TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Aneh, Tapi Nyata

Harga Beras Naik, Tapi Petaninya Koh Rugi

Oleh: Farhan
Minggu, 03 Maret 2024 | 09:55 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

SERPONG - Melambungnya harga beras di pasaran, harusnya membuat petani sebagai produsen meraih untung. Namun, yang terjadi saat ini, justru sebaliknya. Beras naik, tapi petani masih rugi. Ini aneh, tapi nyata.
Sejak sebulan terakhir ini, harga beras di pasaran melonjak gila-gilaan. Kalau pun saat ini udah mengalami penurunan, tapi harganya masih terbilang tinggi.
Harga beras premium dibandrol di kisaran Rp 16 ribu sampai Rp17 ribu per kilogram. Sementara beras medium masih anteng di level Rp 14 ribu per kilogram. Padahal Harga Eceran Tertinggi (HET) tertinggi beras premium adalah Rp 13.900 per kilogram dan beras medium hanya Rp 10.900.

Meskipun harga beras dijual lebih mahal dari biasanya, ternyata tak berdampak signifikan bagi petani. Pendapatan petani tetap tidak berubah. Justru petani banyak ngeluh soal permasalahan yang membuat biaya produksi pertanian tinggi.

Hal ini dibenarkan anggota Serikat Petani Indonesia (SPI) Jawa Timur, Kusnan. Kata dia, tingginya harga beras di pasaran tak berdampak signifikan terhadap kesejahteraan petani. Kata dia, harga gabah saat ini fluktuatif, kadang naik kadang turun.
Pada Januari harga gabah Rp 7.500 per kilogram kemudian turun dan naik lagi sebelum pencoblosan yaitu Rp 8.200 per kilogram. Setelah Pemilu turun lagi menjadi di kisaran Rp 7.300 per kilogram.

Sementara harga beras stabil tinggi di harga Rp 15 ribu sampai 16 ribu per kilogram.
“Jadi apakah petani menikmati keuntungan dari kenaikan harga beras, yah tidak juga. Karena biaya produksi naik, ongkos tenaga kerja naik, biaya irigasi naik, ditambah lagi biaya pupuk juga naik,” kata Kusnan, saat dikontak Redaksi, Sabtu (2/3/2024) malam.

Persoalan lain, kata dia, pupuk subsidi pada 2023 mulai berkurang. Jadi pada saat musim tanam di musim kemarau sudah habis. Jadi petani memakai pupuk non subsidi.

Kusnan mengakui pemasukan petani bertambah. Namun petani harus menambah ongkos untuk membeli pupuk yang sulit didapat.

Kusnan berharap, harga gabah tetap di kisaran Rp 7 ribuan selama Puasa dan Lebaran. Meski kata dia, biasanya setelah Lebaran harga gabah turun menjadi Rp 6.500 per kilogram. Menurut dia, harga segitu petani belum merasakan keuntungan karena biaya produksi petani di kisaran Rp 6.200

Lantas berapa idealnya harga gabah?
Kusnan menyebut, jika petani punya lahan satu hektar dengan harga gabah Rp 7.500. Maka jika dikonversikan dengan bekerja selama empat bulan itu sama dengan upah minimum provinsi (UMP). “Itu kalau punya lahan satu hektar. Kalau di bawah satu hektar artinya di bawah UMP,” ungkapnya.
Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih mengatakan, sekarang panen padi tidak lagi serentak, tapi kebanyakan per area. Petani masih menikmati harga sekarang walau sudah mulai turun dibandingkan dengan sebelum masa panen.

“Kami sebagai petani juga perlu harga yang stabil. Karena itu kami mendesak harga pembelian pemerintah (HPP) sekarang dinaikkan. Karena kemungkinan akan turun setelah Lebaran,” kata Henry, saat dikontak Redaksi, Sabtu (2/3/2024).

Henry menyebut kelangkaan dan lonjakan harga beras dipicu banyak persoalan. Salah satunya adalah produksi gabah yang menurun karena musim kemarau panjang dan harga harga pupuk nonsubsidi yang melambung pada tahun 2023. Henry berkata, selama tahun 2023 jatah pupuk subsidi untuk petani juga berkurang.
“Alih fungsi sawah menjadi lahan pertanian lain seperti jagung, juga jadi tren di kalangan petani. Akibatnya produksi gabah ikut turun,” ungkapnya.

Sekedar informasi. Saat ini, memang sulit mencari petani yang sedang panen di bulan Februari di Bojongjengkol, Jampang Tengah, Sukabumi, Jawa Barat. Rata-rata usia padi di Bojongjengkol saat ini berkisar 2 sampai 3 bulan. Artinya padi baru akan panen setelah Lebaran nanti.
Acun, petani di Bojongjengkol mengatakan, harga gabah saat ini lumayan bagus, yakni berkisar Rp 7.500 per kilogram. Sayangnya, saat harga gabah tinggi, kata dia, justru tak ada hasil panen yang bisa dijual. Karena musim tanam mundur akibat musim kemarau panjang tahun lalu. Sementara hasil panen musim panen tahun lalu sudah habis dijual.

“Paling hanya menyisakan untuk makan sendiri,” kata Acun, kepada Redaksi,  Sabtu (2/3/2024).

Kata Acun, wajar kalau petani tak merasakan untung dari kenaikan harga beras yang terjadi sejak akhir tahun lalu. Soalnya, biaya tanam yang mahal karena harga pupuk dan obat yang baik. Ia malah khawatir harga gabah setelah Lebaran nanti anjlok karena sedang panen raya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo