Bulog Catat Rekor, Serap Gabah Petani 2 Juta Ton

JAKARTA - Perum Bulog mencatat rekor bersejarah dalam sektor pangan nasional. Yakni, hingga Awal Mei 2025, berhasil menyerap 2 juta ton beras dari hasil pertanian di dalam negeri.
Keua Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, sektor pertanian muncul sebagai jawara baru sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia, dari sisi lapangan usaha.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (5/5/2025), dari total pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 sebesar 4,87 persen, sebanyak 1,11 persennya dikontribusikan oleh sektor pertanian.
Pertumbuhan tertinggi itu, kata Khudori, mengalahkan industri pengolahan dan perdagangan.
“Sektor pertanian bisa tumbuh tinggi karena ditopang panen raya padi dan jagung pada kuartal I-2025. Selain itu, subsektor tanaman pangan tumbuh hingga 42,26 persen year on year (yoy), juga didorong peningkatan permintaan domestik,” ujar Khudori kepada Redaksi, kemarin.
Khudori menjelaskan, bila dibandingkan dengan produksi beras dan jagung (pipilan kadar air 14 persen) pada kuartal I-2024, total masing-masing hanya 5,6 juta ton dan 3,4 juta ton.
Sedangkan pada triwulan I-2025, produksi beras dan jagung (pipilan kadar air 14 persen) masing-masing naik menjadi 9,04 juta ton dan 4,64 juta ton.
“Ada kenaikan yang lumayan tinggi karena beberapa faktor,” katanya.
Ia menjelaskan, faktor-faktor yang dimaksud antara lain produksi beras dan jagung di tiga bulan pertama tahun ini tinggi, karena luas panen dan tanam yang juga tinggi.
Khudori menjelaskan, selama 3 sampai 4 bulan lalu, iklim atau cuaca saat tanam padi dan jagung dalam kondisi normal. Berbeda halnya dengan tahun 2024, luas tanam rendah karena 3 sampai 4 bulan (September-Desember 2023), atau sebelum Januari-Maret 2024, iklim atau cuacanya tidak normal.
Karena ada El Nino sejak Juni 2023 dan berlanjut hingga April 2024,” jelasnya.
Akibat El Nino, sambung dia, wilayah-wilayah produksi padi dan jagung di berbagai daerah yang tidak ada jaminan pasokan air, akhirnya tidak baik hasil panennya.
“Inilah yang membuat produksi padi dan jagung tertekan akibat dampak El Nino itu,” katanya.
Karena faktor iklim atau cuaca ini, membuat pola produksi bergeser. Yang mana pada 2024, puncak panen padi pada April dan jagung pada Februari.
Sedangkan pada 2025, puncak panen padi dan jagung bergeser sebulan lebih awal, atau Maret dan April. Sementara puncak panen jagung pada Februari.
Karena pergeseran puncak panen, bisa dipahami jika pertumbuhan triwulan I-2025 begitu tinggi,” ungkapnya.
Tak hanya itu, faktor lainnya juga dikarenakan Pemerintah menggencarkan program pompanisasi, penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan), hingga mengembalikan alokasi subsidi pupuk menjadi 9,5 juta ton.
Bahkan, Presiden Prabowo Subianto juga melakukan penyederhanaan mekanisme subsidi pupuk.
Sejak tahun lalu sampai sekarang, Kementerian Pertanian memfokuskan anggaran dan sumber daya manusia untuk menggenjot produksi padi dan jagung.
Jadi wajar saja jika kedua komoditas itu mengalami pertumbuhan tinggi,” kata Khudori.
Terpisah, Direktur Pengadaan Perum Bulog Prihasto Setyanto menyampaikan, hingga saat ini realisasi pengadaan gabah atau beras dalam negeri tahun 2025, tembus 2.000.524 ton setara beras.
Dengan tambahan serapan ini, kata Prihasto, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) mencapai 3,6 juta ton hingga 8 Mei 2025.
“Ini merupakan pencapaian tertinggi dalam 57 tahun berdirinya Bulog. Kami berhasil menyerap lebih dari 2 juta ton setara beras dari hasil petani dalam negeri hingga awal Mei 2025,” ujar Prihasto kepada Redaksi, kemarin.
Prihasto menegaskan, pencapaian ini menunjukkan komitmen Bulog dalam mendukung petani nasional, sekaligus menjaga ketahanan pangan nasional.
Stok tersebut siap digunakan untuk mendukung berbagai program Pemerintah sesuai penugasan.
Adapun realisasi penyaluran Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) tahun 2025 sebanyak 181.173 ton. Sementara sepanjang 2024, realisasi penyaluran bantuan pangan mencapai 1.970.881 ton.
Pihaknya akan terus melanjutkan penyerapan hasil panen petani secara optimal, guna memastikan harga gabah tetap menguntungkan petani. Sekaligus menjaga ketersediaan beras yang cukup bagi masyarakat.
“Sesuai penugasan Pemerintah, kami membeli gabah kering panen dari petani dengan harga Rp 6.500 per kilogram (kg),” katanya.
Langkah itu direalisasikan melalui Tim Jemput Gabah Perum Bulog, bekerja sama dengan penyuluh pertanian dan Bintara Pembina Desa (Babinsa) di lapangan.
Kami pastikan, Bulog terus melakukan penyerapan sampai seluruh gudang penuh,” janjinya.
Saat ini Bulog memiliki 476 komplek gudang dan ada beberapa gudang yang sewa bersama mitra dan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) lainnya.
Pihaknya juga terus melakukan penyerapan gabah kering panen melalui petani langsung, kelompok tani dan gabungan kelompok tani.
“Kami juga melakukan penyerapan beras, bekerja sama dengan para penggilingan padi di seluruh Indonesia, mulai dari skala penggilingan kecil hingga besar,” imbuhnya.
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 11 jam yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu