TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Mau Bikin Resolusi Berhenti Merokok? Simak 3 Tips Jitu Dari Prof. Tjandra...

Laporan: AY
Rabu, 28 Desember 2022 | 12:59 WIB
(Foto : Istimewa)
(Foto : Istimewa)

JAKARTA - Pergantian tahun, menjadi momen yang tepat bagi kita untuk menyusun resolusi kehidupan. Tentang apa-apa yang ingin dicapai, dan apa-apa yang harus ditinggalkan. Demi kualitas hidup yang lebih baik.

Salah satu resolusi yang penting, adalah yang terkait kesehatan. Buat para perokok, membuat resolusi hidup sehat dengan berhenti merokok, sangat disarankan. Karena tidak baik untuk kesehatan.

Mantan Direktur WHO Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan, asap rokok mengandung sekitar 4.000 bahan kimia, yang berhubungan dengan berbagai penyakit pada tubuh manusia. Dari kepala sampai kaki.

Nikotin dalam asap rokok, dapat menimbulkan adiksi atau ketagihan.

"Akibat pengaruh nikotin, perokok akan ketagihan. Ini disebut adiksi farmakologik. Selain itu, seorang perokok juga dapat ketagihan, akibat kebiasaan merokok yang lama dijalaninya, dan menjadi semacam bagian kehidupannya. Ini dapat disebut ketagihan sosial," jelas Prof. Tjandra dalam keterangannya, Rabu (28/12).

"Karena banyak kerugiannya, maka jangan coba-coba merokok. Bagi yang sudah telanjur merokok, berhentilah," imbuhnya.

Memang kadang-kadang ada keluhan, bahwa berhenti merokok tidak mudah.

Soal ini, Prof. Tjandra mengatakan, hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Karena dengan niat yang kuat, seseorang dapat berhenti merokok. Apalagi, kalau ada dukungan dari keluarga/kerabat dekat.

Secara metodologi, Prof. Tjandra yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar Spesialis Paru FKUI mengatakan, ada tiga cara berhenti merokok. Berikut rinciannya:

Upaya sendiri/tanpa obat 

Cara ini ditempuh sepenuhnya dengan upaya sendiri, tanpa obat atau bantuan ahli apa pun.

"Untuk cara pertama ini, ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan, yaitu dengan langsung berhenti total atau cold turkey. Atau dengan cara turun bertahap, lalu berhenti," papar Prof. Tjandra.

Menurutnya, cara langsung berhenti total, seringkali lebih tinggi angka keberhasilannya. Tapi, kemungkinan kambuhnya juga lebih besar.

"Karena itu, kalau sudah berhasil berhenti merokok secara langsung tanpa bertahap, harus ada kegiatan kompensasi sesudahnya. Seperti konsumsi buah, olahraga, dan sebagainya. Ini penting, agar tidak ada hasrat ingin merokok lagi," urai Prof. Tjandra.

Sementara cara turun bertahap, angka kekambuhannya memang lebih kecil. Namun, angka keberhasilannya tak sebesar bila dibandingkan dengan cara langsung berhenti total.

Untuk meningkatkan angka keberhasilan, Prof. Tjandra menyarankan tiga cara. Pertama, tentukan jam/waktu merokok dalam satu hari. Artinya kita hanya boleh merokok pada jam yang ditentukan. Bukan pada waktu ingin merokok.

Kedua, tetapkan secara pasti, berapa penurunan jumlah batang rokok yang dihisap dari waktu ke waktu. Serta kapan tanggal akhirnya berhenti dan tidak merokok lagi.

Ketiga, libatkan penuh keluarga dan kerabat untuk ikut mengawasi dan mengingatkan jadwal penurunan batang rokok yang dihisap. Serta mewanti-wanti tentang kepatuhan pada kesepakatan tanggal, untuk berhenti merokok secara total.

"Setelah berhenti, mereka yang berhenti mendadak langsung atau bertahap, harus sedapat mungkin menghindari kelompok perokok, menyingkirkan asbak dan mungkin korek api yang dulu biasa dipakai serta mengadaptasikan diri dengan lingkungan bersih bebas asap rokok," terang Prof. Tjandra.

2. Psikososial

Cara kedua ini dilakukan dengan bantuan ahli. Baik petugas kesehatan, psikolog, atau motivator berhenti merokok lainnya.

Cara ini antara lain dilakukan melalui konsultasi perorangan atau kelompok, bantuan lewat telepon, pemanfaatan brosur, tips tertentu dan lain-lain.

Juga dapat dilakukan melalui dukungan kegiatan spiritual dan atau pendekatan tertentu. Seperti kegiatan yoga dan sebagainya.

Dalam konteks ini, petugas kesehatan harus menerapkan kebijakan 5 A ke semua pasiennya, yaitu Ask, Advise, Assess, Assist dan Arrange - Follow-up contact.

Selain metode 5 A yang sudah dikenal luas, juga ada pendekatan 5 R yang perlu dikuasai petugas kesehatan, yaitu Relevance, Risk, Rewards, Roadblocks dan Repetition.

"Pendekatan psikososial akan sangat terbantu dengan adanya lingkungan bebas asap rokok dan kebijakan publik yang mendukungnya," tutur Prof. Tjandra, yang pernah menjabat mantan Dirjen Pengendalian Penyakit dan eks Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes).

Penggunaan obat

Cara ketiga adalah menggunakan medika mentosa/obat. Dalam metode ini, ada beberapa pilihan yang dapat digunakan, walaupun tidak semua tersedia di negara kita.

Yang dapat digunakan antara lain adalah jenis antidepresan seperti bupropion dan nortriptyline, juga clonidine dan varenicline.

Di luar nefrai, juga banyak digunakan Nicotine Replacement Therapy (NRT) yang memiliki lima bentuk: transdermal ricotine patches, gum, lozenges,sprays, inhalers.

"Tentu saja, penggunaan obat seperti ini hanya dapat dilakukan dengan resep dokter," ucap Prof. Tjandra.

Di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan, kini sudah tersedia Klinik Berhenti Merokok, yang dapat dimanfaatkan masyarakat yang membutuhkannya.

Kebiasaan merokok jelas merugikan kesehatan. Mereka yang sudah merokok, sewajarnya berhenti. Agar badan menjadi tetap sehat.

"Ketiga cara di atas dapat digunakan, sesuai pertimbangan keadaan. Terpenting adalah niat yang kuat untuk berhenti merokok. Disertai dukungan keluarga dan kerabat dekat," pungkas Penerima Rakyat Merdeka Award 2022 - Edukasi dan Literasi Kesehatan Masyarakat. rm.id

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo