TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Pasca Rusuh Pemakaman Lukas Enembe

Papua Kini Normal Kembali

Oleh: Farhan
Sabtu, 30 Desember 2023 | 08:35 WIB
Sisa-sisa bangunan yang terbakar. Foto : Ist
Sisa-sisa bangunan yang terbakar. Foto : Ist

PAPUA - Kondisi Papua mulai normal lagi pasca rusuh Kamis (28/12/2023). Masyarakat di sekitar Jayapura sudah bisa melakukan aktivitasnya seperti sedia kala. Tak ada lagi aksi massa yang melempar batu dan membakar mobil hingga bangunan, seperti saat iring-iringan jenazah eks Gubernur Papua Lukas Enembe.

Meski situasinya telah kondusif, sejumlah petugas gabungan TNI-Pol­ri tetap berjaga di beberapa titik pusat kota. Mereka pun ikut mengamankan proses pemakaman Enembe di hala­man rumah pribadinya, Koya Tengah,Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, pada Jumat (29/12/2023).

Kepala Bidang Hubungan Mas­yarakat Kepolisian Daerah Papua, Kombes Ignatius Benny Ady Prabo­wo mengatakan, prosesi itu ber­langsung hikmat dan diiringi isak tangis keluarga serta ribuan orang yang mengikuti pemakaman. Supaya aman, aparat menyediakan kendaraan di lokasi untuk mengantar warga kembali ke rumah.

“Kami sudah siapkan truk di dekat kediaman almarhum," kata Benny.

Sebelumnya, kericuhan pecah saat ribuan warga Papua ikut mengantar jenazah Enembe dari Bandara Sentani, Jayapura, menuju Sekolah Teologi Atas Injili (STAKIN) di Sentani un­tuk diberi penghormatan pada Kamis (28/12/2023). Saat itu, massa menolak jenazah dibawa menggunakan mobil. Akhirnya, peti mati Enembe diarak ramai-ramai melintasi pusat kota.

Sayangnya dalam perjalanan, massa terlibat aksi anarkis dan ben­trok dengan aparat. Mereka mulai melempari petugas hingga bangunan di pinggir jalan dengan batu. Bahkan, ada mobil dan bangunan yang diba­kar saat iring-iringan massa menuju kediaman Enembe di Koya Tengah.

Kapolda Papua, Irjen Mathius Fakhiri mengatakan, akibat aksi anarkis itu ada 25 bangunan yang terbakar. Ditambah 14 orang terluka, termasuk Penjabat (Pj) Gubernur Papua, Ridwan Rumasukun yang mendapat luka serius di kepala akibat lemparan batu.

Kini, Ridwan sudah diterbangkan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, untuk mendapat perawatan insentif. “Ada memar di bagian rusuk, sehingga perlu penanganan lebih lanjut,” ujar Irjen Mathius, di Jayapura, Jumat (29/12/2023).

Panglima Kodam XVII/Cendera­wasih, Mayjen TNI Izak Pangemanan membeberkan, kerusuhan yang ter­jadi didalangi anggota Komite Nasio­nal Papua Barat (KNPB) dan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) atau Persatuan Gerakan Pembebasan Papua Barat.

Dia menyatakan, kedua organisasi pembebasan Papua tersebut sengaja menyusup dan mengajak warga melaku­kan aksi anarkis. “Anggota KNPB dan ULMWP melakukan kerusuhan saat pengantaran jenazah,” ujarnya di Jaya­pura, Jumat (29/12/2023).

Izak menyebut, fasilitas milik TNI yang ada di Waena ludes juga jadi sasaran karena ludes terbakar. Namun, dia meminta aparat menahan diri sambil mengidentifikasi para pelaku untuk ditindak sesuai aturan. “Aparat keamanan akan mengusut hingga tuntas baik kasus pemukulan hingga pembakaran,” pungkasnya.

Kenapa warga Papua marah? Sosi­olog Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rakhmat Hidayat mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan aksi anarkis saat iring-iringan jenazah Enembe. Pertama, Enembe merupa­kan idola masyarakat Papua yang dianggap berhasil membangun Bumi Cendrawasih. Dan, ketika ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), mayoritas warga menilai ada kriminalisasi di baliknya.

“Itu yang menjadi letupan emosi dan kemarahan warga Papua yang merasa tokoh dan simbol kolektif mereka mengalami ketidakadilan oleh hukum,” ungkap Rakhmat.

Kemudian, kata dia, masyarakat Papua secara geografis tinggal di daerah pegunungan dan jauh dari pusat kota. Dengan dihadapkan kontur geografis tersebut, mereka terbiasa hidup penuh perjuangan hingga membentuk karakter dan mentalnya menjadi pribadi yang keras.

Ditambah lagi faktor pendidikan masyarakat Papua relatif kurang beruntung dibanding masyarakat wilayah lain, membuat mereka mudah tersulut emosi. Rakhmat pun pun tak menampik ada unsur politik di balik aksi kemarin, apalagi saat ini Indone­sia sedang memasuki musim Pemilu.

“Sehingga di balik kerusuhan itu ada persoalan kultur geografis, sosial, hingga ada aspek politik yang berke­lindan,” pungkasnya.

Netizen ikut berkomentar dan meminta warga Papua tidak mudah terpancing emosi, akibat kabar yang beredar di media sosial. Sebab, ada narasi yang menyebut enembe meninggal karena kriminalisasi.

Wafatnya Lukas Enembe dapat dipahami baik sebagai sebuah musibah, yang mana masyarakat Papua harus menjaga situasi Kamtibmas Papua di tengah suasana Natal 2023. Lukas Enembe meninggal karena faktor pe­nyakit yang dideritanya sejak dulu," ujar @conceplt.

"Buat adik-adik Papua, kalian be­lajarlah mengejar cita-cita untuk membangun masyarakat Papua yang bermartabat. Seharusnya pendidikan di Papua sampai S1 gratis 100 persen, karena SDA Papua cukup membi­ayainya. Kalian jangan mau diman­faatkan kepentingan kelompok," ujar @nobipang.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo