Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 5,12 Persen, Lebih Tinggi Dari Ekspektasi Pasar

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 melaju lebih kencang dari perkiraan. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 menunjukkan akselerasi signifikan. Melampaui ekspektasi pasar. "Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat tumbuh 5,12 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), jauh di atas konsensus yang memperkirakan di bawah 5 persen," kata Josua Pardede, dalam keterangan tertulis kepada tangselpos.id, Selasa (5/8/2025).
Josua menjelaskan, capaian ini juga lebih baik dibandingkan pertumbuhan 4,87 persen pada kuartal I-2025. Namun secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi semester I-2025 masih sedikit tertahan di angka 4,99 persen yoy, tepat di bawah ambang psikologis 5 persen.
Dari sisi pengeluaran, lonjakan pertumbuhan terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Konsumsi rumah tangga tumbuh stabil di 4,97 persen yoy. Ditopang oleh peningkatan mobilitas masyarakat selama periode Idulfitri dan libur nasional. Sementara itu, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi melonjak dari 2,12 persen menjadi 6,99 persen yoy. Didorong oleh peningkatan belanja modal pemerintah dan naiknya impor barang modal.
Secara keseluruhan, kontribusi konsumsi rumah tangga dan PMTB mencapai 4,70 poin persentase terhadap PDB, jauh lebih besar dibandingkan 3,29 poin pada kuartal sebelumnya," jelas Josua. Di sisi lain, kontribusi ekspor neto menyusut dari 0,71 menjadi hanya 0,22 poin, seiring meningkatnya ketegangan perdagangan global.
Secara sektoral, pertumbuhan paling kuat tercatat di sektor manufaktur dan konstruksi. Manufaktur tumbuh 5,68 persen yoy, sementara konstruksi mencatat lonjakan pertumbuhan menjadi 4,98 persen yoy. "Keduanya menjadi motor pemulihan ekonomi di tengah ketidakpastian eksternal," tambah Josua.
Meski pertumbuhan terlihat menjanjikan, Josua mengingatkan bahwa tantangan global masih membayangi, terutama akibat potensi eskalasi perang dagang antara AS dan China. Ia mencatat, pemangkasan tarif resiprokal AS terhadap barang Indonesia dari 32 persen menjadi 19 persen bisa sedikit meredam tekanan.
Namun secara umum, ketegangan dagang tetap membawa risiko negatif bagi ekonomi nasional," ujarnya.
Ia juga melihat peluang pemulihan investasi swasta terbuka, didorong oleh kebijakan tarif impor 0 persen untuk barang modal dari AS. Akses lebih mudah terhadap barang modal diharapkan mendorong ekspansi sektor manufaktur dan konstruksi.
Secara keseluruhan, Josua memperkirakan ekonomi Indonesia sepanjang 2025 akan tumbuh di kisaran 4,7–5,1 persen, sedikit di bawah realisasi tahun lalu yang mencapai 5,03 persen.
Untuk menjaga momentum pertumbuhan di atas 5 persen, stimulus fiskal dan moneter perlu dipertahankan. Bahkan, ada ruang bagi Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan hingga 50 basis poin, jika arah kebijakan The Fed mulai longgar," tutupnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 mencapai 5,12 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini menunjukkan stabilitas pemulihan ekonomi nasional yang masih terjaga di tengah dinamika global.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, menyampaikan bahwa produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada periode April–Juni 2025 mencapai Rp 5.947 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp 3.396,3 triliun.
Nasional | 2 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 22 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 9 jam yang lalu
Pos Banten | 22 jam yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Galeri | 21 jam yang lalu