TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo
Ini Omongan Luhut, Silakan Kalau Mau Bantah

Orang Gila Yang Bilang NKRI Seperti Sri Lanka

Oleh: US/AY
Minggu, 17 Juli 2022 | 13:08 WIB
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan. (Ist)
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan. (Ist)

JAKARTA - Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan kesal betul Indonesia disebut-sebut bakal bernasib tragis seperti Sri Lanka. Saking kesalnya, Luhut sampai menyebut orang-orang yang menyamakan Indonesia dengan Sri Lanka itu, gila. Bagi yang merasa kesindir omongan Luhut ini, silakan kalau mau bantah.

Saat ini, Sri Lanka sedang jadi sorotan warga dunia. Tak terkecuali warga di Tanah Air. Negara kepulauan dekat India itu, sudah berbulan-bulan dilanda krisis. Warganya kesulitan mendapat BBM, listrik, dan gas. Ekonominya hancur. Harga barang-barang kebutuhan pokok melesat. Inflasinya tinggi. Utang luar negerinya seabrek. Rasionya sudah di atas 60 persen dari pendapatan domestik bruto.

Awal bulan lalu, pemerintah Sri Lanka menyatakan, negaranya sudah bangkrut. Sudah tidak punya devisa lagi untuk mengimpor BBM, gas, bahan pangan, bahkan tisu toilet. Krisis ini memicu kemarahan warga, yang puncaknya terjadi pekan lalu. Istana Presiden digeruduk ratusan ribu orang. Rumah Perdana Menterinya dibakar. Akhirnya, presidennya kabur dan mundur. Lalu Perdana Menterinya yang kini diangkat menjadi presiden.

Huru-hara yang terjadi di Sri Lanka ini tak lepas dari perhatian publik di Tanah Air. Ada sejumlah pihak yang memprediksi Indonesia bisa seperti Sri Lanka.

Menanggapi hal ini, Luhut angkat suara. Ia menegaskan, kondisi ekonomi Indonesia masih kuat. Tak akan bangkrut seperti Sri Lanka.

"Kalau ada yang ngomong kita mau disamakan dengan Sri Lanka, bilang dari saya, sakit jiwa itu. Lihat datanya dengan baik. Suruh dia datang ke saya," kata Luhut dengan suara keras, saat konferensi pers Rakornas 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP), di Jakarta, Jumat (15/7).

Luhut menjelaskan, data indikator ekonomi Indonesia sangat baik. Bahkan, termasuk negara yang terbaik di dunia di tengah gejolak perang Rusia-Ukraina. Neraca perdagangan selalu surplus selama 26 bulan terakhir. Inflasi terjaga. Bahkan, Indonesia menjadi yang terbaik dalam menjaga inflasi.

Karena itu, ia minta para pengkritik agar tidak menutup mata dengan data ekonomi. Jangan semuanya selalu dibawa ke persoalan politik.

"Dalam kondisi seperti ini, kita harus kompak. Jangan membohongi rakyat. Saya nggak suka untuk populer bikin berita bombastis. Saya pikir itu ndak adil dan tidak benar," tegasnya lagi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan hal serupa. Dia bilang, tak perlu khawatir berlebihan. Ekonomi Indonesia masih baik. Pertumbuhan ekonomi bagus, inflasi terjaga, neraca perdagangan oke, kinerja moneter dan APBN bagus, kurs rupiah juga begitu.

Intinya, ekonomi RI belum mengkhawatirkan. Meski begitu, ia menyampaikan, Pemerintah akan tetap menggunakan semua instrumen kebijakan, baik itu fiscal policy, monetary policy, OJK di finance sector, maupun regulasi yang lain, untuk terus memonitor situasi ekonomi tersebut.

Sebelumnya, sejumlah kalangan menyebut kondisi yang terjadi di Sri Lanka bisa juga terjadi di Indonesia. Salah satunya disampaikan pengamat politik Rocky Gerung. Mantan dosen di Universitas Indonesia ini menyampaikan, ada sejumlah faktor yang mendukung analisanya. Seperti pembangunan infrastruktur semacam pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) yang akan bikin ekonomi oleng. Menurut dia, gara-gara pembangunan infrastruktur ini, APBN selalu terkuras.

Ia lalu menyoroti soal kredit rumah yang tinggi sehingga orang makin susah beli rumah, dan harga kebutuhan pokok seperti bawang, cabe, dan ayam yang terus merangkak naik. Dengan kondisi ini, Gerung memprediksi, peristiwa yang terjadi di Sri Lanka akan berlangsung di Indonesia.

"Ini bukan provokasi. Memang ilmunya begitu, teorinya begitu, kejadiannya akan begitu," kata Rocky.

Politisi Partai Ummat MS Kaban menyampaikan hal serupa. Ia menyoroti kenaikan harga BBM untuk jenis Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex. Menurut dia, kenaikan harga BBM untuk orang kaya ini, akan bikin rakyat susah. Ia lalu menyoroti petani sawit yang kesusahan karena harga tandan buah segar (TBS) anjlok. Dari situ, Kaban lalu menyinggung kondisi di Sri Lanka yang gara-gara krisis, menyebabkan amarah rakyat meluap dengan menguasai Istana Presiden.

Namun, padangan Gerung dan Kaban dipatahkan pakar ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Miguel Angel Esquivias Padilla. Dia menilai, kondisi Indonesia jauh beda dengan Sri Lanka. Krisis ekonomi di Sri Lanka disebabkan kombinasi beberapa faktor yaitu ekonomi, politik, dan sosial. Kombinasi faktor tersebut diperparah dengan tekanan kondisi Covid-19 serta ekses perang Rusia dan Ukraina.

"Dari dulu memang perekonomian Sri Lanka sudah memiliki beberapa kelemahan, yaitu punya utang yang cukup besar," kata Miguel, kemarin.

Pada 2005, lanjut Miguel, Sri Lanka sudah mengalami defisit yang bertambah dari tahun ke tahun. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, sepanjang 2005 hingga 2021, Sri Lanka mengalami 6 kali negatif. Sri Lanka juga mengalami transformasi dalam perekonomian manufaktur perindustrian yang menurun.

Kondisi itu diperparah dengan pandemi yang berdampak pada penerimaan valuta asing. Hampir 10 persen dari perekonomian Sri Lanka tergantung pada penerimaan uang dari luar negeri atau penerimaan dari aspek jasa pariwisata.

Sementara, perekonomian di Indonesia mengalami pertumbuhan selama 22 tahun secara berturut-turut. Nilai tambah dari perekonomian Indonesia juga jauh lebih solid dibandingkan dengan Sri Lanka. "Industri juga lebih berkembang dari aspek stabilitas masyarakat, aspek makro ekonomi, dan aspek politik," terangnya.

Selain itu, kata dia, utang Indonesia saat ini masih dalam kondisi sangat aman. Indonesia memang membutuhkan dana tersebut untuk bisa membiayai proyek pertumbuhan dan proyek untuk masyarakat. (rm.id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo