TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Di Medsos Terasa Panas, Di Bawah Dingin Saja

Pilpres 2024 Tak Seseram 2014 Dan 2019

Laporan: AY
Sabtu, 23 Desember 2023 | 10:01 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Presiden Jokowi mengatakan, kondisi Pilpres 2024 tak seseram Pilpres 2014 dan 2019. Menurut eks Wali Kota Solo itu, kondisi panas cuma terasa di media sosial alias medsos. Sedangkan di bawah, rakyat dingin-dingin saja.

Jokowi menyinggung soal kondisi pilpres saat membuka acara Outlook Perekonomian Indonesia di Astor Ballroom Hotel St Regis, Jakarta, Jumat (22/12/2023). 

Awalnya Jokowi menyinggung soal kondisi ekonomi Indonesia dan investasi. Dia sempat menyinggung soal pengusaha yang menunggu hasil Pilpres. Baru kemudian, Jokowi menyinggung soal Pilpres. Dia optimis Pilpres 2024 berjalan lancar.

"Sebetulnya politiknya ada adem-adem saja, saya kira sangat jauh bila dibandingkan dengan 2014 dan 2019, sangat beda sekali," kata Jokowi. 

Kata Jokowi, ada beberapa faktor yang menyebabkan pelaksanaan Pilpres 2024 adem ayem. Antara lain kedewasaan masyarakat dalam menyikapi dinamika politik. Sehingga, kondisi panas yang dirasakan di Pilpres sebelumnya, bisa didinginkan. "Kalau terbelah sedikit juga bisa bersatu kembali," ujar eks Gubernur DKI Jakarta ini.

Kendati demikian, Jokowi menyadari banyak pihak yang merasa deg-degan menjelang Pilpres 2024. Namun, Jokowi kembali menegaskan, tak perlu ada yang dikhawatirkan.

"Kalau kita membukanya sosial media, kalau bacanya sosial media, nonton TV adu debat antar-politisi, sepertinya suasananya panas, sepertinya," tutur Jokowi.

Tetapi kalau melihat kenyataan di lapangan, kata Jokowi, jauh dari kesan keterbelahan. "Kalau bapak ibu turun ke masyarakat, turun ke desa, turun ke daerah, sering turun ke daerah-daerah, bapak ibu bisa merasakan rakyat itu santai santai saja. Betul coba pergi ke desa," paparnya.

Sebelumnya, suasana kampanye yang lebih adem juga dirasakan oleh Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta. Mantan Presiden PKS ini menilai, suasana Pilpres 2024 lebih kondusif dibanding  2019. 

"Pada Pilpres sebelumnya, pembelahan dan ketegangan begitu terasa di masyarakat," ungkap Anis Matta dalam program Gelora Talks, dikutip dari YouTube Gelora TV, Rabu (20/12/2023).

Menurut dia, bibit-bibit ketegangan itu juga sebenarnya ada di Pilpres 2024, tapi tak massif seperti 2019. "Sekarang ini jauh lebih kondusif, jauh lebih santai, walaupun tetap ada bibitnya," ucapnya. 

Hal senada juga dikatakan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ahmad Fahrurrozi. Dia setuju dengan pernyataan Jokowi. "Ya benar, saya lihat juga demikian. Yang agak panas hanya di grup WhatsApp sesama pendukung Capres saja," sebut ulama yang akrab disapa Gus Fahrur itu kepada Redaksi, Jumat (22/12/2023). 

Gus Fahrur mengungkap, alasan kenapa Pilpres 2024 lebih adem dibanding sebelum-sebelumnya. Menurutnya, kehadiran tiga Capres-Cawapres membawa angin segar bagi dinamika politik di Indonesia. 

"Kalau realita masyarakat memang tidak ada gejolak, relatif aman dan damai karena ada tiga calon, sehingga tidak ada polarisasi berlebihan. Malah kadang terhibur dengan joget Pak Prabowo Subianto yang gemoy," aku dia. 

Bahkan, kaya Gus Fahrur mengungkap masyarakat tidak terlalu tertarik dengan tayangan debat Capres ataupun Cawapres. "Banyak orang tidak melihat debat kok, mereka ngga terlalu tertarik menanggapi debat Pilpres. Beberapa pemilih santri tradisional banyak yang lebih suka ikut guru atau kiai mereka saja," sebutnya. 

Pengakuan serupa juga disampaikan Sekretaris Pengurus Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti. Dibandingkan dengan Pemilu dan Pilpres 2019, pesta demokrasi di 2024 terasa lebih tenang dan kondusif. "Meskipun bukan tanpa ketegangan, khususnya di media sosial," imbuh Mu'ti saat berbincang dengan Redaksi, Jumat (22/12/2023).

Suasana yang lebih tenang dan kondusif ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, ada tiga pasangan calon sehingga dapat mengurangi polarisasi. Kedua, kampanye yang tidak banyak melibatkan pengerahan massa, tetapi lebih menekankan dialog. Ketiga, masyarakat yang semakin dewasa dalam menyikapi perbedaan pilihan. 

"Kemungkinan ketegangan terjadi kalau Pilpres berlangsung dua putaran. Ketika hanya ada dua pasang Capres-Cawapres tensi akan meningkatkan. Walaupun polarisasi akan kecil karena tidak ada perbedaan agama di antara semua Capres-Cawapres," pungkas Mu'ti. 

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo