Ruang Publik, Ruang Hati
SERPONG - Kota yang baik bukan hanya dibangun oleh arsitektur yang indah, tetapi oleh hati yang saling terhubung di antara warganya. Pembangunan ruang publik—taman, alun-alun, trotoar, dan jalur pedestrian—seharusnya tidak hanya menjawab kebutuhan rekreasi, tetapi juga kebutuhan ruhani: tempat di mana manusia saling mengenal, saling menghormati, dan saling berempati.
Tangerang Selatan telah banyak membangun ruang publik dalam beberapa tahun terakhir. Namun, apakah ruang itu sudah menjadi ruang hati—tempat tumbuhnya kasih sosial dan kebersamaan—atau baru menjadi ruang lalu yang hanya dilewati tanpa makna? Pertanyaan ini penting, sebab kota yang sibuk bisa tumbuh tanpa jiwa, bila ruang publiknya tidak memupuk rasa kemanusiaan.
Dalam pandangan sufistik, ruang tidak pernah netral. Ruang adalah cermin batin masyarakatnya. Jika hati-hati warganya penuh kasih, maka ruang publik akan menjadi tempat silaturahmi dan saling menghargai. Namun jika hati dipenuhi nafsu dan ketergesaan, maka ruang kota akan menjadi arena konflik dan ketegangan. Jalaluddin Rumi dalam Mathnawi pernah menulis: “Di antara suara manusia, carilah yang membuat hatimu tumbuh, bukan bisingnya pasar.” Ia mengingatkan bahwa tempat terbaik bukanlah yang ramai pengunjung, tapi yang menumbuhkan keheningan dalam kasih.
Sayangnya, banyak ruang publik di Tangsel kehilangan fungsi sosialnya. Taman kota menjadi tempat pamer gaya hidup, bukan tempat bercengkerama antarwarga. Trotoar lebih sering jadi tempat parkir motor, bukan ruang interaksi yang ramah. Bahkan ruang-ruang ibadah di tengah kota sering kali diperlakukan seperti monumen—indah tapi tak akrab. Kota sibuk mempercantik wajah, tapi melupakan nadinya: kehangatan antarmanusia.
Padahal, dalam tasawuf sosial, interaksi antarwarga adalah salah satu bentuk zikir sosial. Ketika dua orang saling menebar salam di jalan, ketika tetangga berbagi senyum atau sekadar menanyakan kabar, itu adalah bentuk dzikrullah yang nyata. Karena Tuhan hadir di tengah kasih, bukan hanya di balik doa pribadi.
Suhrawardi, filsuf iluminasi dari Persia, menyebut bahwa cahaya Ilahi tidak turun di tempat yang kosong, tetapi di tempat di mana ada hubungan yang hangat antar-manusia. “Cahaya itu memantul di wajah-wajah yang saling memandang dengan kasih.” Maka membangun ruang publik yang penuh empati adalah bentuk ibadah sosial—membangun tempat bagi cahaya Tuhan untuk berdiam di kota.
Pemerintah Kota Tangsel perlu memikirkan ulang paradigma perencanaan ruang. Taman, trotoar, dan plaza seharusnya tidak dirancang hanya untuk keindahan visual, tetapi juga untuk keindahan relasi. Misalnya, menyediakan ruang teduh untuk warga lanjut usia berbincang, taman baca yang memungkinkan anak dan orang tua berinteraksi, atau ruang terbuka yang memfasilitasi kegiatan gotong royong warga.
Lebih jauh lagi, kita perlu menata ulang “etiket ruang publik”. Kota yang sehat bukan hanya tertib secara fisik, tetapi juga santun dalam perilaku sosial. Kesopanan di jalan, kebersihan di taman, dan perhatian kecil terhadap sesama adalah ekspresi dari hati kolektif yang sehat. Ini sejalan dengan ajaran Nabi Muhammad ﷺ yang mengatakan: “Iman itu tujuh puluh cabang, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan.” Artinya, tindakan kecil di ruang publik pun memiliki nilai spiritual yang besar.
Ruang publik adalah cermin moral kita. Jika ia kotor, keras, dan penuh amarah, itu tanda bahwa hati kota sedang lelah. Tapi bila ruang-ruangnya bersih, ramah, dan teduh, itu pertanda bahwa warga dan pemimpinnya tengah berzikir secara sosial. Maka membangun ruang publik sejatinya adalah membangun hati bersama.
Tangsel bisa menjadi pelopor kota berempati—sebuah kota yang tidak hanya berteknologi tinggi, tetapi juga berperasaan dalam. Di mana taman bukan sekadar taman, tapi tempat manusia belajar memandang manusia lain. Di mana jalan bukan sekadar jalur, tapi wadah saling menghormati. Dan di mana ruang publik menjadi ruang hati—ruang yang dirancang untuk menyambut cinta, bukan sekadar langkah kaki.(*)
Oleh: Budi Rahman Hakim, Ph.D.
Dosen Tasawuf UIN Jakarta, Warga Tangsel
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu


