TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo
Ini Penilaian Hasto

Anies Tak Sejalan Dengan Presiden Jokowi

Laporan: AY
Selasa, 11 Oktober 2022 | 08:56 WIB
Presiden Jokowi dan Gubernur DKI Anies Baswedan. (Foto : Satpres)
Presiden Jokowi dan Gubernur DKI Anies Baswedan. (Foto : Satpres)

JAKARTA - Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto terus menembakkan peluru ke Anies Baswedan yang sudah dicapreskan Partai NasDem. Terbaru, Hasto menyebut, Anies tak sejalan dengan Presiden Jokowi.

Hasto menuding, banyak kebijakan pemerintah pusat yang tak sesuai dengan program Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Hasto menyebut salah satunya soal pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) yang sedang digenjot Jokowi. Anies, sebut Hasto, tak mendukung pemindahan IKN ke Kalimantan Timur.

Penilaian itu disampaikan Hasto dalam diskusi Election Corner yang diselenggarakan Fisipol Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, kemarin.

Dalam diskusi tersebut, Hasto banyak mengkritik langkah NasDem sebagai partai pendukung pemerintah, tapi mengusung capres dari representasi oposisi.

Langkah NasDem ini, diakui Hasto, merupakan kekeliruan besar. Sebab, Anies yang diusung NasDem, selama ini selalu bertolak belakang dengan Jokowi.

“Kalau kita lihat persoalannya adalah berbagai kebijakan Pak Anies berbeda dengan Presiden Jokowi,” kata Hasto.

Dia mencontohkan soal pemindahan IKN ke Kalimantan. Jokowi melakukannya karena perspektif geopolitik. Sementara, Anies ingin tetap mempertahankan ibu kota di Jakarta.

"Ini kan dua hal yang berbeda," tambahnya.

Hasto juga menolak anggapan dirinya lebih keras ke Anies, tapi lembek ke Prabowo Subianto. Padahal, Prabowo yang juga sudah dicapreskan oleh Gerindra, partai yang sekarang juga ada di pemerintahan. Sama seperti NasDem.

Hasto kasih argumen pembedanya. Kata dia, Prabowo memiliki pandangan yang sama dengan Jokowi. Berbeda halnya dengan Anies yang berseberangan dengan Jokowi.

Sehingga melahirkan kontradiksi ketika ada partai koalisi Istana mengusung Anies yang dari sisi kebijakannya berseberangan dengan Jokowi.

"Dalam penanganan banjir juga berbeda, dan lain-lain,” beber dia.

Menanggapi pernyataan Hasto ini, Ketua DPP NasDem, Willy Aditya tidak terima partainya disebut mencapreskan figur yang tidak sejalan dengan program pemerintahan Jokowi.

"NasDem kan partai yang mengusung Pak Jokowi. NasDem masih setia dalam barisan Pak Jokowi," ucap Willy.

Willy juga yakin Anies akan tetap melanjutkan program Jokowi jika nanti ditakdirkan menjadi presiden.

"Dalam pidato deklarasi, Pak Anies mengatakan continuity and change, spirit apa yang menjadi legacy Pak Jokowi, apa yang menjadi capaian-capaian Pak Jokowi, harus kita lanjutkan, dan apa yang kemudian menjadi hal-hal yang kurang, itu yang kita perbaiki," urai anggota Komisi XI DPR itu.

Kesinambungan dan perubahan itu, menurut dia, menjadi pegangan politik Anies dan NasDem.

"Continuity and change itu yang menjadi stand politik dari Pak Anies dan NasDem," tegasnya.

Apakah saling berbalas pantun antara Hasto dan NasDem ini baik? Pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo menilai debat kusir antara Hasto dan NasDem adalah hal biasa.

"Itu bagian ekspresi dari perang urat syaraf (psywar) yang biasa terjadi jelang tahun politik," kata Wasisto, saat dihubungi Rakyat Merdeka, kemarin.

Sementara, pengamat politik dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad menilai apa yang disampaikan Hasto itu, ada benarnya. Sebab, Anies ini dipersepsikan banyak pihak sebagai representasi tokoh oposisi.

Makanya, mantan rektor Universitas Paramadina itu dekat dengan dua partai yang ada di luar pemerintah: PKS dan Demokrat. Sedangkan NasDem adalah salah satu partai pendukung utama pemerintahan Jokowi.

"Dukungan NasDem pada Anies adalah eksperimen politik yang cukup beresiko, terutama pada NasDem," jelas Saidiman. (rm.id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo