TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

PBNU Tak Harmonis Sama PKB, Mesra Dengan PAN

Semangat NU Kembali Ke Khittah Kudu Dijaga

Laporan: AY
Senin, 20 Februari 2023 | 10:33 WIB
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (no 5 dari kiri depan) dan Ketua Umum PB NU  KH Yahya Cholil Staqut (no 6 dari kiri). (Ist)
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (no 5 dari kiri depan) dan Ketua Umum PB NU KH Yahya Cholil Staqut (no 6 dari kiri). (Ist)

JAKARTA - Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) ‘mesra’ dengan Partai Amanat Nasional (PAN). Di saat yang sama, hubungannya dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tidak harmonis.

Hubungan PBNU dengan PKB saat ini diketahui tidak harmonis. Pemicunya, PKB dianggap menyeret-nyeret NU untuk kepentingan politik praktis. Dalam beberapa kesempatan, perseteruan PBNU dan PKB tampak jelas.

Seperti, kekecewaan PBNU karena mars perayaan 1 abad hari lahir NU digunakan sebagai suara latar dalam unggahan akun Instagram DPP PKB untuk acara Sarasehan Nasional Satu Abad NU.

Namun, tidak dengan partai lain. Dalam berbagai kesempatan, Ketua Umum (Ketum) PBNU KH Yahya Cholil Staquf terlihat mesra dengan partai lain seperti PDIP dan PPP. Bahkan, dengan Partai Amanat Nasional (PAN) yang selama ini dikenal dekat dengan kalangan Muhammadiyah.

Tak hanya itu, PBNU juga menyentil Partai Ummat yang menggunakan politik identitas dalam Pemilu 2024.

KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, saat ini momen menuju tahun politik. NU menolak politik identitas.

“NU menolak identitas dijadikan senjata politik untuk menggalang dukungan, tidak identitas Islam, tidak juga identitas NU sendiri,” kata Gus Yahya dalam sambutan peringatan 1 abad NU yang digelar oleh PAN bertajuk ‘Simposium Nasional’ di Hotel Sheraton Surabaya, Sabtu (18/2).

Tidak hanya itu, Gus Yahya mengatakan NU tidak terlibat dalam politik praktis. Sampai dengan hari ini sikap ormas terbesar di Indonesia itu netral terkait Pemilu 2024, termasuk urusan capres cawapres.

“Kami tidak mau masuk dinamika kompetisi politik yang hanya melulu didasarkan pada pembelaan identitas. Pembelaan identitas itu cenderung mengarah ke kompetisi yang irasional,” jelasnya.

Gus Yahya memuji PAN yang berhasil mentransformasikan diri dari partai yang lekat dengan Muhammadiyah menjadi partai yang lebih terbuka.

“PAN didirikan berbasis Muhammadiyah, tapi kita sekarang tahu semua terbuka. Ndak mungkin Muhammadiyah nyanyi mars Ya Lal Wathon (mars kebanggaan warga Nahdliyin),” ucapnya.

Gus Yahya lantas meminta semua pihak mampu mengelola perbedaan dalam kerangka kesadaran bahwa semua adalah bersaudara.

Akun @tmusyadad mengatakan, sepertinya PAN sudah mendapatkan endorsement dari PBNU untuk saluran aspirasi politik kaum Nahdliyin.

“Saat ini PAN sudah bukan identik dengan Muhammadiyah lagi karena sudah terbuka,” ujar @BSipoel.

Akun @WastuPrabowo setuju bila NU tidak terlibat politik praktis. Tapi kalau NU dilibatkan, dimanfaatkan, dipakai atau ditarik-tarik masuk dalam politik praktis, harus dijaga. “Semoga semangat NU kembali ke khittah tetap dijaga,” kata dia.

Akun @Umar_Hasibuhan heran dengan sikap Gus Yahya malah mengendors PAN. Dia bilang, PKB yang jelas lahir dari NU bukannya didukung. Padahal PKB, kata @archabandung, didirikan oleh Gus Dur untuk sarana penyaluran syahwat politik kaum Nahdiyin.

Akun @riza_ajir menegaskan, politik identitas di antaranya termasuk politisasi agama, sudah dilarang ulama-ulama. Soalnya, lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya.

Akun @getteng_hola meminta Bawaslu membuat batasan jelas dan tegas pengertian politik identitas. Kenyataannya, kata @Budijayaya, partai politik semuanya mengusung identitas. “Yang penting, tidak bertentangan dengan hukum, konstitusi dan dasar negara,” tandasnya.

Akun @Hangjeb mengaku tidak akan memilih partai yang tidak jelas identitas politiknya. “Kita tidak mau membeli kucing dalam sarung,” kata dia. rm.id

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo