TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

RELIJIUCITY

SEA Games 2025

Indeks

Dewan Pers

Sport Tourism Jadi Mesin Baru Pertumbuhan Ekonomi

BUMN dan Negara Dorong Event Olahraga Sebagai Kebijakan Strategis

Reporter: Farhan
Editor: AY
Selasa, 09 Desember 2025 | 10:19 WIB
COO Danantara Dony Oskaria (kiri) foto bersama Menpora Erick Thohir. Foto : Istpsw
COO Danantara Dony Oskaria (kiri) foto bersama Menpora Erick Thohir. Foto : Istpsw

JAKARTA - Event olahraga kini kian dipandang sebagai penggerak ekonomi baru dalam ekosistem pariwisata global. Indonesia dinilai memiliki modal besar untuk memanfaatkan momentum sport tourism sebagai instrumen pertumbuhan ekonomi jangka panjang, dengan dukungan kebijakan negara dan keterlibatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

 

Chief Operating Officer (COO) Danantara Dony Oskaria menilai berbagai event olahraga internasional terbukti mampu memicu aktivitas ekonomi lintas sektor, mulai dari transportasi, perhotelan, hingga perputaran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). 

 

“Sport tourism bukan lagi sekadar event swasta atau hiburan, tapi sudah menjadi kebijakan strategis negara untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang,” ungkap Dony dalam diskusi Sports as Destination: Unlocking Indonesia’s Tourism Potential di Indonesia Sports Summit 2025, Jakarta, Minggu (7/12/2025). 

 

Menurut Dony, pengalaman sejumlah negara menunjukkan event olahraga besar didesain sebagai bagian dari strategi nasional. Oleh karena itu, keterlibatan negara menjadi faktor penting agar manfaat ekonomi dapat dirasakan secara berkelanjutan. 

 

Sport tourism bukan lagi event private. Di banyak negara, ini sudah menjadi country policy yang didukung penuh demi impact jangka panjang,” ujarnya. 

Ia menegaskan bahwa pembiayaan event olahraga berskala besar lazimnya bersifat hybrid. Negara berperan memastikan arah kebijakan dan keberlanjutan, sementara sponsor dan media turut mendukung dari sisi komersial. 

 

“Event besar tak bisa dipandang sebagai urusan swasta. Harus ada perspektif negara agar Indonesia tak tertinggal dari negara tetangga, seperti Singapura,” kata Dony. 

 

Sejumlah contoh internasional menunjukkan dampak nyata sport tourism terhadap perekonomian. Singapore Grand Prix 2025, misalnya, mampu mendorong peningkatan penerbangan hingga 63 persen selama periode penyelenggaraan. Sementara Berlin Marathon secara rutin menarik sekitar 85 ribu peserta setiap tahun dan membuat okupansi hotel menembus 90 persen. 

 

Sport tourism menjadi daya tarik ekonomi baru. Indonesia tak boleh ketinggalan,” ucapnya. 

 

Di dalam negeri, MotoGP Mandalika disebut memberikan kontribusi ekonomi signifikan. Selama penyelenggaraan, dampak ekonomi tercatat mencapai Rp 388 miliar, dengan potensi efek jangka panjang hingga Rp 4,8 triliun. Meski demikian, Dony mengingatkan pentingnya penguatan model bisnis agar event-event besar dapat berkelanjutan. 

“Namun, meski berdampak besar secara ekonomi dan branding, model bisnis korporasi saat ini diragukan keberlanjutannya tanpa dukungan kebijakan negara,” jelasnya. 

Tantangan lain yang perlu dibenahi adalah regulasi pendukung, termasuk pengelolaan harga kamar hotel di lokasi event. Menurut Dony, kebijakan perlu dirancang agar tetap memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

 

Masyarakat harus tetap mendapat manfaatnya. Itu yang harus diselesaikan,” katanya. 

 

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menyampaikan bahwa sport tourism merupakan salah satu sumber utama pendapatan ekosistem pariwisata. Survei Expedia Group menunjukkan, 44 persen wisatawan bersedia bepergian ke luar negeri demi menyaksikan event olahraga. 

 

Wisatawan olahraga dikenal sebagai kelompok dengan tingkat belanja tinggi, dengan rata-rata pengeluaran sekitar 1.600 dolar AS atau setara Rp 26,6 juta per kunjungan. Secara global, sport tourism menyumbang sekitar 10 persen dari total belanja wisatawan dan diproyeksikan tumbuh hingga 17,5 persen pada periode 2023–2030. 

“Karena itu, Indonesia harus bergerak cepat dan strategis,” ujar Widiyanti. 

 

menilai Indonesia memiliki banyak fasilitas olahraga ikonik yang dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata sepanjang tahun. Sejumlah event nasional telah memberikan dampak ekonomi nyata, seperti Jakarta Running Festival, Tour de Banyuwangi Ijen, serta Pocari Sweat Run di Lombok yang menarik 9 ribu peserta, dengan 70 persen berasal dari luar daerah. 

“Event ini menghasilkan dampak ekonomi Rp 85,5 miliar yang menggerakkan akomodasi, restoran, transportasi, dan UMKM lokal,” ungkapnya. 

 

Widiyanti mendorong sinergi Pemerintah Pusat dan Daerah dalam menyusun strategi sport tourism yang terintegrasi, melibatkan federasi olahraga, pelaku swasta, investor, serta komunitas. 

 

Tujuannya agar sport tourism tak hanya membanggakan, tapi memberi manfaat ekonomi dan sosial,” ujarnya. 

 

Sementara itu, Dony menjelaskan pengembangan sport tourism perlu dilihat dalam kerangka yang lebih luas. Ia menyebut tiga pilar utama yang mendorong dampak ekonomi, yakni pameran internasional, forum global, serta event hiburan berskala besar. 

Ia juga menyinggung pentingnya pendanaan jangka panjang melalui skema khusus seperti Sustainability Tourism Fund, yang pernah dirancang untuk menopang penyelenggaraan event-event besar secara berkelanjutan. 

 

Waktu saya bersama Pak Erick Thohir di Kementerian BUMN, kami mulai merancang roadmap dana ini. Kini sudah diteruskan di Kemenpar, jadi mari kita dukung,” katanya. 

 

Menutup paparannya, Dony menekankan perlunya keberanian untuk bersaing secara regional. 

 

“Sport tourism harus menjadi enabler utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebagai bagian dari kebijakan negara yang terintegrasi,” pungkasnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit