TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Cemburu Lihat Saudi Akur Dengan Iran-Suriah

AS Kebakaran Jenggot

Laporan: AY
Jumat, 14 April 2023 | 08:08 WIB
Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan al Saud (kanan) menyambut Menlu Suriah Faisal Mekdad di Jeddah. (Ist)
Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan al Saud (kanan) menyambut Menlu Suriah Faisal Mekdad di Jeddah. (Ist)

AS - Amerika Serikat (AS) seperti kebakaran jenggot dengan langkah politik Arab Saudi membuka lembaran baru hubungan dengan Iran dan Suriah. Menanggapi hal ini, Washington mewanti-wanti sekutunya tersebut tentang potensi terjadinya gangguan ancaman keamanan di kawasan.

Setelah berbaikan dengan Iran, Saudi mulai mengupayakan perbaikan hubungan dengan Suriah. Menteri Luar Negeri (Menlu) Suriah Faisal Mekdad bertandang ke Jeddah, Arab Saudi, Rabu (12/4), untuk memenuhi undangan Menlu Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan. Ini adalah kedatangan diplomat Suriah yang pertama setelah Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Suriah rezim Presiden Bashar Al Assad pada 2011.

Pemutusan hubungan diplomatik berlangsung akibat tindakan keras rezim Assad terhadap kelompok oposisi. Situasi tersebut kemudian memicu perang saudara di Suriah. Liga Arab juga mencabut keanggotaan Suriah dan banyak negara Arab menarik duta besar dari Ibu Kota Suriah, Damaskus.

“Menlu Faisal Mekdad bertemu rekan sejawatnya dari Arab Saudi untuk membahas langkah-langkah penyelesaian politik yang lengkap terhadap krisis Suriah,” kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam sebuah pernyataan, dilansir AFP, kemarin.

“Tujuannya adalah untuk mencapai rekonsiliasi nasional dan membawa kembali Suriah ke dalam keluarga Arab dan melanjutkan perannya di dunia Arab,” imbuh pernyataan itu.

Kunjungan Mekdad terjadi beberapa jam setelah Saudi menyambut kehadiran delegasi Iran di Riyadh, Arab Saudi untuk menjajaki membuka kembali misi diplomatik, setelah tujuh tahun putus.

Dalam beberapa bulan terakhir, terjadi perbaikan hubungan di antara negara-negara Arab. Antara lain, peningkatan keterlibatan antara Suriah dan negara-negara Arab. Tahun ini, Presiden Assad telah mengunjungi Uni Emirat Arab (UEA) dan Oman.

Duta Besar Arab Saudi Mohammed Al-Jaber melakukan perjalanan ke Ibu Kota yang dikuasai pemberontak Sanaa, Yaman, pekan ini dengan harapan mencari solusi antara pemberontak Houthi (dibeking Iran) dan Pemerintah Yaman yang digulingkan.

Saat itu, tahun 2015, Arab Saudi mengumpulkan koalisi multinasional untuk melawan Houthi. Yaman telah menjadi medan perang utama, di saat Iran dan Arab Saudi bersaing untuk berebut pengaruh di Suriah, Irak dan Lebanon.

Para analis mengatakan, Arab Saudi sebagai eksportir minyak terbesar di dunia, kini ingin keluar dari perang delapan tahun untuk fokus pada proyek-proyek domestik yang bertujuan untuk melakukan diversifikasi pada ekonomi yang sangat tergantung pada energi.

Menanggapi perkembangan terkini di Timur Tengah, Washington menunjukkan gelagat tidak setuju dengan aksi Saudi. Penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan berbicara melalui telepon dengan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), Selasa (11/4).

Percakapan telepon keduanya membahas soal Yaman hingga isu terkait Iran.

“Sullivan dan Putra Mahkota Salman membahas tren de-eskalasi di kawasan, sambil menggarisbawahi perlunya mempertahankan pencegahan terhadap ancaman dari Iran dan lainnya,” bunyi pernyataan Gedung Putih soal isi percakapan telepon itu, dilansir Reuters.

Percakapan telepon itu dilakukan sesaat setelah Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) Bill Burns melakukan kunjungan ke Saudi. Washington mengingatkan Saudi untuk tetap mempertahankan keamanan kawasan di tengah upayanya menjalin kembali perdamaian di kawasan.

Pada hari ini, perwakilan dari sembilan negara Arab akan bertemu di Jeddah untuk membahas kemungkinan mengizinkan Suriah menghadiri pertemuan puncak Liga Arab bulan depan. Upaya pemulihan hubungan antara Saudi dan Suriah memperoleh momentum setelah Saudi memutuskan menormalisasi relasi diplomatiknya dengan Iran pada 10 Maret lalu.

China berperan sebagai mediator dalam proses tersebut. Beberapa analis mengatakan bahwa ini merupakan bukti makin kuatnya peran China pada arena politik global, mengalahkan AS.

Mantan pejabat senior AS dan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang juga peneliti di Brookings Institution, Jeffrey Feltman mengatakan, peran China akan ditafsirkan sebagai tamparan pada pemerintahan Presiden AS Joe Biden. Juga sebagai bukti bahwa China adalah kekuatan yang sedang naik daun. rm.id

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo