TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Cara Tentara Ukraina Pulihkan Fisik Dan Mental

Duduk Di Ruangan Redup Ditemani Wangi Lavender

Laporan: AY
Jumat, 06 Januari 2023 | 08:41 WIB
Sejumlah tentara Ukraina sedang mendengarkan musik di ruangan redup ditemani wangi lavender di pusat rehabilitasi. (Ist)
Sejumlah tentara Ukraina sedang mendengarkan musik di ruangan redup ditemani wangi lavender di pusat rehabilitasi. (Ist)

UKRAINA - Perang selama 10 bulan tanpa henti, mendorong seorang komandan lokal mengubah Sanatorium di era Uni Soviet menjadi pusat pemulihan bagi prajurit untuk mengobati penyakit mental dan fisik. Itu dilakukan sebelum kembali bertugas di garis depan.

Seperti dikutip dari Associated Press (AP), para pria duduk di kursi nyaman dengan ruangan redup wangi lavender dan pohon pinus. Mereka menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata dan mendengarkan musik meditasi.

Namun, kegiatan itu bukan dilakukan kaum Adam yang sedang mendapatkan perawatan di spa. Mereka adalah para prajurit Ukraina yang sedang beristirahat di pusat rehabilitasi di wilayah Kharkiv. Mereka memulihkan tubuh dan pikiran sejenak sebelum kembali ke garis perang antara Rusia dan Ukraina.

Perang yang dimulai sejak 24 Februari 2022 itu, belum menunjukkan tanda bakal berhenti. Mereka yang menjadi tentara tidak semuanya dari latar belakang militer. Ada juga warga sipil yang mau menjadi relawan demi membela tanah air. Alhasil, perang yang sudah 10 bulan ini membuat hati dan pikiran lelah.

Suasana itu sangat disadari Letnan Kolonel Oleksander Vasylkovskyi, yang menjadi komandan di Kharkiv. Dia lantas memanfaatkan Sanatorium era Soviet menjadi pusat pemulihan bagi prajurit untuk mengobati penyakit mental dan fisik.

“Rehabilitasi ini membantu para prajurit, setidaknya selama seminggu untuk memulihkan diri,” kata Vasylkovskyi, Letnan Kolonel di Angkatan Bersenjata Ukraina.

Vasylkovskyi ingat bagaimana para tentara menderita dalam diam setelah pulang dari pertempuran melawan Rusia di Donbass, timur Ukraina pada 2014. Tingkat bunuh diri di antara para veteran juga semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Termasuk banyak kasus gangguan stres, pasca trauma yang tidak diobati.

Dia berharap, pusat rehabilitasi itu dapat meningkatkan kesadaran akan perlunya perawatan kesehatan mental dan mencegah kasus bunuh diri di masa depan.

Di tempat itu, para prajurit ditawari berbagai perawatan: terapi akuatik di kolam air panas untuk menyembuhkan nyeri otot; terapi lampu merah untuk meningkatkan sirkulasi jantung dan darah, ruang garam untuk pernapasan yang lebih baik.

Dan bagi mereka yang mengalami mimpi buruk ada terapi electrosleep yang dapat merilekskan saraf. Psikolog juga tersedia, tidak hanya untuk para prajurit juga untuk keluarga mereka yang berurusan dengan trauma perang.

Para prajurit juga menjalani pemeriksaan medis. “Ini hal yang paling penting karena seseorang menjadi sakit akibat stres dalam pertempuran,” terang Vasylkovskyi.

Selain bekas luka psikologis akibat perang, para prajurit juga datang untuk mengobati meningitis, memar, amputasi, radang paru-paru dan saraf, gangguan tidur, penyakit kulit, hingga penyakit kardiovaskular.

“Jika seseorang mengalami trauma dan tidak bisa berjalan, kami akan membuat mereka kembali berdiri,” kata Artem, seorang terapis fisik yang bekerja di pusat rehab tersebut.

Lebih dari 2.000 tentara telah dirawat di sini sejak pusat ini dibuka Juni lalu. Pusat rehabilitasi ini menerima dukungan dari mitra internasional, dari Latvia, Lithuania, Romania, Polandia, Amerika Serikat dan Spanyol. Menurut Vasylkovskyi, biaya satu hari rehabilitasi untuk satu tentara sekitar 20 euro (Rp sekitar 350.000).

Viktor, yang nama belakangnya tidak dapat dipublikasikan karena alasan keamanan, bekerja sebagai penambang sebelum bergabung dengan tentara. Dia ikut dalam operasi militer yang sukses mendesak pasukan pendudukan Rusia keluar dari Kharkiv.

Selama berbulan-bulan, dia tidur di parit berlumpur dan dingin. “Kami bekerja dalam kondisi yang buruk bagi kesehatan,” kata Viktor, saat mendapat perawatan di sebuah ruangan yang dinding dan lantainya dilapisi garam unmtuk membersihkan paru-parunya yang rusak.

Empat hari di pusat rehalbilitasi, dia merasa bersemangat kembali. “Saya sudah bertekad melangkah lebih jauh, melanjutkan pekerjaan saya, menghancurkan musuh, dan membawa kita setap hari lebih dekat ke kemenangan,” kata Viktor.

Namun, yang paling menarik dari pusat rehabilitasi ini bukanlah terapi. Tetapi dibolehkannya para tentara membawa serta keluarga selama beberapa hari.

Maksym, seperti Viktor, tidak dapat mengungkapkan nama belakangnya karena alasan keamanan, belum pernah bertemu istri dan putranya selama lima bulan.

“Salah satu bagian tersulit dari perang ini, ketika tidak dapat terhubung dan berbicara dengan orang yang anda cintai,” terang Maksym.

Dia merasa lega bisa bertemu keluarga selama beberapa hari di pusat rehabilitasi dan bersantai bersama. Tanpa liburan resmi, ini satu-satunya cara agar banyak tentara bisa beristirahat dengan baik. rm.id

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo