TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

RELIJIUCITY

Indeks

Dewan Pers

Medsos Dilarang, Nepal Bergejolak

Gen Z Gulingkan Perdana Menteri

Reporter & Editor : AY
Rabu, 10 September 2025 | 15:01 WIB
Suasana mencekam di Nepal. Foto : Ist
Suasana mencekam di Nepal. Foto : Ist

NEPAL - Nepal memanas. Ribuan anak muda generasi Z turun ke jalan, menentang larangan media sosial yang belakangan berujung pada kerusuhan nasional. Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli akhirnya mundur, tetapi amarah di jalanan belum juga padam.

 

Bentrok berlangsung di Kathmandu, Selasa (9/9/2025). Gedung parlemen diserbu, kompleks perkantoran Singha Durbar yang menampung kantor perdana menteri dilalap api.

 

Rumah sejumlah politisi dibakar. Di Itahari, Biratnagar, Bharatpur, dan Pokhara, massa juga turun. Korban berjatuhan. Sedikitnya 19 orang tewas, ratusan lainnya luka-luka.

 

Semua orang terbang ke luar negeri untuk mencari kerja. Kami hidup dalam kemiskinan, jalanan rusak, pembangunan tidak ada karena politisi menyimpan uang di kantong mereka,” ujar Darshana Padal, 22 tahun, dilansir ABC, di tengah kepulan gas air mata.

 

Larangan Facebook, X, YouTube, dan WhatsApp dikeluarkan pemerintah sepekan lalu. Alasannya untuk mencegah penipuan dan ujaran kebencian. Namun, di mata anak muda Nepal, larangan itu menjadi simbol betapa jauhnya elite dari kehidupan rakyat.

 

Protes makin meluas. Polisi melepas gas air mata, peluru karet, hingga tembakan peluru tajam. Tentara dikerahkan. Malam hari, curfew diberlakukan, tetapi massa tetap bertahan. “Kami tidak ingin pengunduran dirinya. Kami ingin kepalanya,” teriak seorang pemuda di depan gedung parlemen.

 

Amarah yang tumpah bukan semata soal media sosial. Kekecewaan sudah lama menumpuk. Korupsi, nepotisme, dan ketimpangan sosial menjadi bahan bakar utama. Istilah nepo kids kini jadi ejekan di jalanan. Anak-anak politisi memamerkan pesta mewah, sementara per kapita rakyat Nepal hanya 1.400 dolar AS atau sekitar Rp 21,5 juta setahun.

 

“Pemimpin yang bisa memerintahkan pembunuhan mahasiswa adalah crime minister, bukan perdana menteri,” kata Mandeep, seorang demonstran lain.

 

Sejak monarki dihapus pada 2008, Nepal tak pernah benar-benar stabil. Koalisi jatuh bangun, partai politik dikuasai elite tua dan keluarganya. Aktivis sipil Dovan Rai menyebut mundurnya Oli “sedikit kelegaan”, tetapi tidak cukup. “Kami tidak tahu bagaimana ini akan berkembang, apakah menuju anarki atau krisis konstitusi,” ujarnya.

 

Di tengah suasana kacau, rumah pribadi Oli dibakar massa. Polisi kewalahan. Grafiti bertuliskan “KP chor, desh chhorh”—“Oli pencuri, tinggalkan negeri”—menempel di dinding parlemen. Konvoi sepeda motor berputar-putar di ibu kota dengan bendera berkibar.

 

Presiden Nepal kini tengah berupaya mencari pengganti. Karena, kekosongan di pucuk kekuasaan membuat situasi semakin genting. Tentara meminta warga menjaga ketertiban, karena aksi massa di jalanan masih terus bergolak.

Komentar:
ePaper Edisi 10 September 2025
Berita Populer
03
Pabrik Rokok Mulai Kurangi Karyawan

Nasional | 2 hari yang lalu

04
Hasil Demo

Opini | 1 hari yang lalu

05
Gudang Oli Di Slipi Terbakar

Nasional | 1 hari yang lalu

06
08
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit