TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Kemacetan Di Jakarta Menurun

Reporter: Farhan
Editor: AY
Sabtu, 12 Juli 2025 | 07:27 WIB
Gubernur Jakarta Pramono Anung. Foto : Ist
Gubernur Jakarta Pramono Anung. Foto : Ist

 JAKARTA - Jakarta lengser dari daftar Kota termacet di dunia. Artinya, kemacetan di Ibu Kota menurun signifikan. Mesti begitu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI tak boleh cepat puas, karena masih banyak titik kemacetan akut.

 

Di hadapan para gubernur se-In­donesia, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyatakan, Jakarta tidak lagi menjadi kota termacet.

 

Menurut Pram, tingkat ke­macetan di Jakarta mengalami penurunan signifikan. Sehingga, kini Jakarta menempati posisi ke­lima kota termacet di Indonesia. Hal ini berdasarkan data Tom­Tom Traffic Index, perusahaan teknologi navigasi asal Belanda.

 

“Jakarta yang biasanya ranking satu di Indonesia, sekarang nomor satunya Bandung,” kata Pram dalam acara Rapat Koordinasi Pemberantasan Korupsi yang digelar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama para gubernur se-Indonesia di Ancol, Jakarta Utara, Kamis (10/7/2025).

 

Dia berkelakar, survei Tom­Tom Traffic Index mungkin dilakukan pada Rabu, ketika Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemprov DKI diwajibkan meng­gunakan transportasi umum, yang baru dua bulan diterapkan. “Jangan-jangan surveinya pas hari Rabu,” guyon mantan Wakil Ketua DPR ini.

 

Menurut Pram, salah satu penyebab utama membaiknya lalu lintas di Jakarta adalah pengoperasian beberapa rute baru Bus Transjabodetabek yang dia resmikan. Ada enam rute baru, yakni Alam Sutera-Blok M, PIK 2-Blok M, Bogor-Blok M, Sawangan-Lebak Bulus, Vida Bekasi-Cawang, dan Beka­si-Dukuh Atas.

 

Selain itu, Pemprov DKI menerapkan tarif terjangkau untuk mendorong masyarakat ber­pindah dari kendaraan pribadi ke transportasi umum. Hal ini dilakukan untuk mengubah ke­biasaan masyarakat yang selama ini cenderung bergantung pada mobil atau motor pribadi.

 

“Pagi hari, sebelum pukul 7, tarifnya hanya Rp 2.000. Setelah pukul 7, Rp 3.500. Kenapa Jakar­ta memaksakan ini? Untuk mengubah kebiasaan menggunakan kendaraan pribadi menjadi naik transportasi umum,” jelasnya.

 

Transportasi umum yang kini semakin terintegrasi dari berbagai wilayah penyangga seperti Bogor, Bekasi, Depok, PIK2 dan Alam Sutera, menurut Pram, efektif membantu mengurai kemacetan Jakarta. Akses langsung ke pusat kota seperti Blok M, Cawang, Lebak Bulus, dan Du­kuh Atas menjadi kunci.

 

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta August Hamonangan mengapresiasi capaian dan langkah Pemprov DKI dalam mengurangi kemacetan. Se­hingga, Jakarta tidak lagi berada di top 10 kota termacet di dunia.

 

Ini merupakan langkah awal dalam upaya mengentaskan kemacetan. Karena, meskipun berkurang, kemacetan masih terjadi di Jakarta, terutama pada saat jam sibuk,” kata August, Kamis (10/7/2025).

 

Menurutnya, sangat mudah mengidentifikasi beberapa lo­kasi titik kemacetan yang masih akut di sejumlah ruas jalan di Jakarta. Salah satunya, jalan tol di Cawang. Kendaraan yang datang dari arah Bekasi dan Bo­gor lewat Jagorawi, mengantre untuk masuk ke Tol Dalam Kota. “Itu kemacetan panjang yang jadi momok bagi orang-orang ketika berangkat dan pulang kantor,” tandasnya.

 

August juga menyoroti ke­macetan yang terjadi tidak jauh dari Balai Kota dan Ge­dung DPRD DKI, yakni Jalan Sudirman dan Thamrin. “Ini merupakan jalan protokol, tapi ada kemacetan panjang. Malahan, kondisinya semakin parah ketika hujan turun beberapa hari belakangan ini,” ujarnya.

 

Selain itu, lampu merah dan persimpangan jalan di Mam­pang, Jakarta Selatan, juga masih jadi masalah. Dampak macetnya bisa terasa sampai Jalan Rasuna Said. Karena itu, August meng­ingatkan, Pemprov DKI jangan terlena dan puas dengan data TomTom Traffic Index.

 

Dia mendesak Pemprov DKI untuk menggencarkan upaya mengurai kemacetan. Sebab, meski data terbaru yang menun­jukkan kemacetan di Jakarta berkurang, masyarakat tetap merasakan kemacetan. “Jadi, kami berharap Mas Pram terus melakukan perbaikan untuk mengurai kemacetan,” pintanya.

 

Dilansir TomTom Traffic In­dex, Bandung, Jawa Barat, merupakan kota nomor satu ter­macet di Indonesia, dan berada di urutan ke-12 dunia dengan waktu tempuh per 10 kilometer (km) 33 menit.

 

Nomor dua, Medan, Sumatera Utara, yang berada di peringkat 15 dunia, dengan waktu tempuh per 10 km 32 menit. Ketiga, Palembang, Sumatera Selatan, yang berada di ranking ke-53 dunia, dengan waktu tempuh per 10 km 28 menit.

 

Keempat Surabaya, Jawa Timur, yang menempati posisi ke-70 dunia, dengan waktu tem­puh per 10 km 27 menit. Kelima Jakarta, ranking 90 dunia, dengan waktu tempuh per 10 km 26 me­nit.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit