TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Prabowo: Dulu Saya Dipanggil Pak Menhan, Sekarang Mas Bowo

Laporan: AY
Senin, 29 April 2024 | 08:15 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Presiden terpilih Prabowo Subianto mengaku hubungannya dengan Presiden Jokowi makin akrab. Saking akrabnya, Jokowi sudah tidak lagi memanggilnya dengan sapaan Pak Menhan. Jokowi sekarang panggil calon penggantinya itu, dengan sebutan Mas Bowo.
Keakraban itu diceritakan langsung oleh Prabowo saat menghadiri halal bihalal yang digelar PBNU, di Jakarta, Minggu (28/4/2024). Selain Prabowo, Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka juga hadir.
"Kemarin-kemarin saya masih dipanggil Pak Menhan. Tetapi sekarang sudah lebih akrab dan dipanggil Mas Bowo. 'Jadi Mas Bowo nanti harus berangkat ke sini, dan ketemu ini',” tutur Prabowo, meniru arahan Jokowi.
Bukan hanya makin akrab, Prabowo juga merasa perhatian Jokowi makin besar terhadapnya. Kata dia, Jokowi benar-benar mempersiapkan dan melatihnya sebagai presiden penggantinya.
Termasuk urusan komunikasi politik luar negeri, Prabowo mengaku bila itu arahan dari Jokowi. Misalnya, beberapa waktu lalu dirinya melakukan lawatan ke China dan Jepang. Kata dia, kunjungannya itu merupakan arahan langsung dari Jokowi.
"Sekarang saya diperintahkan untuk ke Timur Tengah. Diminta mengamati dinamika politik di Timur Tengah," ungkapnya.
Eks Danjen Kopassus ini menyebut Jokowi telah menyiapkan dirinya untuk menjadi penerus. Menurutnya, kekalahannya dua kali beruntun dari Jokowi pada Pemilu 2014 dan 2019 adalah salah satu persiapannya.

"Dan untuk itu saya harus sampaikan di sini betapa besar Pak Joko Widodo menyiapkan saya," ungkap Prabowo.
Meski telah ditetapkan KPU sebagai presiden terpilih, Prabowo memastikan tetap bekerja sebagai Menhan. Di sisi lain, ia juga tengah mempersiapkan diri untuk menerima mandat pemerintahan selanjutnya yang secara resmi akan dilakukan pada 20 Oktober 2024 mendatang.

"Masa ini akan kami gunakan dengan sesungguh-sungguhnya untuk menyiapkan diri. Kami belajar masalah, kami kumpulkan para pakar, kami diskusi dengan segala unsur untuk kami rumuskan langkah-langkah," ungkap Prabowo.
Juru bicara Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak menjelaskan soal hubungan bosnya dengan Jokowi. Menurutnya, kedua tokoh itu merupakan negarawan yang patut dijadikan contoh.
Sebab, kedua negarawan ini pernah bertanding keras di dua Pilpres, tetapi pada akhirnya bersanding demi kepentingan bangsa dan negara. "Hubungan beliau berdua menjadi fenomena politik ikonik khas Indonesia yang mungkin jarang terjadi di banyak negara lain," tutur Dahnil saat dihubungi, Minggu (28/4/2024) malam.

Begitu juga soal kesiapan yang diberikan Jokowi. Kata Dahnil, Prabowo merasa selama ini Jokowi memberikan ruang politik kebangsaan yang sangat luas kepada bosnya.
Bahkan, Prabowo belajar banyak. Di antaranya tentang membangun hubungan emosional dan komunikasi yang baik dengan rakyat. "Bagi Pak Prabowo, itu semua bak dipersiapkan sejak awal oleh Pak Jokowi," ungkap Dahnil.

Adakah pesan khusus dari Jokowi? Dahnil menyebut mantan Wali Kota Solo itu ingin program pembangunannya selama dua periode memimpin Indonesia bisa dilanjutkan Prabowo.
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menilai, panggilan Mas Bowo dari Jokowi sangat dalam. Kata dia, panggilan itu menunjukan Jokowi dan Prabowo semakin akrab. Kedua, indikasi bahwa keduanya dwitunggal, dan kompak.
"Cerita Pak Prabowo itu merupakan sinyal, atau pesan terbuka kepada pihak luar bahwa mereka berdua tidak bisa dipecah belah. Pak Jokowi dan Pak Prabowo tidak bisa dipaksa untuk memilih Pak Jokowi atau tokoh lainnya," ulas Qodari, tadi malam.
Ia juga memandang, Prabowo telah dipersiapkan Jokowi untuk menjadi suksesornya. Yakni, seorang yang bisa melanjutkan program dan agenda Indonesia Maju.

"Komitmen itu ditunjukkan paling tegas oleh Pak Prabowo. Jadi yang merupakan satu kesinambungan," kata Qodari.
Ia juga melihat ada kecocokan Jokowi secara pribadi kepada Prabowo. Sehingga keduanya saling percaya, dan mendukung. Hal ini tentu menjadi modal yang baik untuk keberlanjutan program Indonesia Maju 2045.
Qodari juga yakin, peralihan pemerintahan akan berjalan mulus. Bahkan menurutnya, Prabowo seorang presiden terpilih yang beruntung, karena proses transisinya lebih baik dibandingkan sebelum-sebelumnya.

Pada 2004, terjadi peralihan dari Megawati Soekarnoputri ke Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dua orang ini merupakan kompetitor, dan menjadi sebuah patahan sejarah. Kemudian dari SBY ke Jokowi. Saat itu, Jokowi yang diusung PDIP merupakan kompetitor Demokrat.
"Sekarang Pak Jokowi ke Pak Prabowo adalah kerja sama. Bahkan Pak Prabowo bisa berproses dengan duduk di sebelah Pak Jokowi. Sudah mulai melihat bagaimana rapat dipimpin dan keputusan-keputusan diambil," urai Qodari.
Ia menilai saat ini yang harus dilakukan adalah sinkronisasi program Prabowo dengan dukungan Jokowi. Menurutnya, hal ini tidak menjadi masalah, karena Presiden petahana membantu presiden selanjutnya.
"Program-program besar Pak Prabowo sudah mulai disiapkan dari sekarang, dan itu sangat bagus. Karena pada hari pertama Pak Prabowo menjadi presiden dengan menteri-menterinya sudah bisa berlari kencang," pesannya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo