TangselCity

Ibadah Haji 2024

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Ogah Suara Nadhliyin Bakal Jadi Bancakan

Gus Yahya Nolak Diusung Di Pilpres

Laporan: AY
Rabu, 19 Oktober 2022 | 08:37 WIB
Ketum NU KH Yahya Cholil Staqut. (Ist)
Ketum NU KH Yahya Cholil Staqut. (Ist)

JAKARTA - Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan (DPW PPP) Jawa Timur menyebut Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf sebagai salah satu tokoh yang direkomendasikan maju dalam Pilpres 2024. Namun, pria yang akrab disapa Gus Yahya itu menolaknya dengan tegas.

Pernyataan Gus Yahya ini menunjukkan konsistensinya. Sebab, sejak awal mau maju sebagai kandidat hingga pasca terpilih menjadi Ketua Umum PBNU, Gus Yahya berkomit­men, pengurus dan kelembagaan PBNU tidak akan terlibat politik praktis. Terutama dalam Pilpres 2024.

Mengingat, suara Nahdlatul Ulama ikut menentu­kan dalam setiap Pilpres.

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai, jika konsistensi Gus Yahya bertahan sampai coblosan Pilpres, ma­ka dipastikan suara nahdliyin akan menjadi pasar bebas untuk semua tokoh berlatar NU.

“Saya apresiasi komitmen be­liau. Sehingga semua tokoh ber­latar belakang NU akan punya kesempatan yang sama,” kata Ujang kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Group) kemarin.

Sebab, kalau ada salah satu pengurus yang bertarung, seperti pada Pilpres 2019, tokoh NU lain­nya, bakal meredup.

“Kalau yang maju pengurus, apalagi yang di pucuk, praktis nahdliyyin akan tergiring ke sana,” ujar Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini.

Jika komitmen tak berpolitik praktis ini dipertahankan, dan ti­dak ada endorsment untuk calon tertentu pada Pilpres 2024, maka semua tokoh berlatar NU seperti Muhaimin Iskandar, Khofifah Indar Parawansa, Mahfud MD, dan Erick Thohir yang belakangan dipersepsikan dekat dengan NU akan bersaing sehat.

“Jadi yang dapat dukungan nahdliyin, ya yang punya akar rumput kuat. Buktikan saja, siapa yang akhirnya resmi jadi calonnya. Kemarin, Kiai Ma’ruf, secara basis kan tak punya akar rumput. Tapi karena beliau punya jabatan Rais Aam, maka nahdliyin may­oritas memilihnya,” katanya.

Untuk diketahui, pada forum Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) di Surabaya, Minggu (9/10), DPW PPP Jatim menghasilkan 10 nama untuk diusulkan kepada DPP PPP dan dipertimbangkan menjadi capres atau cawapres dalam Pilpres 2024.

Merreka adalah Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Khofifah Indar Parawansa. Ada pula nama Mohammad Mardiono, Erick Thohir, Sandiaga Uno, dan Mahfud MD, Gus Yahya, Haedar Nashir, dan Taj Yasin Maimoen.

Namun, Gus Yahya tegas menolak disebut jadi salah satu tokoh yang direkomendasikan DPW PPP sebagai capres mau­pun cawapres. “Saya ndak bisa. Ndak boleh, absolutely not,” kata dia ditemui usai kegiatan editors meeting di Kantor Pusat PBNU, Jakarta, Rabu (12/10).

Menanggapi penolakan Gus Yahya, Wakil Ketua DPW PPP Jatim Mujahid Anshori meng­hormatinya. Dia menjelaskan, masuknya nama Gus Yahya dalam usulan hasil Muskerwil, murni merupakan hasil aspirasi.

Masuknya nama Gus Yahya juga bentuk penghargaan atas kapasitas dan kemampuan pribadinya. Baik dari rekam jejak maupun pengalaman. Sehingga dinilai potensial jadi pemimpin negeri ini.

“Meskipun pada akhirnya beliau mengambil sikap tidak bersedia karena jabatan­nya,” kata Mujahid di Surabaya, kemarin. 

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo