TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

RELIJIUCITY

Indeks

Dewan Pers

Trump Asyik Berjoget Diiringi Musik Melayu

Reporter & Editor : AY
Senin, 27 Oktober 2025 | 11:20 WIB
Presiden AS Donald Trump saat tiba di Malaysia. Foto : Ist
Presiden AS Donald Trump saat tiba di Malaysia. Foto : Ist

MALAYSIA - Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia, berubah menjadi panggung politik dan hiburan pada Minggu (26/10/2025). Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang baru saja turun dari pesawat kepresidenan Air Force One, disambut musik dan tarian tradisional Melayu.

 

Para penari berpakaian warna-warni berputar lincah, menyambutnya dengan lenggok khas Melayu. Tak disangka, Trump yang biasanya tampil kaku, tampak larut dalam suasana. Memakai stelan jas gelap, Trump tersenyum lebar, menggoyangkan pinggulnya dan mengangkat tangan, menari mengikuti irama.

 

Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim yang berdiri di sampingnya ikut tertawa kecil. Sementara para jurnalis bergegas mengangkat kamera, mengabadikan momen langka itu.

 

Tapi di luar pagar bandara, suasananya jauh berbeda. Sekitar 12 kilometer dari sana, di sekitar Dataran Merdeka, ribuan demonstran berpakaian hitam memadati jalan-jalan. Mereka meneriakkan “Trump Bloody Killer!” dan “Bebaskan Palestina!” di tengah panas terik.

 

Bendera Palestina berkibar di antara poster-poster bertuliskan “Trump Not Welcome in Malaysia” dan “Stop U.S. Imperialism.”

 

Adegan Trump menggoyangkan pinggul di bandara Kuala Lumpur akan menjadi salah satu citra paling diingat dari KTT ASEAN tahun ini. Sebuah momen yang bagi sebagian orang terasa hangat dan lucu. Tapi bagi sebagian lain memicu ironi, di saat pemimpinnya menari, rakyat di jalan menuntut keadilan bagi Gaza, Palestina.

 

Kedatangan Trump ke Malaysia menjadi perhentian pertama dalam tur Asia selama lima hari, sebelum menuju Jepang dan Korea Selatan, untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-47. Namun, alih-alih disambut dengan tepuk tangan, langkah Trump ke Asia Tenggara dibayangi amarah publik terhadap kebijakan luar negeri AS.

 

Aksi di Kuala Lumpur pada hari yang sama menjadi simbol penolakan terhadap peran Washington dalam konflik Gaza. Ketua Boycott, Divestment and Sanctions (BDS) Malaysia Profesor Mohd Nazari Ismail menegaskan, protes ini adalah “sinyal moral” bagi Pemerintah Malaysia agar tak tunduk pada tekanan Barat.

 

“Kekejaman Israel tak akan berlanjut tanpa dukungan membabi buta dari Amerika Serikat,” cetusnya dalam orasi yang dikutip Tasnim News Agency.

 

Para demonstran datang dari berbagai latar: mahasiswa, aktivis, politisi oposisi, hingga tokoh lintas agama. Mereka bersatu di bawah satu tema menolak simbol kekuasaan global yang dianggap menutup mata atas penderitaan Palestina.

 

Polisi Malaysia mencatat, lebih dari 60 demonstran ditangkap pada malam sebelum kedatangan Trump. Kepala Polisi Kuala Lumpur Datuk Fadil Marsus menyebut, lokasi unjuk rasa semula direncanakan di Ampang Park, namun dipindahkan ke Dataran Merdeka demi keamanan.

 

“Lokasi awal berada dalam zona merah KTT ASEAN,” katanya.

 

Trump datang dengan misi yang diklaim “memperkuat kemitraan ekonomi di Asia Tenggara.” Namun di balik pernyataan resmi Gedung Putih itu, banyak analis melihat langkahnya sebagai bagian dari strategi menekan China dan memperluas pengaruh AS di kawasan.

 

Presiden Khmer Movement for Democracy Mu Sochua menilai, kebijakan Trump bukanlah diplomasi sejati. “Kesepakatan ekonomi yang diusungnya tak lebih dari pencitraan berbasis intimidasi,” katanya.

 

Kehadiran Trump di KTT ASEAN menjadi sorotan di tengah daftar panjang pemimpin dunia yang hadir: PM Kanada Mark Carney, PM Australia Anthony Albanese, Presiden Brazil Lula da Silva dan PM Jepang Sanae Takaichi.

 

Bagi Malaysia, kunjungan Trump ini adalah peristiwa langka. Baru tiga kali dalam sejarah negeri itu, seorang Presiden AS yang sedang menjabat datang berkunjung. Dua Presiden AS yang pernah berkunjung ke negeri jiran itu adalah Lyndon B. Johnson pada 1966 dan Barack Obama pada 2014.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit