Wakil Ketua DPRD Banten: Bullying Di Sekolah Ancaman Serius Masa Depan Anak
SERPONG-Kasus bullying atau perundungan di sekolah bukanlah hal sepele. Fenomena ini dinilai harus disikapi dengan serius oleh semua pihak, karena menyangkut masa depan generasi muda.
Hal itu ditegaskan Wakil Ketua DPRD Provinsi Banten, Yudi Budi Wibowo menyoroti maraknya kasus perundungan di lingkungan pendidikan. Terlebih lagi, baru-baru ini terjadi kasus perundungan di salah satu SMP Negeri di Kota Tangsel yang mengakibatkan satu siswa luka serius.
Menurut Yudi, kasus perundungan tidak bisa lagi dipandang sebagai bagian dari kenakalan anak-anak atau sekadar masalah pertemanan. Ia menegaskan, bahwa perilaku perundungan meninggalkan dampak psikologis mendalam dan dapat merusak kepercayaan diri serta masa depan anak yang menjadi korban.
“Bullying bukan sekadar kenakalan anak, tapi ancaman serius bagi masa depan anak-anak kita,” ujar Yudi Budi Wibowo, politisi Gerindra asal Daerah Pemilihan (Dapil) Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Selasa (11/11).
Yudi menilai, sekolah harus menjadi tempat yang aman, nyaman, dan penuh empati bagi seluruh peserta didik. Sekolah, kata dia, tidak boleh berubah menjadi ruang yang menumbuhkan ketakutan, tekanan sosial, atau luka batin bagi anak-anak.
“Sekolah harus jadi ruang aman dan penuh empati, bukan tempat lahirnya luka. Saya berharap kita semua di Tangsel berkomitmen memperkuat pendidikan karakter dan pengawasan agar tidak ada lagi anak yang merasa sendirian,” tegasnya.
Untuk mencegah terjadinya perundungan di sekolah, Yudi mendorong adanya langkah konkret dari berbagai pihak, terutama institusi pendidikan dan pemerintah daerah, khususnya Pemkot Tangsel. Salah satu langkah utama yang disarankannya adalah memastikan setiap sekolah memiliki sistem pencegahan dan penanganan bullying yang jelas dan terukur.
“Langkah konkretnya, pertama kita dorong setiap sekolah di Tangsel untuk punya sistem pencegahan dan penanganan bullying yang jelas, mulai dari pelaporan yang aman, pendampingan konselor, sampai pembinaan karakter di kelas,” ungkap Yudi.
Selain itu, keterlibatan semua unsur pendidikan mulai dari guru, orang tua, hingga siswa juga dinilai sangat penting. Yudi menekankan, pentingnya membangun kesadaran bersama melalui kampanye anti-bullying yang berkelanjutan.
“Kedua, kita libatkan guru, orang tua, dan siswa dalam kampanye anti-bullying agar semua sadar bahaya dan dampaknya,” ujarnya.
Yudi menambahkan, budaya sekolah yang sehat harus dibangun dengan prinsip saling menghargai dan menghormati perbedaan. Sekolah yang mampu menciptakan lingkungan inklusif diyakininya akan menekan potensi munculnya perilaku perundungan.
“Yang terpenting, kita bangun budaya sekolah yang menghargai, bukan menghakimi, supaya setiap anak merasa diterima dan terlindungi,” lanjutnya.
Dia mengajak Dinas Pendidikan untuk memperkuat pengawasan dan menyediakan layanan konseling di setiap sekolah. Menurutnya, pencegahan yang efektif harus dimulai dari edukasi dan deteksi dini terhadap perilaku agresif di lingkungan sekolah.
Ia menegaskan, bahwa penanganan kasus perundungan bukan hanya tanggung jawab pihak sekolah, tetapi merupakan kerja bersama antara pemerintah, tenaga pendidik, orang tua, dan masyarakat.
“Kita harus bergandengan tangan melawan bullying. Jika dibiarkan, kita sedang membiarkan generasi kita tumbuh dengan luka dan rasa takut,” tutupnya.
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu


