TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Bentuk MPR (Majelis Permusyawaratan Rembang)

Para Tokoh Ngadu dan Menangis ke Gus Mus

Laporan: AY
Senin, 13 November 2023 | 09:12 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAWA TENGAH -"Sejumlah tokoh membentuk Majelis Permusyawaratan Rembang (MPR), untuk menjadi wadah menyampaikan pendapat mengenai kondisi terkini bangsa. Mereka lalu ramai-ramai mendatangi kediaman KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus untuk mengadu sambil menangis.

Para tokoh hadir di kediaman Gus Mus, di Kelurahan Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Minggu (12/11/2023), sekitar pukul 10.30 WIB. Mereka yang ikut sowan antara lain istri mendiang Cendekiawan Muslim Nurcholish Madjid atau Cak Nur, Omi Komariah Madjid. Kemudian mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, budayawan Goenawan Mohamad, mantan Wakil Ketua KPK Erry Riyana Hardjapamekas, hingga Antonius Benny Susetyo.

Kehadiran rombongan ini disambut salah satu menantu Gus Mus, Wahyu Salvana. Ia lalu mempersilakan para tokoh tersebut masuk ke ruang utama dan menemui mertuanya.

Sebelumnya, Wahyu sempat menjelaskan bahwa kedatangan para tokoh ke rumah Gus Mus hanya sowan biasa dan tidak ada urusan politik di baliknya. “Abah biasa disowani dari semua kalangan dan setiap tamu harus dimuliakan,” ujarnya.

Pertemuan berlangsung selama 1,5 jam lebih dan digelar secara tertutup. Setelah selesai sowan, para tokoh ini menggelar konferensi pers di tempat terpisah.

Sambil duduk berjejer dengan latar belakang kain warna hitam, koordinator acara Alif Iman Nurlambang menyampaikan intisari pertemuan para tokoh dengan Gus Mus. Dia menjelaskan, para tokoh punya pandangan yang sama mengenai situasi politik bangsa yang memprihatinkan. Salah satu yang disorot adalah intervensi terhadap Mahkamah Konstitusi (MK). Mereka khawatir hal itu mengancam asas jujur dan adil dalam Pemilu 2024.

"Mengutip puisi Gus Mus, kita tengah menghadapi materi dengan rasa yang beda. Termasuk materi republik dengan rasa kerajaan,” ungkap Alif.

Dia mengatakan, para tokoh lintas budaya dan ilmu ini sepakat, proses politik itu harus berdasarkan nilai-nilai budaya yang luhur. Gus Mus bahkan berpesan, politik harus mementingkan etika dan moral, bukan mementingkan diri sendiri. Oleh karenanya, MPR akan terus menyuarakan pendapatnya agar pemimpin bangsa bersikap arif dan bijaksana.

“Pesan Gus Mus untuk terus memberikan nasihat kepada kekuasaan, kepada elite-elite politik, bahwa apa yang sudah berlangsung itu melukai perasaan kita semua,” tandasnya.

Goenawan Mohamad menyatakan ikut pertemuan karena ingin berbagi rasa dan saling menularkan semangat. Sebab, saat ini semua bisa dibeli dengan uang dan kekuasaan. “Suara bisa dibeli, kedudukan bisa dibeli. Sehingga yang ikhlas sudah mengalami erosi yang berat di Negara Kesatuan Republik Indonesia,” katanya.

Sastrawan senior itu menilai, kalau sebuah masyarakat kehilangan rasa saling percaya, bisa membawa kehancuran terhadap kehidupan berbangsa. Berangkat dari situ, dia dan tokoh lain berkumpul untuk mencegah dampak buruk atas hilangnya kepercayaan masyarakat. “Sehingga bangsa ini bisa menempuh perjalanan yang lebih lama,” tukasnya.

Sementara, Omi Komariah Madjid mengungkapkan kekesalan dan kesedihannya terhadap situasi nasional yang terjadi belakangan ini. Saat curhat dengan Gus Mus, Omi tak bisa menahan tangisnya.

Dia mengatakan, saat ini pemberantasan korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) yang diperjuangkan Gerakan Reformasi 98, tidak dijalankan secara sungguh-sungguh oleh pemerintah. Bahkan, KKN justru semakin menggurita.

“Sangat memprihatinkan sekali, bahkan nepotisme kekuasaan Anda lihat sendiri. Ditunjukkan, dipertontonkan kepada kita semua secara terbuka tanpa rasa malu dan salah sama sekali. Itu yang membuat saya menangis,” katanya. “Ke mana hati nurani pemimpin kita itu? Jadi, kekuasaan itu menjadi menjadikan orang tertutup hati nuraninya,” sambungnya.

Sedangkan Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan alasannya mendatangi Gus Mus. Selain untuk menyampaikan pandangan, juga meminta nasihat. “Karena beliau punya kedalaman rasa dan kejernihan dalam berpikir,” jelasnya.

Dalam pertemuan pun, Gus Mus merasakan kekecewaan serupa. Yang dikeluhkan itu sebenarnya bukan pemikiran elitis, atau analisis kaum intelektual. “Curhat ini hakekatnya apa yang terjadi di tengah-tengah kita,” ucap Lukman.

Warganet ramai mengomentari momen pertemuan para tokoh dengan Gus Mus ini. Mereka bersyukur, karena masih banyak orang yang mampu berpikir dengan jernih. "Alhamdulillah masih banyak yang menggunakan akal sehat," cuit akun @aawafa4J4.

Akun @Jelli_cent menyebut, setelah masa reformasi, ini adalah tahun terburuk saat negeri ini mengalami krisis demokrasi. “Semoga nasehat Gus Mus agar forum-forum seperti ini diperluas dengan melibatkan lebih banyak pihak mendapat perhatian. Rembang melawan pelanggaran konstitusi dan downgrade demokrasi," ujarnya.

“Kekhawatiran masyarakat ternyata menjadi kekhawatiran Gus Mus. Maka, beliau mengatakan bahwa kita harus kembali ke nilai-nilai yang beradab,” sahut @BungkusTukang

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo