TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Kuteks Asal Ciledug Tembus Pasar Luar Negeri, Omzet-nya Sangat Menggiurkan

Oleh: AY/BNN
Minggu, 04 September 2022 | 16:36 WIB
Kutek Henna asal Ciledug mampu menembus pasar luar negeri. Foto ; Istimewa
Kutek Henna asal Ciledug mampu menembus pasar luar negeri. Foto ; Istimewa

TANGERANG - Kesulitan melahirkan kreativitas. Itulah yang dirasakan oleh Dewi Susilawati. Kendala ekonomi membuat perempuan asal Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang akhirnya menemukan ide berjualan yang banyak dipergunakan oleh perempuan namun tidak musiman.


Setelah melakukan berbagai riset termasuk berselancar di dunia maya, Dewi menemui jawaban bahwa perempuan Indonesia menyukai memakai kuteks atau cat kuku.   “Kalau pakaian musiman, jual kacang-kacangan, kurma juga musiman ramai hanya di Ramadan saja, setelah dicari-cari ternyata perempuan Indonesia rata-rata suka pakai kutek di berbagai aktivitas, ternyata dalam Islam juga ada anjurannya. Nah dari situ saya terinspirasi untuk membuka usaha cat kuku,” ujar Dewi belum lama ini.


Dewi pun membuat terobosan cat kuku yang diciptakannya menjadi solusi bagi perempuan muslimah agar dapat menggunakan kuteks tetapi juga dapat beribadah salat. “Kalau kuteks itu base- nya cat, enggak nembus ketika kena air wudhu sehingga tidak sah untuk salat, nah saya racik kutek pakai henna yang bahan bakunya terbuat dari daun pacar,” ungkap Dewi.

“Sehingga perempuan dapat dua manfaat yaitu kukunya menjadi cantik sekaligus menjalankan sunnah sehingga dapat sehatnya dapat cantiknya dan enggak ribet ketika mau salat,” tambahnya lagi.


Dewi mengatakan, ilmu membuat kuteks henna didapatnya dari ahli henna ternama di Indonesia. Saat itu kebanyakan orang belajar untuk melukis henna. “Tetapi saya beda sendiri, datang untuk belajar membuat kuteks dari henna, dari kursus yang saya ikuti ditambah pengetahuan lainnya lalu saya mulai meracik sendiri kuteks henna,” kata dia.

Saat ini produk buatan Dewi menjadi pelopor kuteks henna di Indonesia yang telah memiliki sertifikasi halal dari MUI. Dengan 16 jenis warna yang diciptakan menjadikan produk Dewi bernama Queen Nail Henna sebagai kuteks Henna pertama dan satu-satunya di Indonesia yang memiliki pilihan warna terbanyak. “Orang taunya kuteks henna warna merah aja lalu berikutnya berbagai produsen mengeluarkan warna hitam, sementara produk kami sudah ada 16 pilihan warna,” katanya.

Dewi memanfaatkan jaringan agen produk herbal yang pernah dijalani sebelumnya untuk memasarkan kuteks henna buatannya. Dari jaringan tersebut produknya disambut antusias dengan terus meningkatnya pesanan. Saat ini Dewi telah memiliki 66 agen di seluruh Indonesia bahkan di berbagai negara di dunia.


“Pemasaran juga dilakukan melalui media sosial dan website yang terhubung ke nomor WA agar penjualan bisa meluas ke mancanegara, tak disangka banyak pesanan dari luar negeri,” kata Dewi. Dewi menceritakan pesanan dari luar negeri bermula menerima Direct Message (DM) Instagram dari konsumen Warga Negara Nigeria. “Awal pesan 100 botol lalu repeat order 100 ditambah minta 1.000 botol untuk dikirim ke Bostwana mulai dari situ muncul pesanan dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Inggris hingga Singapura,” ungkap Dewi.


Dewi menambahkan, kuteks Henna racikannya terbuat dari bahan baku daun pacar yang berasal dari India. Menurutnya daun pacar belum ada di Indonesia sehingga ia pun harus mengimpornya dari negara tersebut.

Tak hanya daun pacar, untuk memenuhi komponen produknya yaitu botol, Dewi harus mengimpornya dari salah satu negara di Asia. ” Di Indonesia belum ada pembuatnya, ada penjualnya tetapi mereka juga impor sehingga kalau kita beli di mereka harganya lebih mahal maka itu kami beli langsung dari produsennya,” ujar dia.


Sebanyak 16 jenis warna produk Queen Nail Henna diracik sendiri oleh Dewi di rumahnya. Dewi dibantu dua pegawai untuk melakukan pengemasan sementara sang suami membantu dari sektor administrasi dan perizinan produk.


Dewi mengaku ilmunya telah beberapa kali diturunkan kepada pegawai dan kerabatnya namun tetap saja hasilnya tak sama dengam racikannya. ” Padahal takarannya sama tetap aja ada yang beda entah keenceran dan lainnya, seperti membuat kue beda tangan beda rasa,” tuturnya.


Meski menjalani usaha dengan pesanan yang terus meningkat Dewi tetap bisa menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga dengan 7 orang anak. ” Sampai saat ini saya tidak punya ART, semuanya berjalan lancar kuncinya manajemen waktu,” ungkapnya.
Dewi menambahkan, pencapaiannya saat ini bukan proses yang mudah, ia mengaku pernah ditipu saat mengurus berbagai keperluan bisnisnya. Kemudian pencapaiannya diperoleh dari berbagai kegagalan yang dilaluinya dengan kerja keras, ketekunan dan terus berinovasi serta tidak lelah belajar. “Banyak yang menjalani usaha ketika gagal sekali lalu kapok itu sulit meraih hasil jadi memang butuh ketekunan,” katanya.


Dari hasil kerja keras dan ketekunannya, setiap bulan Dewi mampu memproduksi 500-1000 botol kutek henna dengan meraup omset mencapai ratusan juta per bulannya. “Maksimal pernah mencapai omset 150 juta, ini dengan catatan masih diracik sendiri dan hanya dibantu 2 orang pegawai produksi,” kata Dewi.


Dewi terus meningkatkan usahanya salah satunya dengan memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh BPPOM. ” Kutek Henna termasuk kosmetik kelas 1 jadi ada persyaratan yang harus dipenuhi dalam produksinya, sementara untuk halalnya sudah dapat dari MUI,” katanya.


Dewi mengatakan hingga saat ini permintaan dari berbagai negara semakin bertambah. Produknya pun pernah mau diklaim oleh pelaku usaha di luar negeri, untuk mensiasatinya Dewi memesan botol yang telah tercetak merek sehingga tidak bisa dipalsukan ataupun diklaim milik orang lain. “Di botol juga sudah dilengkapi tulisan Made In Indonesia agar konsumen dimanapun memgetahui bahwa Queen Nail Henna adalah produk buatan Indonesia,” tutupnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo