TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Jokowi Kasih 3 Solusi, Salah Satunya, Suara Negara Berkembang Harus Didengar

Oleh: HES/AY
Sabtu, 25 Juni 2022 | 08:07 WIB
Presiden Joko Widodo. (Ist)
Presiden Joko Widodo. (Ist)

JAKARTA - Presiden Jokowi mengingatkan negara-negara, soal beratnya tantangan yang dihadapi dunia saat ini. Seperti ketahanan pangan, energi, dan stabilitas keuangan yang semakin sulit.

Pertumbuhan ekonomi dunia, tahun ini turun 1 persen menjadi 2,6 persen.

BACA JUGA

Pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) semakin tertunda cukup signifikan.

"Kita harus bertindak sekarang. Agar tidak terjadi dekade pembangunan yang hilang," ujar Jokowi dalam pidatonya, pada Side Event KTT BRICS High Level Dialogue on Global Development dari Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (24/6).

Ancaman dekade pembangunan yang hilang di banyak negara, disebutkan dalam Laporan Pendanaan Pembangunan Berkelanjutan (FSDR) 2021 yang diterbitkan PBB.

Laporan tersebut memaparkan, perekonomian global mengalami resesi terburuk dalam 90 tahun, akibat pandemi Covid-19. Dengan dampak terbesar dirasakan kelompok masyarakat paling rawan.

Diprediksi, 114 juta pekerjaan hilang dan sedikitnya 120 juta orang kembali terjerembab dalam jurang kemiskinan ekstrem.

Terkait hal tersebut, Jokowi menjelaskan, ada tiga langkah yang harus kita jalani bersama. Pertama, sinergi untuk mengatasi emerging challenges sebagai Presidensi G20 dan bagian dari Global Crisis Response Group.

Indonesia dipastikan akan terus berkontribusi untuk mengatasi masalah-masalah ketahanan pangan, energi, dan stabilitas keuangan.

"Saya mencatat, banyak inisiatif lain dari berbagai pihak. Berbagai inisiatif yang ada itu harus saling bersinergi dan memperkuat. Harus memperhitungkan suara negara-negara berkembang. Harus mengedepankan dialog," papar Jokowi.

Kedua, memperkuat kemitraan global untuk SDGs dengan fokus pada pendanaan pembangunan.

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi juga menyoroti kesenjangan pendanaan SDGs yang meningkat, dari 2,5 triliun dolar AS per tahun sebelum pandemi, menjadi 4,2 triliun dolar AS per tahun pasca pandemi.

Kesenjangan ini harus ditutup. BRICS sebagai forum negara-negara ekonomi baru yang dihuni Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, bisa memainkan peran sebagai katalis munculnya inovasi pendanaan tersebut.

"Pendanaan inovatif harus dimajukan, terutama peranan sektor swasta harus diperkuat. BRICS harus dapat menjadi katalis bagi penguatan investasi di negara-negara berkembang," katanya.

Jokosi berharap, global development inisiatitives (GDI) dapat menjadi katalis pencapaian SdGs. Dia pun mendorong penyelarasan GDI dengan Asian Outlook on the Indo-Pacific (AOIP). Dalam konteks ini, elemen pencapaian SDGs menjadi salah satu ruh dan prioritas kerja sama tersebut.

Ketiga, sumber-sumber pertumbuhan baru harus diperkuat.

"Kerja sama yang dilakukan BRICS bersama negara-negara mitra, harus disertai dukungan untuk transformasi digital yang inklusif, pengembangan  green industry dan green infrastructure, serta penguatan akses negara-negara berkembang dalam rantai suplai global," beber Jokowi.

"Sebagai penutup, saya mengajak kita semua untuk bekerja sama. Recover together, recover stronger," pungkasnya. (rm id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo