Merdeka Jiwa Merdeka Kota

SERPONG - Kemerdekaan bukan hanya soal bebas dari penjajahan fisik. Lebih dalam dari itu, ia adalah kebebasan jiwa dari ketakutan, tekanan, dan ketimpangan. Di kota modern seperti Tangerang Selatan, makna kemerdekaan harus diterjemahkan dalam ruang-ruang kehidupan sehari-hari. Maka pertanyaannya, apakah warga Tangsel hari ini sudah benar-benar merdeka—baik lahir maupun batin?
Kemerdekaan lahiriah tampak dalam pembangunan infrastruktur, akses pendidikan, dan layanan publik. Tapi kemerdekaan batin sering terabaikan. Banyak warga masih terjepit dalam rutinitas yang menyesakkan, tinggal di hunian sempit yang tak layak, hidup tanpa kepastian kerja, dan berjalan di trotoar yang tak ramah pejalan kaki. Kota tampak berkembang, tapi jiwa-jiwa di dalamnya justru terkikis oleh sistem yang tak peduli pada manusia.
Dalam Islam, kemerdekaan sejati adalah hurriyyah al-nafs—kebebasan jiwa dari dominasi hawa nafsu dan ketidakadilan. Seperti dikatakan Imam Al-Ghazali dalam Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn, manusia merdeka adalah yang mampu hidup tanpa takut kepada makhluk, hanya tunduk kepada keadilan dan kebenaran. Jika kota dibangun hanya untuk elite, dan yang kecil terus terpinggirkan, maka ini bukan kemerdekaan, tapi penindasan dalam wujud baru.
Di Tangsel, kemerdekaan warga harus dijamin melalui kebijakan yang adil dan empatik. Pembangunan jangan hanya berorientasi pada estetika dan investasi, tapi juga harus menghadirkan ruang spiritual: ruang berkumpul, ruang berzikir, ruang berdialog, dan ruang bernafas bagi warganya. Masjid, majelis ilmu, dan taman publik yang nyaman harus mendapat tempat prioritas dalam tata ruang kota.
Kita juga perlu bertanya, apakah warga miskin di Tangsel merdeka dari rasa cemas ketika sakit dan tak mampu berobat? Apakah buruh dan pedagang kecil merdeka dari tekanan regulasi yang tidak berpihak? Apakah anak muda merdeka dari tuntutan hidup yang menghilangkan makna hidup itu sendiri?
Merdeka jiwa artinya warga bisa hidup dengan martabat. Tidak dicekam rasa takut, tidak kehilangan ruang untuk bertumbuh. Kota yang merdeka bukan yang bebas macet semata, tapi yang membuat warganya tenang, aman, dan dihormati sebagai manusia.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan, di momen kemerdekaan ini, perlu kembali merefleksikan arah pembangunan: apakah benar menyentuh rasa keadilan warga? Apakah APBD memberi ruang besar bagi pendidikan spiritual dan sosial masyarakat, atau justru habis untuk fasilitas elite?
Seperti yang dikatakan Bung Karno, “Kemerdekaan hanyalah jembatan emas.” Tapi jembatan itu menuju ke mana? Jika tidak menuju pada kota yang menyejahterakan dan memanusiakan, maka kita hanya berpindah dari satu bentuk penindasan ke bentuk lainnya.
Maka, mari kita kobarkan kembali semangat kemerdekaan dalam arti yang sejati. Tangsel harus jadi kota yang membebaskan, bukan membelenggu. Yang memberdayakan, bukan mengontrol. Yang memberi ruang hidup, bukan mempersempit.
Merdeka jiwa, baru bisa merdeka kota.
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Selebritis | 3 jam yang lalu