TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Drama Di Rumah Duren 3 Berakhir Klimaks

Oleh: US/AY
Rabu, 10 Agustus 2022 | 08:29 WIB
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat konferensi pers di Mabes Polri pada Selasa (9/8) malam. (Ist)
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat konferensi pers di Mabes Polri pada Selasa (9/8) malam. (Ist)

JAKARTA - Judul drama “Polisi Tembak Menembak Di Rumah Jenderal Polisi” yang hampir sebulan ini tayang, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, baik di televisi, radio, koran dan online, tamat dengan kesimpulan: drama itu hoaks! Karena judul yang benar adalah “Polisi Bunuh Polisi atas Perintah Jenderal Polisi”.

Judul yang pertama, dipastikan hasil karangan, skenario untuk mengamankan para pemerannya agar selamat dari pengadilan hukum dunia. Yang buat skenario seperti ini adalah Inspektur Jenderal (Irjen) Ferdy Sambo (FS). Ada bintang dua di pundaknya. Jabatan saat membuat skenario yaitu Kadiv Propam Polri. Waktu pembuatan skenarionya Jumat sore, 8 Juli 2022.

Sedangkan judul drama yang kedua sudah dipastikan kebenarannya. Karena bukan hasil skenario bohong-bohongan, tapi hasil penyelidikan ilmiah dan pemeriksaan saksi-saksi dan fakta-fakta yang dipimpin oleh 3 jenderal bintang tiga yaitu, Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono, Kabareskrim Komjen Agus Andrianto, dan Irwasum Komjen Agung Budi Maryoto.

Drama yang kedua, diungkap Selasa, 9 Agustus 2022 ba’da Magrib. Yang mengungkapnya adalah Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Ada 4 bintang di pundaknya. Jabatannya Kapolri.

Memang, peran dan lokasi “syutingnya” masih sama antara judul drama yang pertama dengan judul drama yang kedua. Pemeran utamanya: FS, J, E dan PC. Lokasinya: Komplek Polri, Jalan Saguling, Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Di judul pertama (Polisi Tembak Menembak Di Rumah Jenderal Polisi) yang bohongan itu, diceritakan, J tewas karena tembak menembak dengan E. J diduga mau melecehkan PC. PC teriak, terdengar oleh E. E dan J kemudian saling tembak. E nembak 5 kali. J nembak 7 kali. Hanya J yang tewas. FS dalam drama di judul pertama itu, tidak ada di lokasi “syuting”, karena sedang tes PCR.

Nah, di judul drama yang kedua (Polisi Bunuh Polisi Di Rumah Jenderal Polisi) yang beneran, bukan hoaks itu, semua peran para pemain utamanya itu, berubah drastis. Ternyata, J dan E tidak tembak menembak. Hanya E yang menembak J sampai J tewas. FS yang merupakan bos E, ternyata yang memerintahkan E menembak J. Ada peran lain yang disebut dalam drama di judul kedua ini, yaitu Brigadir Ricky Rizal (RR) yang merupakan ajudan FS, dan Kuat (K) sopir pribadi Putri Candrawathi. RR dan K ini perannya membantu dan menyaksikan E menembak J.

Bagaimana adegan E nembak J? Diceritakan, E nembak J pakai senjata RR. Jenisnya senjatanya: pistol Glock 17. Lalu, FS yang memerintahkan E nembak J, bikin skenario untuk mengaburkan kejadian seolah-olah telah terjadi saling tembak antara E dan J. Caranya, FS kemudian mengambil senjata J, lalu menembak beberapa kali ke arah tembok.

Ke mana PC dalam drama di judul kedua itu? Belum diceritakan. Motif apa FS nyuruh E nembak J? Juga belum diceritakan.

Yang pasti, akhir dari seaseon satu drama “Polisi Bunuh Polisi Di Rumah Jenderal Polisi” sudah sampai babak akhir dengan sangat-sangat klimak. Karena, FS sebagai pemeran1 utama kasus tewasnya Brigadir J, sudah ditetapkan sebagai tersangka dengan ancaman hukuman mati.1

Selain FS, E, RR dan K juga menyandang status yang sama: tersangka.

Lalu, seperti apa akhir FS, J, E, RR dan K? Kita saksikan drama selanjutnya di season dua. Kisah-kisahnya akan masih ditunggu-tunggu penonton. Karena masih banyak peran yang belum terlihat jelas dalam drama1 ini. Seperti, bagaimana nasib PC, juga puluhan anggota Polri yang diduga melanggar etika dalam kasus “polisi bunuh polisi di rumah jenderal polisi” itu. (rm id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo