TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo
Abad NU Untuk Peradaban Dunia Damai

Gus Yahya: Islam Hadir Sebagai Solusi Masalah

Laporan: AY
Selasa, 07 Februari 2023 | 09:12 WIB
Ketua Umum PB NU KH Yahya Cholil Staqut. (Ist)
Ketua Umum PB NU KH Yahya Cholil Staqut. (Ist)

SURABAYA - Resepsi akbar 1 Abad Nahdlatul Ulama berlangsung hari ini di Stadion Delta, Sidoarjo, Jawa Timur. Animo masyarakat sangat besar. Panitia menyebut, sekitar sejuta jamaah NU sudah mendaftar hadir di acara ini. Luar Biasa. Presiden Jokowi dijadwalkan memberi sambutan, pukul 09.00 pagi. 

Ini adalah puncak dari banyak sekali rangkaian acara terkait 1 Abad NU, yang telah digelar sejak sepekan sebelumnya. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau akrab disapa Gus Yahya mengatakan, peringatan 1 abad itu penting, sebagai tanda mendigdayakan NU untuk menjemput abadnya yang ke-2. Agar NU makin mengembangkan kapasitasnya dalam memberikan kontribusi kepada masyarakat.

Kemarin, Gus Yahya menyampaikan pesan yang sarat makna, saat membuka acara Muktamar Internasional Fikih Peradaban, di Shangri-La Surabaya. Menurutnya, di antara forum pemimpin agama-agama di dunia telah tercapai kesepakatan untuk berjuang menggalang kekuatan, membangun peradaban dunia yang damai harmonis.

Bagaimana caranya? Masing-masing komunitas agama yang ada di dunia, kata Gus Yahya, telah mulai bekerja, mengupayakan inisiatif-inisiatif dari sisi agama masing-masing. Dan NU menginisiasi satu upaya dari sisi Islam sebagai sumbangan bagi perjuangan untuk membangun peradaban manusia yang lebih mulia.

“Kita mulai dengan membedah apa yang ada di diri kita, apa yang ada dalam wacana keagamaan kita, agar ke depan Islam sungguh-sungguh hadir sebagai bagian dari solusi masalah, tidak lagi dianggap sebagai bagian dari masalah,” ungkapnya.

Sebagai bagian dari sumbangan inisiatif adalah dengan menggelar Muktamar Internasional Fikih Peradaban yang dihadiri oleh para ulama, duta besar, cendikia, para mufti, ahli hukum Islam dan para pakar dari 20 negara.

Pertemuan ini adalah kelanjutan dari forum R20 (Religion Twenty), pada November 2022. Sebuah outreach dari G20 Religion Forum, yaitu forum internasional yang menghadirkan para pemimpin agama, sekte, dan kepercayaan dari berbagai negara.

Menurut Gus Yahya, ini adalah langkah awal yang sederhana. Tetapi bisa dianggap sebagai awal dari perjuangan yang panjang. Karenanya, muktamar fikih peradaban akan dihelat secara reguler atau rutin dari tahun ke tahun.

Hal menarik diungkapkan oleh Wapres KH Ma'ruf Amin. “Membangun peradaban itu penting. Manusia bertugas mengelola peradaban dunia dan bertanggung jawab memakmurkan bumi,” katanya, saat memberi sambutan di acara tersebut.

Muktamar Fikih Peradaban, di mata Wapres, mendefinisikan karakteristik NU yang moderat dan berbasis metodologi. Dan ilmu fikif harus dapat menyesuaikan atau berkarakteristik dinamis, sesuai perkembangan zaman.

Beberapa hari sebelumnya, Gus Yahya menceritakan arti penting 1 abad bagi NU. Katanya, tidak cukup hanya berdaya, tapi harus digdaya agar makna kehadiran NU lebih kuat di tengah pergulatan hidup manusia. Saat-saat melangkahkan kaki ke gerbang abad ke-2 itu adalah momentum penting, bukan saja secara faktual, tapi juga spiritualnya. 

"Menuju ke kebangkitan baru, karena 1 abad itu menunjukkan fenomena kebangkitan,” kata Gus Yahya, saat ngopi bareng dengan sejumlah pemimpin media massa di Jakarta, dalam kaitan peringatan 1 Abad NU.

Menurutnya, kelahiran organisasi ulama adalah sebuah berita besar karena belum pernah ada ulama yang secara absolut mengorganisasikan diri.

“Kita ingin bangkit dengan cara baru, dengan mendigdayakan. Artinya memberi kontribusi konstruktif terhadap perikehidupan bangsa,” ujarnya. 

Agama, kata Gus Yahya, hadir sebagai penyumbang solusi dinamika kehidupan, bisa menyelesaikan masalah. Agama Islam, bukan hanya memecahkan masalah di dalam Islam, tapi juga harus terkait hubungan dengan kelompok lain. 

Karenanya, dalam Muktamar Internasional Fikih Peradaban, tema yang diangkat adalah Membangun Landasan Fiqih untuk Perdamaian dan Harmoni Global. Salah satu bahasan pentingnya adalah pandangan hukum Islam terhadap Piagam PBB.

Pembahasan ini memiliki nilai kebaruan yang sangat penting untuk memperkuat legitimasi PBB sebagai institusi penting dalam menjaga keutuhan negara bangsa modern saat ini.

Kenapa Piagam PBB? Sebab, sebelum ada piagam ini, dunia adalah rimba kompetisi. Penuh konflik. Sehingga diperlukan moderasi toleransi, untuk membangun tata kehidupan dunia yang damai. Piagam PBB merupakan salah satu hal yang menjadi kesepakatan para pemimpin negara untuk menghentikan Perang Dunia II.

Para pemimpin negara menandatangani Piagam tersebut untuk tidak lagi berperang. Ini demi keberlangsungan hidup bersama yang nyaman, aman dan bebas dari ancaman negara dan bangsa lain. Namun, hingga kini, disadari bahwa belum tersedia legitimasi fikih berdasarkan hukum Islam tentang piagam itu. 

Posisi Politik

Bagaimana posisi NU dalam kancah politik nasional? Tentang ini, Gus Yahya mengatakan, identitas kelompok tidak boleh dieksploitasi sebagai senjata politik. Sudah jadi keputusan Muktamar NU bahwa NU harus mengambil jarak dari politik praktis. 

“Kalau membuat artikulasi, tujuannya harus untuk pendidikan publik. Bukan untuk memicu benturan kekuasaan. NU tidak boleh jadi pihak dalam kontestasi politik,” tegasnya.

Warga NU saat ini sudah ada di mana-mana. Di banyak partai, di pemerintahan. Baik eksekutif, legislatif dan yudikatif. Sehingga, jika ingin mempengaruhi aspirasi masyarakat bisa melalui saluran lain yang tidak memicu benturan.

"Ini harus diingat. Kalau pakai artikulasi tujuannya untuk pendidikan publik,” kata Gus Yahya. rm id

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo