Jelang KTT G20, Menlu Retno Gencar Lobi Banyak Negara

AS - Menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, November mendatang, Menteri Luar Negeri (Menlu RI), Retno Marsudi gencar melakukan komunikasi dengan sejumlah negara.

Dia memanfaatkan momen kehadirannya di High Level Week (HLW) Sidang Majelis Umum PBB ke-77 di New York, Amerika Serikat. Retno bertemu Menlu Belanda Wopke Hoekstra dan Menlu India Jaishanka, secara terpisah. Retno mengajak keduanya menyukseskan KTT G20.

Dalam keterangan Kementerian Luar Negeri (Kemlu), kemarin, Retno mengatakan, di tengah situasi dunia yang kurang baik hingga mengalami tantangan dan rivalitas, Indonesia berharap bisa merealisasikan hasil kerja sama konkret dari berbagai forum multilateral. Ini termasuk dalam KTT G20 mendatang hingga pertemuan lain.

“Di tengah situasi yang sangat sulit ini, Indonesia berharap agar semua negara anggota G20 terus melanjutkan kerja agar KTT G20 nanti dapat menghasil￾kan kerja sama konkret untuk membantu pemulihan ekonomi dunia,” ujar Retno.

Sementara Hoekstra sepakat dengan harapan Indonesia tersebut, dan menyampaikan dukungannya terhadap presidensi Indonesia.

Belanda sangat ingin melihat kesuksesan Indonesia dalam memimpin G20,” katanya. Hoekstra juga mengakui kepemimpinan Indonesia dalam mengelola pertemuan-per￾temuan G20 hingga kini.

“Pada pertemuan para Menlu G20 misalnya, Indonesia berhasil menghadirkan semua menteri luar negeri negara anggota G20 dan negara undangan, untuk duduk dalam satu ruangan dan membahas isu-isu yang sangat sensitif,” kata Hoekstra.

Kedua Menlu juga membahas persiapan KTT G20 yang akan dilakukan di Bali pada 15-16 November 2022 mendatang. Belanda merupakan salah satu negara undangan G20 di bawah Presidensi Indonesia. Perdana Menteri Belanda Mark Rutte direncanakan akan menghadiri KTT G20 di Bali.

Dalam pertemuan dengan Menlu India Jaishankar, Retno melakukan pembicaraan reguler mengenai G20. Hal ini mengingat India akan menerima tongkat presidensi dari Indonesia pada 16 November 2022 nanti.

“Diskusi regular ini diperukan agar terjadi kesinambungan antara satu presidensi dengan presidensi berikutnya,” kata Retno.

“Komunikasi seperti ini penting dilakukan dengan negara-negara anggota G20 agar Presidensi G20 Indonesia dapat menghasilkan kerja sama konkret yang tidak saja bermanfaat bagi negara anggota, namun bagi dunia,” sambung Menlu perempuan pertama Indonesia itu.

Selain isu G20, kedua Menlu juga melakukan pembahasan soal perkembangan di Myanmar. Indonesia menyampaikan kekecewaan terhadap tidak adanya kemajuan yang signifikan pelaksanaan 5 Points Consensus (5PC) dan berharap India dapat melanjutkan dukungannya terhadap 5PC ASEAN. (rm.id)