TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Minta Paloh Bicara ke Mega, Mimpinya Ganjar Beda Dengan PDIP

Oleh: AY/RM.ID
Sabtu, 09 Juli 2022 | 12:34 WIB
(Foto:Mice)
(Foto:Mice)

JAKARTA - Permintaan Ganjar Pranowo agar Surya Paloh berbicara dengan Megawati Soekarnoputri, soal rekomendasi Rakernas NasDem yang menjagokannya untuk Pilpres 2024, belum terealisasi. Sebab, mimpinya Ganjar berbeda dengan maunya PDIP yang ingin mengusung Puan Maharani.

Pertengahan Juni lalu, Rakernas NasDem mengeluarkan rekomendasi tiga nama untuk diusung di Pilpres 2024. Yaitu Ganjar, Anies Baswedan, dan Andika Perkasa. Ganjar mulai membuka diri dengan keputusan NasDem ini. Kata kader banteng ini, jika NasDem serius, maka Paloh sebaiknya bicara dengan Mega.

Namun, hingga kemarin, belum ada tanda-tanda Paloh akan ketemu dengan Mega. Para elite kedua partai ogah diajak ngobrol soal copras-capres. Jika pun ada, ke mana-mana pasti nama Puan yang digadang-gadang.

Politisi senior PDIP Hendrawan Supratikno misalnya. Dia berulang kali mengatakan bahwa Pilpres masih jauh. Kata dia, PDIP lebih memilih berjibaku menyelesaikan berbagai masalah bangsa.

"Kok copras-capres terus. Itu belum jadi urgensi kami," kata Hendrawan, kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Group), usai Rapat Koordinasi (Rakor) DPP dan anggota DPR Fraksi PDIP di Sekolah Partai DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, kemarin.

Kendati demikian, ia menyelipkan pernyataan bersayap soal Puan yang kini begitu dispesialkan. "Bu Puan yang ditugasi Ketum sedang muter, untuk menyerap aspirasi rakyat," sambungnya.

Namun, ia mengelak jika disebut Puan yang dipersiapkan PDIP untuk nyapres. "Itu urusan Ketum, Mas. Ini Rakor DPP dan Fraksi baru selesai. Diingatkan lagi tadi, bahwa tugas kader harus rajin turun ke bawah, melaksanakan program-program mitigasi dampak pandemi, inflasi, dan perubahan cuaca di dapil masing-masing," tandasnya.

Sehari sebelum Rakor, Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDIP Bambang “Pacul” Wuryanto mebela habis-habisan Puan, yang saat ini elektabilitasnya belum semoncer Ganjar. Ia membuat analogikan pengaruh di Pilpres dengan pertarungan ayam bangkok dengan ayam kate.

"Kalau ada jago kate diadu sama ayam jago bangkok, pikirmu menang mana? Kalau logika umum, ya menang bangkok. Tapi kalau pertempurannya di bawah amben di bawah meja yang tingginya cuma 20 cm, yang menang ayam kate," ujar Bambang Pacul, di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (7/7).

Menurutnya, semua sangat tergantung dari medan pertempuran. Artinya, bakal calon yang memiliki elektabilitas tinggi saat ini belum tentu menang di Pilpres 2024. Hitungannya, elektabilitas seseorang masih sangat mungkin bergerak dinamis karena waktu yang masih cukup panjang.

Kemarin, ia kembali memperkuat pernyataan itu. Ia meminta agar publik tidak meremehkan Puan. "Kadang cacing bisa sampai ke gunung. Susah diduga. Maka, kita tak boleh takabur, kita tak boleh sombong. Kata orang Jawa, dijalani saja. Keinginan diupayakan, dijalani," tuturnya.

Menurutnya, kemenangan tidak hanya ditentukan elektabilitas. Tapi oleh banyak hal. "Termasuk kekalahan pun bukan hanya satu faktor," terang dia.

Soal dialog antara NasDem dan PDIP, Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya mengklaim, terus dilakukan. Tapi, di forum-forum informal dan tak terekspos media.

"Komunikasi informal terjadi. Kan tak perlu kita ekspos. NasDem dan PDIP ini kan abang-adek, sama-sama nasionalis dan Soekarnois," kata Willy, ketika dikonfirmasi, tadi malam.

Apalagi PDIP dan NasDem pernah sama-sama mengusung Jokowi di Pilpres serta sama-sama membantu dalam pemerintahan.

"Tentu itu modal yang sangat kuat," ucapnya.

Ia meyakini, dialog atau silaturahmi politik antara Paloh dengan PDIP tinggal menunggu waktu. Soal kemungkinan PDIP ngotot menyodorkan Puan bukan Ganjar, kata Willy, itu urusan PDIP.

"Tentu nanti dialog yang akan menjadi bleaching (pemutihan) dari proses itu semua, apa nanti yang dihasilkan," tutupnya.

Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro menilai, ada beberapa faktor yang jadi batu sandungan, kenapa Paloh belum bisa dialog dengan Mega. Salah satunya, intensnya komunikasi NasDem dengan PKS saat ini.

"Dengan demikian, kecil juga berkoalisi dengan PDI Perjuangan apabila Partai NasDem semakin intens berkomunikasi dan berkoalisi dengan PKS," analisis Bawono, dalam obrolan dengan Rakyat Merdeka, tadi malam.

Selain itu, PDIP selaku partai yang bisa mengusung sendiri calonnya, juga enggan tergesa-gesa membangun koalisi seperti partai lain. Manuver di internal juga bisa ditekan, karena keputusan mutlak soal capres ada di tangan Mega.

"Di internal PDI Perjuangan, akhir dinamika penentuan siapa nanti akan diusung masih sangat panjang," pungkasnya. (rm id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo