TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Gibran Mau Jadi Ketum Golkar?

Nolak Halus, Masih Banyak Tokoh Yang Lebih Mumpuni

Oleh: Farhan
Kamis, 14 Maret 2024 | 09:36 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

SOLO - Cawapres nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka mulai didorong-dorong jadi Ketum Partai Golkar. Gibran yang beberapa bulan lagi bakal dilantik jadi Wakil Presiden dianggap pantas menduduki kursi Beringin I. Apa jawab Gibran? Menanggapi wacana itu, Gibran menolak halus.
Putra sulung Presiden Jokowi ini menilai, di Golkar banyak tokoh senior yang mumpuni. Para tokoh senior itu, kata Gibran, sangat layak untuk menjadi Ketum Golkar.
“Masih banyak senior-senior. Biar senior-senior atau orang yang berpengalaman saja. Kalau pun arahnya Partai Golkar sekarang menjaring anak muda, ya jawaban saya tetap sama,” ujarnya saat ditemui di Balai Kota Solo, Rabu (13/3/2024).

Selain menyebut banyak tokoh senior yang lebih pengalaman, Gibran mengaku saat ini masih fokus mengurus Kota Solo. Meski demikian, suami Selvi Ananda ini enggan menjawab tegas, apakah bakal menerima atau menolak, jika memang dipilih sebagai ketum Partai Golkar.

“Ya itu tadi jawabannya biar yang berpengalaman atau yang senior-senior saja untuk jadi ketua, jadi pengurus. Untuk saat ini kami masih fokus di pekerjaan-pekerjaan yang ada di Kota Solo,” ucapnya.
Gibran juga menampik isu yang menyebutnya sudah resmi berjaket kuning. Baginya, urusan pekerjaan di Solo lebih mendesak untuk dibereskan, ketimbang memikirkan masuk ke partai tertentu.

Ia pun mengaku belum ada partai yang melakukan pendekatan untuk bergabung, termasuk dari PSI yang dipimpin adik bungsunya, Kaesang Pangarep. “Belum ada pembicaraan ke sana,” tutupnya.
Untuk diketahui, munculnya nama Gibran sebagai calon Ketum Golkar pertama kali disuarakan Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari. Alasannya, Gibran tidak lama lagi bakal dilantik menjadi wakil presiden pada Oktober 2024.

Qodari menyebut, selama ini karakteristik Partai Golkar punya kecenderungan yang sangat kuat untuk memiliki akses di pemerintahan. Bukan hanya menteri, tapi juga wakil presiden.

“Karena Golkar adalah partai yang ideologinya karya dan kekaryaan dan selalu berorientasi untuk menjadi bagian dari pemerintahan,” jelasnya.

Qodari melihat pengalaman serupa terjadi pada Wapres ke-10 dan 12 Jusuf Kalla, saat pertama kali menjabat pada periode 2004-2009. Di saat itu, JK yang maju tanpa dukungan Golkar justru berhasil menduduki ketua umum Beringin.

Alasan kedua, kata Qodari, Partai Golkar adalah partai lama di Indonesia yang belakangan ini besar karena dukungan anak muda. Oleh karena itu, ke depan harus berorientasi terhadap anak muda.
Meski dianggap cocok menjadi pucuk pimpinan Golkar, peluang Gibran menjadi Ketum Golkar terbentur Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai.
Dalam AD/ART Golkar, untuk menjadi ketua umum setidaknya harus sudah lima tahun mengikuti pengkaderan di Golkar. Juga harus pernah menjadi pengurus minimal lima tahun.

Untuk diketahui, pada Desember tahun ini, Golkar akan menggelar Munas untuk memilih nahkoda baru. Selain Airlangga Hartarto, sejumlah nama dari kalangan internal masuk bursa calon Ketum Golkar. Yakni 2 Waketum Golkar; Agus Gumiwang Kartasasmita dan Bambang Soesatyo, politisi Golkar Bahlil Lahadalia, hingga Ridwan Kamil yang belum lama resmi berjaket Kuning.

Di antara banyak nama yang muncul, dukungan terhadap Airlangga untuk kembali memimpin Golkar makin kuat. Sejumlah DPD Golkar mulai terang-terangan bicara soal dukungannya kepada Airlangga.
Terbaru, dukungan dari Ketua DPD Golkar Sumatera Selatan Bobby Adhityo Rizaldi. Menurutnya, Menko Perekonomian itu berhasil menaikkan elektoral Golkar di pemilu 2024.

Oleh karena itu Anggota Komisi I DPR ini mengatakan semua kader solid dukung kepemimpinan Airlangga Hartarto. “Semua DPD Golkar fokus pada tugas mengawal hasil pileg, pilpres, dan menghadapi pilkada, juga solid mendukung kepemimpinan AH,” tegasnya.
Di sisi lain, pengamat politik dari Universitas Airlangga Prof Kacung Marijan menilai pemilihan Ketum Golkar sangat dinamis. Dia bilang, bisa saja orang luar partai jadi ketuanya, meskipun partai sudah punya sistem AD/ART yang mengatur siapa yang bisa jadi ketua umum.

“AD/ART sendiri kan bisa diubah oleh kongres. Jadi, untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu bisa saja AD/ART itu diubah,” nilainya saat dikontak Redaksi.

Hanya saja, Prof Kacung menyebut, mengingat banyaknya tokoh di internal Golkar juga difavoritkan menjadi ketua umum, maka diubahnya AD/ART tentu tidak mudah. Bakal ada perdebatan yang sangat sengit.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo