TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

RELIJIUCITY

Indeks

Dewan Pers

WNI Di Nepal Diminta Waspada

Reporter & Editor : AY
Kamis, 11 September 2025 | 07:51 WIB
Demo di Nepal. Foto : Ist
Demo di Nepal. Foto : Ist

NEPAL - Tentara Nepal mengambil alih keamanan di ibu kota Nepal, Kathmandu, Rabu (10/9/2025), menyusul kerusuhan terburuk dalam dua dekade di negara yang berada di kawasan Himalaya itu.

 

Namun situasi masih dinamis. WNI diminta agar meningkatkan kewaspadaan dan menghindari kerumunan.

 

"Pemerintah Indonesia melalui KBRI Dhaka terus memantau perkembangan serta siap memberikan bantuan jika dibutuhkan oleh WNI yang berada di Nepal," kata Direktur Pelindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha, Rabu (10/9/2025).

 

Pemerintah Indonesia melalui KBRI Dhaka telah mengambil langkah cepat menyikapi kondisi ini. Diketahui, KBRI Dhaka yang ada di Bangladesh memiliki wilayah akreditasi mencakup Nepal.

 

“KBRI Dhaka telah berkoordinasi dengan otoritas setempat, Konsul Kehormatan RI di Nepal, serta menjalin komunikasi aktif dengan komunitas WNI yang ada di sana. Hingga saat ini, tidak ada informasi mengenai WNI yang menjadi korban dalam kerusuhan tersebut,” tutur Judha.

 

Menurut data KBRI Dhaka, terdapat 57 WNI yang tinggal menetap di Nepal. Selain itu, saat ini juga terdapat 43 anggota Delegasi RI yang sedang menghadiri beberapa konferensi internasional di Kathmandu, 2 anggota TNI yang sedang menjalani pelatihan, serta 23 wisatawan WNI yang sedang berkunjung.

 

Imbauan untuk WNI di Nepal

 

Dalam situasi yang terus berkembang, KBRI Dhaka telah mengeluarkan imbauan kepada seluruh WNI di Nepal. WNI diminta agar meningkatkan kewaspadaan dan menghindari area kerumunan atau lokasi demonstrasi. WNI di Nepal juga dihimbau untuk memantau perkembangan situasi melalui sumber resmi pemerintah dan media kredibel.

 

Judha juga meminta agar WNI segera melakukan lapor diri kepada KBRI Dhaka bagi yang belum terdata, khususnya para wisatawan. Selain itu, Kemlu RI juga menyediakan kontak darurat yang dapat dihubungi oleh WNI di Nepal. Yaitu, hotline KBRI Dhaka +8801614444552, serta Konsul Kehormatan RI di Kathmandu di nomor +9779851046514 atau +9779801190989.

 

Kronologi Kerusuhan Nepal

 

Digerakkan Generasi Z pecah di berbagai kota, termasuk ibu kota Nepal, Kathmandu. Aksi protes dimulai pada Senin (8/9/2025) yang dipicu keputusan Pemerintah Nepal memblokir 26 platform media sosial populer seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, YouTube, dan X.

 

Polisi berusaha membendung demonstram dengan menembakkan peluru tajam. Korban berjatuhan. Dikabarkan 19 orang tewas dan 300 orang terluka termasuk polisi terluka.

 

Malam hari, Pemerintah berupaya meredam kemarahan masyarakat dengan mencabut larangan medsos. Namun, massa sudah terlanjur marah.

 

Kerusuhan berlanjut. 9 September 2025 Menteri Dalam Negeri Ramesh Lekhak dan Menteri Pertanian Ramnath Adhikari mengundurkan diri atas tanggung jawab moral menyusul korban jiwa dalam protes. Hanya dalam hitungan jam, Perdana Menteri K.P. Sharma Oli juga mengajukan surat pengunduran diri kepada Presiden Ramchandra Poudel.

 

Sore hingga malam, situasi makin tak terkendali. ribuan orang menolak aturan jam malam. Mereka turun ke jalan. Massa mulai membakar gedung-gedung pemerintah di kawasan elite dan rumah pejabat.

 

Pada 10 September 2026, militer diterjunkan. Panglima Angkatan Bersenjata Ashok Raj Sigdel mengimbau dialog damai untuk mencegah situasi makin tidak terkendali.

 

Berlakukan Jam Malam

Dengan pengeras suara, tentara mengumumkan pemberlakuan jam malam sementara kendaraan lapis baja melintas di antara bangkai mobil dan gedung-gedung yang hangus terbakar.

 

Kerusuhan ini mencuat sebagai bentuk kekecewaan masyarakat, khususnya kalangan muda, terhadap berbagai persoalan mendalam yang membelenggu Nepal. Di antaranya korupsi yang merajalela, memburuknya kondisi ekonomi, serta pembatasan kebebasan berekspresi.

 

Pemerintah berdalih bahwa langkah ini dilakukan guna mencegah penyebaran hoaks dan ujaran kebencian. Namun, masyarakat menilai tindakan ini sebagai upaya pembungkaman suara publik dan pelanggaran kebebasan sipil.

 

Aksi ini kemudian dikenal sebagai “Protes Generasi Z”, karena sebagian besar pesertanya merupakan anak muda dan pelajar. Protes menyebar dari Kathmandu ke kota-kota lain seperti Pokhara dan Itahari.

Komentar:
ePaper Edisi 11 September 2025
Berita Populer
03
Gudang Oli Di Slipi Terbakar

Nasional | 1 hari yang lalu

04
Hasil Demo

Opini | 1 hari yang lalu

05
07
10
Anggaran MBG Rp 1,2 T Per Hari

Nasional | 2 hari yang lalu

GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit