TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Ternyata Produk China Banyak Beredar Di AS

Reporter & Editor : AY
Rabu, 07 Mei 2025 | 10:32 WIB
Ilustrasi. Foto : Ist
Ilustrasi. Foto : Ist

AMERIKA SERIKAT - Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China masih mendapatkan sorotan netizen. Teranyar, mereka menyoroti banyaknya produk dari Negeri Tirai Bambu yang beredar di Negeri Paman Sam. Bahkan, produk-produk tersebut juga dijual di Trump Tower, New York, AS.

 

Sejumlah video dengan hashtag made in China alias dibuat di China, viral di media sosial X dan TikTok. Video tersebut memperlihatkan sejumlah souvenir Trump yang dibuat di China dan dijual di Trump Tower, seperti topi, pin, hingga lencana bertuliskan made in China.

 

Teranyar, video viral berisi sindiran sejumlah warga China kepada warga AS. Mereka ramai-ramai menunjukan, barang yang mereka gunakan diproduksi di China, mulai dari sepatu hingga tas.

 

Netizen China juga menantang warga AS menunjukkan dari manakah barang-barang yang mereka gunakan dibuat.

 

Menyoal perang dagang yang berlarut ini, Presiden AS, Donald Trump mengatakan, AS sedang berusaha melakukan pertemuan dengan banyak negara, termasuk China, untuk membahas kesepakatan perdagangan.

 

“Pada suatu titik, saya akan menurunkannya (tarif impor). Karena jika tidak, Anda tidak akan pernah bisa berbisnis dengan mereka,” ujar Trump dilansir NBC, dikutip Selasa (6/5/2025).

 

Trump mengklaim, Pemerintah China sangat ingin melanjutkan bisnis dengan AS, lantaran ekonomi mereka mulai kolaps. Karenanya, negosiasi yang mungkin terjadi bukan meluluhkan semua tarif impor.

 

“AS tidak ingin perdagangan dimanfaatkan untuk membiayai angatan perang. Saya tidak berharap China meraup ratusan miliar dolar dan membangun lebih banyak kapal, tank angkatan darat dan pesawat,” cetusnya.

 

Kebijakan tarif impor tinggi yang diterapkan AS juga menjadi perhatian Pemerintah Indonesia.

 

Wakil Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Aru Armando menyatakan, pihaknya sedang mempertimbangkan melakukan relaksasi persaingan usaha untuk menjaga ketahanan industri ekspor di tengah perang tarif.

 

“KPPU dapat memberi relaksasi dari (sisi) penegakan hukum persaingan usaha bagi pelaku usaha yang memproduksi untuk kebutuhan ekspor,” ujarnya.

 

Menurut Aru, relaksasi ekspor bagi para eksportir dapat menjadi strategi para pelaku usaha untuk bertahan di tengah perang tarif.

 

Selain relaksasi, pihaknya juga mendorong para pelaku usaha melakukan konsolidasi dengan sepengetahuan KPPU.

 

Konsolidasi bertujuan untuk merumuskan strategi yang akan mereka gunakan untuk menghadapi tarif resiprokal AS,” imbuhnya.

 

Dalam kondisi normal, lanjut Aru, konsolidasi pengusaha merupakan langkah yang salah atau melanggar prinsip persaingan usaha yang sehat. Pasalnya, kegiatan tersebut dapat mengarah pada persekongkolan, korupsi, hingga kartel.

 

“Tapi, ketika menghadapi situasi yang tidak normal, seperti tarif AS, saya pikir koordinasi perlu dilakukan. Catatannya, dikonsultasikan dengan KPPU,” tegas dia.

 

Diketahui, sejak awal April, AS dan China terlibat perang tarif usai Trump menaikkan pungutan pajak terhadap produk-produk asal China hingga 145 persen.

 

Sebagai balasan, Beijing menaikkan tarif terhadap produk-produk AS hingga 125 persen. Selain China, AS juga menaikkan pungutan pajak pada produk asal Indonesia hingga sebesar 32 persen.

 

Berbagai fenomena seputar perang dagang juga ramai diperbincangkan netizen di media sosial X.

 

Perang dagang terjadi gara-gara mereka nggak bisa ngobrol baik-baik. Ini kayak orang pacaran yang lagi berantem,” cuit akun @plisitin.

 

“Gara-gara perang dagang, dolar melemah, harga emas naik,” tulis akun @sinaeabela19.

 

“Kapan selesainya sih perang dagang dan gonjang ganjing nilai tukar. Kalau begini terus, ekonomi dunia bakalan lesu,” timpal akun @YKAJImnnjo_giat.

 

Amerika mengenakan tarif 145 persen pada produk-produm China. China membalas dengan mengenakan tarif 125 persen pada ekspor AS. Tindakan balasan itu membuat perencanaan bisnis atau pembiayaan perdagangan lintas batas mustahil dijalankan,” tutur akun @eddesign_

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit