TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo
Mahathir Halu!!!

Bilang Malaysia Seharusnya Caplok Kepri

Oleh: US/AY
Rabu, 22 Juni 2022 | 10:01 WIB
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad

MALAYSIA - Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad melontarkan pernyataan kontroversial. Dia mengatakan, Singapura dan Kepulauan Riau (Kepri) semestinya masuk wilayah Malaysia. Sepertinya Mahathir sedang halu alias berhalusinasi ya. Sadar Pak...

Pernyataan Mahathir itu disampaikan di hadapan organisasi Melayu, di Selangor, kemarin. Dalam pertemuan bertajuk warga Melayu itu, Mahathir ngomong panjang lebar mengenai asal usul Tanah Melayu. Politisi berusia 96 tahun itu menceritakan, kawasan yang disebut Tanah Melayu itu, dulunya sangat luas. Membentang dari Tanah Genting Kra di Thailand Selatan sampai ke Kepulauan Riau, dan Singapura. Tetapi, sekarang Tanah Melayu terbatas di Semenanjung Malaya.

"Saya bertanya-tanya, apakah Semenanjung Malaya akan menjadi milik orang lain di masa depan," ucapnya, seperti dikutip Strait Times, kemarin.

Saat ini, kata Mahathir, Malaysia yang dikenal sebagai Tanah Melayu, sudah bukan milik kaum Bumiputera. Karena banyak warga Melayu yang miskin dan cenderung menjual tanahnya.

Ia lalu mewanti-wanti untuk menjaga Tanah Melayu. Jangan terus berkurang, seperti yang sudah terjadi. Di momen inilah, dia mengklaim bahwa Singapura dan Kepri adalah bagian dari Negara Johor. Seharusnya, kata dia, Johor menuntut Singapura dikembalikan ke Malaysia.

"Namun, tidak ada tuntutan apa pun dari Singapura. Sebaliknya, kami menunjukkan apresiasi kami kepada kepemimpinan negara baru bernama Singapura ini," ujarnya.

Ia kemudian menyinggung Sipadan dan Ligitan di Kalimantan yang dimenangkan Malaysia dari Indonesia di Mahkamah Internasional (ICJ). Ia juga menyinggung bagaimana Malaysia menuntut Pulau Batu Puteh (Pedra Branca) dari Singapura.
Seharusnya, kata dia, Malaysia tidak hanya menuntut agar Pulau Batu Puteh, dikembalikan kepada Malaysia.

"Kita juga harus menuntut Singapura dan Kepulauan Riau, karena mereka adalah Tanah Melayu," tambahnya, disambut tepuk tangan penontonnya.

Pernyataan Mahathir itu memantik emosi warga Indonesia. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) bergerak cepat, meminta informasi lengkap ke KBRI di Kuala Lumpur mengenai pernyataan Mahathir ini.

"Kami sedang meminta informasi lebih lanjut ke KBRI di Kuala Lumpur," kata Juru Bicara Kemlu Teuku Faizasyah, saat dihubungi, kemarin.

Kantor Staf Presiden (KSP) juga angkat bicara soal pernyataan Mahathir. Deputi V KSP Jaleswari Pramodhawardani menegaskan, Kepulauan Riau adalah milik Indonesia yang sah. Penentuan pun sudah sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.

"Hal tersebut bisa dilihat misalnya dari adanya administrasi pemerintahan Indonesia di Provinsi Riau yang dilakukan lewat proses demokratis, kapasitas menerapkan hukum nasional, pencatatan kependudukan, kemampuan penegakan hukum, dan unsur-unsur lain yang hanya bisa diterapkan oleh entitas pemerintah yang sah," kata Jaleswari.

Ketua Bidang Hubungan Internasional DPP NasDem Martin Manurung menyebut, Mahathir sedang bernostalgia masa lalu sebelum Malaysia terbentuk.

“Kalau saya baca, dengar pernyataan beliau, itu kan bicara masa lalu," ucapnya, kemarin.

Menurut Martin, saat berbicara di Rakernas NasDem, pekan lalu, Mahathir juga sempat berbicara tentang hal serupa. Saat itu, Mahathir mengakui wilayah-wilayah kedaulatan Indonesia.

"Memang, kalau bicara rumpun, itu serumpun, tapi kan sekarang sudah milik Indonesia," sebutnya.

Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad ikut berkomentar. Asar menyindir Mahathir dengan meminta kembali mempelajari mengenai kedaulatan negara. Menurut Ansar, sekelas mantan pemimpin negara seperti Mahathir, seharusnya mengerti mengenai kedaulatan sebuah negara. "Hingga kapan pun, Kepri tetap merupakan bagian dari Indonesia," tegasnya. (rm.id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo