TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Pernyataan Menkes Soal Gaji Dan Lingkar Pinggang Menjadi Sorotan Publik

Reporter & Editor : AY
Selasa, 20 Mei 2025 | 10:44 WIB
Kegiatan olahraga Menkes Budi Gunadi Sadikin. Foto : Ist
Kegiatan olahraga Menkes Budi Gunadi Sadikin. Foto : Ist

JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin kembali menjadi sorotan publik usai melontarkan sejumlah pernyataan yang memicu kontroversi. Dalam beberapa kesempatan, Budi menyampaikan pandangan terkait kesehatan, ekonomi, hingga kebijakan medis yang dinilai sensitif oleh berbagai pihak.

 

Salah satu pernyataan Menkes Budi yang menyita perhatian publik disampaikan dalam sebuah acara di Jakarta Pusat pada Sabtu (17/5/2025). Dalam kesempatan tersebut, ia menekankan pentingnya peningkatan pendapatan masyarakat sebagai bagian dari strategi menuju Indonesia Emas 2045.

 

Namun, pernyataan yang mengaitkan penghasilan seseorang dengan tingkat kesehatan dan kecerdasannya dianggap menyudutkan kelompok berpenghasilan rendah.

 

Apa sih bedanya orang yang gajinya Rp 15 juta sama Rp 5 juta? Cuma dua: satu, pasti lebih sehat dan lebih pintar. Kalau dia nggak sehat dan nggak pintar, nggak mungkin gajinya Rp 15 juta, pasti Rp 5 juta," ujar Budi.

 

Pernyataan tersebut memicu reaksi keras dari sejumlah pihak yang menilai bahwa faktor kesehatan dan kecerdasan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pendapatan. Namun juga oleh akses terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan yang merata, yang seharusnya menjadi tanggung jawab Pemerintah untuk diwujudkan.

 

Kontroversi lain muncul dari pernyataan Menkes dalam acara peluncuran "Pasukan Putih Jakarta" pada Rabu (14/5/2025). Dalam pidatonya, ia menyinggung standar kesehatan berdasarkan ukuran lingkar pinggang, dan menyamakannya dengan ukuran celana jeans pria.

 

Menurut Budi, pria dengan ukuran celana di atas 33 sudah masuk kategori obesitas, dan disebut memiliki risiko kematian lebih tinggi. "Pokoknya laki-laki kalau beli celana jeans masih di atas 32-33. Ukurannya berapa? 34-33. Udah pasti obesitas. Itu menghadap Allah-nya lebih cepat dibandingkan yang celana jeansnya 32," ucapnya.

 

Pernyataan tersebut dinilai menggeneralisasi kondisi fisik dan dianggap kurang sensitif terhadap mereka yang memiliki kondisi tubuh berbeda akibat faktor genetik, metabolik, atau penyakit tertentu.

 

Lebih dari sekadar pernyataan personal, Menkes juga memaparkan rencana kebijakan besar yang memicu perdebatan di kalangan profesional medis. Salah satunya adalah wacana memperbolehkan dokter umum melakukan operasi caesar di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) yang kekurangan dokter spesialis.

 

Rencana ini disampaikan Budi saat menghadiri agenda di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. "Sesegera mungkin (regulasi berlaku). Kenapa? Karena yang kita omongkan nyawa. Masa soal nyawa kita mau tunggu," kata Budi.

 

Ia menegaskan, langkah ini diambil sebagai respons atas keterbatasan tenaga spesialis di banyak daerah Indonesia. Untuk menjamin kualitas tindakan medis, dokter umum di wilayah 3T akan diberikan pelatihan khusus di bidang kegawatdaruratan dan tindakan obstetri dasar.

 

Namun, sejumlah organisasi profesi dan pengamat kebijakan kesehatan menilai langkah ini berpotensi menurunkan standar pelayanan kesehatan dan menimbulkan risiko medis jika tidak dilakukan dengan pengawasan dan pelatihan yang ketat.

 

Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio menilai pernyataan Menkes Budi yang mengaitkan ukuran celana jeans 33-34 dengan obesitas dan risiko kematian lebih cepat secara komunikasi publik itu tidak tepat. 

 

"Pak Menkes ini kan sekarang jadi makhluk politik, maka setiap kali statementnya itu ada kaitannya dengan politik pastinya," ujar Hendri.

 

Menurutnya kasus Menkes itu menunjukkan perlunya kehati-hatian dalam berkomunikasi, terutama sebagai pejabat publik. "Sebagai Menteri Kesehatan, ya sudah, fokus saja menjalani fungsi sebagai Menteri Kesehatan, tidak menjadi paranormal, bahkan meramal kematian seseorang," tegasnya.

 

Lebih lanjut, ia menilai bahwa pemerintahan di bawah Presiden Prabowo Subianto kerap menghadapi kontroversi akibat penyampaian pesan atau komunikasi publik yang tidak tepat.

 

Hendri pun menyarankan agar pejabat lebih berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan agar tidak memicu salah tafsir atau polemik di masyarakat.

 

“Pak Prabowo sudah berpesan bahwa komunikasi publik para pejabat ini harus diperbaiki, maka seharusnya ini sudah tidak terulang lagi dan para pejabat pun harus hati-hati akan potensi slip of tongue karena publik saat ini semakin cerdas,” pungkas Hendri.

 

Belakangan ini pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin cukup menjadi sorotan. Apa tanggapan Anda?

 

Saya meminta Pak Menkes Budi tidak membuat gaduh publik dengan pernyataan-pernyataan yang kontroversial seperti akhir-akhir ini. Sebaiknya beliau lebih fokus meningkatkan kinerja dan menyelesaikan berbagai persoalan yang ada di Kementerian Kesehatan.

 

Pernyataan beliau soal kaitan antara gaji dan kesehatan menjadi sorotan. Bagaimana pandangan Anda?

 

Pernyataan itu tidak tepat dan tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Banyak orang yang bergaji lebih kecil justru lebih sehat dibandingkan mereka yang berpenghasilan besar. Gaji besar mungkin memudahkan seseorang mendapatkan layanan kesehatan yang lebih baik, tapi itu tidak menjamin mereka lebih sehat.

 

Apakah ada contoh nyata yang bisa menggambarkan hal tersebut?

 

Coba kita lihat masyarakat yang tinggal di desa. Banyak dari mereka yang hidup sehat walaupun penghasilan mereka kecil. Ini menunjukkan bahwa kesehatan tidak selalu bergantung pada besar kecilnya gaji.

 

Menkes juga menyampaikan pendapat soal hubungan antara gaji dan kepintaran seseorang. Apa pendapat Anda?

 

Itu juga tidak tepat. Tidak semua orang pintar itu bergaji besar. Banyak orang yang secara akademik pintar, tapi penghasilannya rendah. Apalagi di situasi sekarang, di mana banyak terjadi PHK dan sulit mencari pekerjaan. Sebaliknya, ada juga orang yang biasa-biasa saja dalam akademik, tapi sukses jadi pengusaha dan punya penghasilan besar.

 

Jadi, bagaimana sebaiknya sikap yang diambil oleh Menkes?

 

Saya menyarankan agar Pak Menkes berhenti membuat pernyataan kontroversial. Fokus saja menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi Kementerian Kesehatan. Masyarakat itu ingin pelayanan kesehatan yang baik, bukan pernyataan yang membingungkan. Pak Menkes hari ini sebaiknya lebih banyak mendengar daripada berkomentar.

Komentar:
ePaper Edisi 21 Mei 2025
Berita Populer
04
Ngadu Bedug Masuk Kalender Event Nasional

Pos Banten | 15 jam yang lalu

06
Pasca Panen, Warga Lebak Gelar Tabur Bunga

Pos Banten | 14 jam yang lalu

07
DPD FKP Tangsel Adakan Musda ke-III

TangselCity | 2 hari yang lalu

08
10
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit