TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Bukan Dokter Tapi Jago Transformasi Kesehatan

BGS Tak Mau Pasien Miskin Antre Berhari-hari

Laporan: AY
Minggu, 19 Maret 2023 | 21:38 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin  (foto : Ist)
Menkes Budi Gunadi Sadikin (foto : Ist)

JAKARTA - Pengamat Kesehatan dr. Siti Fatimah MARS menilai, reformasi sektor kesehatan yang saat ini dijalankan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin (BGS), terlihat begitu ciamik. Padahal, BGS bukan dokter. Dia lulusan Fisika Nuklir ITB.
Menurutnya, kesuksesan BGS menangani pandemi Covid-19 dan melakukan transformasi kesehatan, bukan prestasi kaleng-kaleng. 
Di mata Siti Fatimah, BGS teguh menjalankan transformasi kesehatan.
"BGS tak ingin, pasien miskin antre berhari-hari, hanya untuk ketemu dokter. Tidak mahal beli obat, dan tidak diperlakukan diskriminatif oleh RS, karena pakai BPJS," ujar Siti Fatimah dalam keterangannya, Minggu (19/3).
"BGS juga ingin, pasien kelas menengah atas tidak berbondong-bondong berobat ke luar negeri. Itu sebabnya, dia memperbaiki standar layanan RS, meningkatkan jumlah dan kualitas dokter agar tak salah diagnosis, serta menurunkan harga obat-obatan," imbuhnya.
Tak kalah penting, BGS tak mau dokter dan nakes terus dibebani oleh pungutan-pungutan uang dan birokrasi izin, dari berbagai organisasi profesi.
Dengan latar belakang seperti itu, Siti Fatimah tak habis pikir, mengapa kritik justru bermunculan dari organisasi profesi kedokteran dan aktivis kesehatan.
Mereka menolak reformasi yang dijalankan Menkes, dengan alasan irasional.

Menkes-nya nggak ngerti masalah, karena bukan dokter," begitu antara lain suara para pengkritik.
“Karena bukan dokter, Menkes-nya nggak pengalaman. Banyak dibegoin sama pembisiknya (yang juga bukan dokter," demikian suara sumbang lainnya.
Hal ini cukup membuat Siti Fatimah mengurut dada.

"Andai para aktivis kedokteran tersebut tidak hidup ala katak dalam tempurung dan tak malas membaca, harusnya mereka paham di beberapa NEGARA MAJU, MENKES-nya justru BUKAN DOKTER. Mengapa begitu? Karena kalau dokter, ada kekhawatiran akan terjadi konflik kepentingan, dan upaya untuk memperbaiki layanan kesehatan akan mandek karena biasanya mereka takut sama dokter senior dan mungkin organisasi profesi," beber Siti Fatimah setengah guyon.
Dia pun mengajak publik, untuk mengecek latar belakang Menkes di sejumlah negara maju. Berikut rinciannya:
Menkes Singapura Ong Ye Kung (sejak Mei 2021)
Ong memiliki latar belakang Ekonomi dari London School of Economics and Politics. Dia mengambil S2 jurusan Manajemen dari Institute of Management Development, Swiss.

Sebelum jadi Menkes, Ong pernah menjabat Menteri Transportasi, Menteri Pendidikan, dan Wakil Menteri Pertahanan.

Kabinet Singapura, ada tiga orang menteri yang berlatar belakang dokter. Antara lain Menteri Luar Negeri Vivian Balakrishnan dan Menteri Tenaga Kerja Tan See Leng. Tapi, Prime Minister Lee tak memilih mereka jadi Menkes, karena infonya, takut terjadi konflik kepentingan," beber Siti Fatimah.
Menkes Inggris Will Quince (September 2022 sampai saat ini)
Will menamatkan pendidikan Hukum di Universitas Aberystwyth, Inggris. Sebelumnya, dia berprofesi sebagai pengacara dan politisi.
Will pernah menduduki jabatan setara Wakil Menteri di Kementerian Pendidikan Inggris.
Menkes Amerika Xavier Becerra (sejak Maret 2021 sampai sekarang)
Becerra berlatar belakang pendidikan Ekonomi dari Stanford University, dan melanjutkan program doktor di bidang HUKUM dari Stanford Law School.

Sebelum menjabat Menkes, Becerra yang juga pengacara senior, bekerja sebagai jaksa di California.
Menkes Jepang Katsunobu Kato (sejak Agustus 2022, sebelumnya Menkes pada 2017-2018 dan 2020-2021

Kato merupakan jebolan Fakultas Ekonomi, University of Tokyo. Dia banyak berkarier sebagai birokrat di Kementerian Keuangan dan Kementerian Pertanian.
Menkes Australia Mark Butler (sejak Juni 2022 hingga kini)
Mark adalah lulusan Hukum dari University of Adelaide, Australia. Kariernya banyak dihabiskan sebagai pengacara dan aktivis buruh.

Menkes Thailand Anutin Charnvirakul (sejak Juli 2019 hingga kini)
Thailand memang bukan negara maju. Tapi, punya banyak kemiripan dengan Indonesia.
Siti Fatimah bilang, Menkes Anutin ini unik karena keberhasilannya mengendalikan Covid-19 di Thailand, menginisiasi ganja untuk medis, dan mengembangkan RS di Thailand sebagai pusat medical tourism terbesar saat ini di Asia Tenggara.
"Dia lulusan Engineering, setara Insinyur di Indonesia, dari Hofstra University di Amerika. Sebelumnya, dia adalah Menteri Dalam Negeri Thailand dan politisi," pungkas Siti Fatimah. rm.id

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo