Demokrat Dorong Reformasi DPR, Rakyat Tuntut Perubahan Bukan Sekadar Ganti Wajah

JAKARTA - Peristiwa amuk massa pada akhir Agustus 2025 harus dilihat sebagai peringatan keras dan koreksi bagi legislatif. Tak ada jalan lain, kecuali DPR melakukan reformasi dan bukan sekadar ganti wajah dengan pergantianantar waktu (PAW) anggota parlemen.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Demokrat, Benny K Harman menyikapi peristiwa amarah massa yang terjadi sepanjang 25-31 Agustus 2025. Dia mengatakan, peristiwa Agustus kelabu itu harus disikapi dengan perbaikan-perbaikan lembaga legislatif.
“Amarah harus dilihat sebagai peringatan keras dan koreksi bagi Dewan,” kata Benny di Jakarta, Kamis (11/9/2025).
Upaya reformasi kelembagaan DPR, kata Benny, merupakan jawaban atas aksi massa yang berbuntut pembakaran fasilitas publik dan penjarahan kediaman pribadi pejabat publik.
Anggota Komisi III DPR ini menegaskan, kericuhan yang terjadi di Jakarta dan sejumlah daerah di Tanah Air, menjadi indikator bahwa lembaga legislatif harus berbenah. Rakyat, kata dia, menuntut perubahan, bukan sekadar pergantian wajah.
“Mereka (rakyat) ingin DPR kembali menjadi lembaga yang mewakili kepentingan rakyat, bukan perpanjangan tangan oligarki," tegasnya.
Menurut Benny, reformasi kelembagaan DPR dan partai politik (parpol), merupakan tuntutan rakyat. Yaitu, termasuk bagian dari tuntutan 17+8 yang digaungkan mahasiswa seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Univeristas Indonesia (UI) saat demonstrasi di depan Gedung DPR, Jakarta, Selasa (9/9/2025).
"Tuntutan itu bisa terealisasi jika internal DPR berbenah diri. Misalnya, Alat Kelengkapan Dewan harus dibenahi agar kondusif bagi anggota dewan menjalankan hak-hak konstitusionalnya dalam melakukan fungsi pengawasan," ujarnya.
Pemulihan kepercayaan publik terhadap lembaga legislatif, kata Benny, menjadi bagian penting dari upaya menjaga demokrasi. Dia mengatakan, setiap kali parlemen kehilangan legitimasi, demokrasi berada di ujung tanduk.
“Menyelamatkan demokrasi berarti menyelamatkan DPR. Dan menyelamatkan DPR berarti mengembalikan kedaulatan kepada rakyat," katanya.
Benny juga mengomentari komposisi koalisi besar pendukung pemerintahan Presiden Prabowo Subianto di DPR. Koalisi gemuk, kata dia, semestinya tidak membuat DPR menjadi rubber stamp (tukang stampel) dan pasif dalam mengawasi kinerja Pemerintah.
"Fungsi representasi harus tetap dijalankan dengan memfungsikan alat kelengkapan Dewan yang sudah ada," katanya.
Meskipun mayoritas Fraksi di DPR adalah pendukung Presiden Prabowo, kata Benny, semestinya kemandirian DPR sebagai harus tetap dijaga dan dikawal. Kata dia, demonstrasi terjadi di DPR karena parlemen tidak bekerja maksimal.
"Ini yang dikhawatirkan, DPR menjadi mudah dimanipulasi dan rawan terjadi abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaan," tandas Benny
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 5 jam yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu