Pasca Maraknya Kemasan Oplosan, Warga Lebih Pilih Beras Medium

JAKARTA - Warung Teteh, salah satu warung besar di Cawang, Otista Raya, Jakarta Timur, lebih lengang dari biasanya pada Kamis pagi (25/9/2025). Di rak khusus beras, sebagian besar kemasan beras premium masih tertata rapi. Nyaris tak tersentuh.
Beberapa pelanggan hanya melihat-lihat, tanpa membeli beras premium. Mereka memilih membeli yang harganya lebih terjangkau, beras medium.
Salah satu pembeli, Rina (38), warga Cawang, kaget dengan lonjakan harga yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Rina yang biasa membeli beras premium merek tertentu, kini terpaksa beralih ke jenis medium. Bagi Rina, selisih harganya cukup tinggi.
Biasanya saya beli beras premium yang harganya Rp 160.000-an per karung, isi 10 kilogram. Sekarang, sudah di atas Rp 172.000. Jadi, saya cari yang medium,” ujar Rina di warung ini, Kamis (25/9/2025).
Di tempat lain, pedagang beras di Toko Makassar, Cawang, Jakarta Timur, Hendra (45) mengatakan, harga dari pemasok memang naik. Para pedagang juga kesulitan karena pasokan dari sentra produksi belum kembali lancar.
“Dari gudang besar saja sudah naik, jadi kami tidak bisa jual murah. Banyak pelanggan mengeluh, kami jadi bingung,” kata Hendra di warungnya.
Dia menambahkan, para pedagang juga masih waspada terhadap kabar mengenai beras oplosan, yang sempat membuat masyarakat enggan membeli beras kemasan premium, karena takut tertipu.
“Kasus beras oplosan itu bikin pembeli jadi curiga. Kadang mereka tanya, ini asli apa palsu. Padahal, barang kami resmi,” tandasnya.
Lebih lanjut, sejumlah pedagang beras di pasar mengaku omzet penjualan anjlok dalam beberapa pekan terakhir, seiring naiknya harga dan peredaran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang lebih murah dibandingkan harga pasaran.
Pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengakui, harga beras premium dan sejumlah komoditas pangan strategis melonjak dalam beberapa pekan terakhir.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta Hasudungan Sidabalok menjelaskan, kenaikan harga beras premium dipicu gangguan distribusi, setelah maraknya kasus beras oplosan.
“Kenaikan harga beras premium disebabkan aktivitas distribusi beras masih dalam proses pemulihan, setelah maraknya kasus beras oplosan,” jelas Hasudungan melalui keterangan tertulis, Selasa (23/9/2025).
Dari hasil pemantauan yang dilakukan Dinas KPKP Jakarta, pada pekan ketiga September 2025, terjadi kenaikan harga antar-pekan pada komoditas pangan seperti hortikultura, peternakan dan beras.
Kenaikan harga pada komoditas hortikultura, lanjut Hasudungan, disebabkan terganggunya produksi akibat kondisi cuaca.
Meski harga beras premium sempat melonjak, menurutnya, pasokan beras dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) perlahan mulai stabil di pasar ritel modern.
Untuk mengatasi situasi ini, Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan berbagai langkah strategis dalam menjaga stabilitas harga pangan.
Melaksanakan pemantauan rutin terkait perkembangan harga dan ketersediaan pangan di pasar tradisional maupun retail modern, sebagai salah satu bentuk early warning system,” ujar Hasudungan.
Lebih lanjut, Pemprov juga menggelar program bantuan pangan murah bagi masyarakat tertentu. “Paket bahan pangan beras, daging ayam, telur ayam, daging sapi, ikan kembung dan susu UHT dengan harga hanya Rp 126.000 per paket,” katanya.
Pihaknya juga mendorong Pasar Jaya memperluas distribusi beras medium melalui gerai pangan, serta mengembangkan pertanian perkotaan, guna menekan ketergantungan pasokan dari luar daerah.
Upaya lain yang dilakukan adalah mengoptimalkan peran BUMD, seperti Perumda Pasar Jaya untuk mendistribusikan beras medium. “Melalui geraigerai pangannya di daratan maupun di kepulauan,” tandasnya.
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 20 jam yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu