaman pertama naik kereta cepat selama 7 jam. Kalau 5 jam sudah beberapa kali.

Hari itu saya tidak dapat tiket kelas 1. Yang kursinya jejer dua di kiri dan dua di kanan. Sudah habis. Saya dapat yang kelas 2: kursinya tiga di kiri, 2 di kanan.

Kenapa 7 jam, ternyata rutenya lewat tengah: Shanghai - Hangzhou - Nanchang - Ganzhou - Shenzhen. Padahal hanya tiga kali berhenti. Tiket untuk rute yang lebih pendek sudah penuh.

Kebetulan.

Saya belum pernah lewat jalur Nanchang - Ganzhou - Shenzhen. Berarti melewati pegunungan yang kini lagi ditambang besar-besaran: tambang tanah jarang.

Itulah salah satu keunggulan Tiongkok: punya tambang besar tanah jarang. Lokasinya ada di kanan jalur Nanchang - Ganzhou.

Saya terkesima: kini ada jalur kereta cepat dari Ganzhou langsung ke Shenzhen. Padahal dulunya dari Ganzhou ke Shenzhen harus lewat Guangzhou. Dengan jalur langsung ini kota kabupaten terpencil Ganzhou pasti akan berkembang pesat.

Pukul 15.00 saya tiba di Shenzhen. Inilah saatnya me time di Shenzhen. Jarang bisa dapat me time seperti itu. Satu malam pula.

Ups. Gagal. Me time itu gagal.

Di stasiun kereta cepat Shenzhen saya sudah dijemput teman: diajak meninjau pabriknya di Dongguan. Ia orang Hong Kong. Kelahiran Dongguan. Kini punya pabrik di kampung asal.

Anda sudah tahu Dongguan: kota kabupaten tetangga Shenzhen. Anda juga sudah tahu: kekuatan ekonomi satu kabupaten ini saja sama dengan separonya satu negara Malaysia!

Tanyalah: ada pabrik apa di Dongguan. Anda jawab ngawur pun akan benar. Ekspor dari kabupaten ini hanya kalah dari satu provinsi Shanghai, dan Shenzhen!

Maka menjelang tahun baru Imlek ini bupati Dongguan pusing: pasti banyak pabrik yang libur. Dua minggu pula. Para buruh pasti mudik Lebaran 10 Februari. Mudik Lebaran adalah segala-galanya: sungkeman ke orang tua.

Bupati Dongguan pun tahun ini punya akal: Pemda memberi subsidi enam arah. Inilah Imlek pesta angpao dari Pemda.

Perusahaan yang berhasil tidak libur, diberi uang. Perusahaan yang pendapatannya naik 25 persen diberi subsidi. Buruh yang tidak mudik diberi uang per orang hampir sebulan gaji.

Saya jadi bergairah mendengar kiat-kiat bupati menjaga ekonomi daerahnya. Tak apalah bahwa itu berarti hilangnya me time di Shenzhen.

Pukul 22.00 saya baru tiba kembali di Shenzhen. Mata sudah lima watt. Obat malam ketinggalan di mobil. Harus nunggu lagi –tinggal 1 watt.

Komentar:
Berita Lainnya
Dahlan Iksan
Bisikan Prabowo
Jumat, 18 Juli 2025
Dahlan Iskan
Delapan Persen
Kamis, 17 Juli 2025
Dahlan Iskan
Jebakan U-dab
Rabu, 16 Juli 2025
Dahlan Iskan
Salahnya Nasib
Selasa, 15 Juli 2025
Dahlan Iskan
Iqro Jimmy
Senin, 14 Juli 2025
Kiki Iswara Darmayana. Foto : Dok. Pribadi
Rakyat Berharap Sekolah Gratis
Minggu, 13 Juli 2025
ePaper Edisi 18 Juli 2025
Berita Populer
01
Lokasi SIM Keliling Tangsel Sabtu 19 Juli 2025

TangselCity | 21 jam yang lalu

02
Delapan Persen

Opini | 2 hari yang lalu

06
Piala AFF 2025

Olahraga | 1 hari yang lalu

07
Ini Dia Sosok Pembunuh Pria di Pondok Aren

TangselCity | 2 hari yang lalu

09
Pelaku Juru Parkir Minimarket Di Pondok Jaya

TangselCity | 2 hari yang lalu

GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit