TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Hati-hati Soal Pangan

Oleh: Kiki Iswara Darmayana
Sabtu, 10 Desember 2022 | 06:45 WIB
Kiki Iswara Darmayana
Kiki Iswara Darmayana

CIPUTAT - Menipisnya cadangan pangan di negara-negara Afrika dan Amerika Latin setelah pecah perang Rusia-Ukraina, diperkirakan akan merembet ke negara-negara Eropa dan sebagian Asia. Terutama negara yang tidak me­miliki cadangan pangan cukup besar.

Krisis pangan kali ini bukan krisis biasa. Krisis sekarang ini terjadi aki­bat tersumbatnya pasokan pangan dari negara produsen, terutama Rusia ke negara-negara konsumen.

Krisis bisa bertambah parah apabila produksi gandum dan beras awal tahun 2023 merosot. Terutama akibat perubahan cuaca dan serangan penya­kit tanaman.

Untuk itu, kita berharap, pemerintah secepatnya menghitung lagi secara cermat berapa stok pangan yang ada. Kalau cadangan yang ada dinilai sudah tidak aman atau menipis, maka secepatnya harus ditambah.

Upaya menambah stok beras di Bulog, bisa dilakukan dengan mem­beli gabah dan beras dari petani atau penggilingan padi dengan harga yang wajar. Kalau gabah atau beras milik petani habis, baru impor. Artinya, impor hanya dilakukan apabila stok beras nasional menipis.

Untuk menghilangkan kecurigaan adanya permainan dalam impor be­ras, maka ke depan, kalau terpaksa harus impor, sepenuhnya harus dilakukan negara. Artinya, impor sama sekali tidak melibatkan swasta. Termasuk proses pengapalan dan pengangkutannya dilakukan negara.

Beras itu komoditi super strategis. Tak boleh ada yang mencari keuntungan dari impor beras.

Institusi pemerintah yang menangani produksi beras juga mesti menghitung kembali berapa sebena­rnya produksi beras hingga kuartal I tahun 2023. Kalau produksi menurun katakan menurun. Ayo bicara apa adanya. Soal pangan, harus hati-hati.

Supaya aman, stok beras yang ada di tangan pemerintah harus di atas 1,2 juta ton. Untuk mengantisipasi kemungkian terjadinya krisis pangan dunia, maka stok pangan tahun 2023 sebaiknya dinaikkan 20 hingga 30 persen dari kondisi normal. Artinya, lebih aman, stok beras dinaikkan hingga 1,5 juta ton.

Kita tentu tidak ingin Indonesia mengalami kekurangan cadangan beras saat dunia mengalami krisis pangan.

Sekali lagi, kalau memang terjadi kekurangan cadangan beras, maka sebisa mungkin mesti dipenuhi dari produksi gabah dan beras dalam negeri.

Tapi kalau cadangan beras yang ada di lapangan menipis, baru dilaku­kan impor. Dengan catatan, negara yang melakukan impor. Bukan konglomerat atau pedagang beras.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo