Menko Pangan: Setelah Swasembada Beras, Saatnya Swasembada Protein
JAKARTA - Setelah sukses mencapai swasembada beras, Menko Pangan Zulkifli Hasan menargetkan, Indonesia bisa swasembada protein untuk meningkatkan kecerdasan rakyat.
Hal tersebut disampaikan Zulhas-sapaan Zulkifli Hasan-saat memperingati Hari Ikan Nasional di Sarinah, Jakarta Pusat, Minggu (23/11/2025). Ikut hadir dalam acara tersebut Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Sakti Trenggono.
"Tahun depan, kita harus swasembada protein," ujar Zulhas.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu menegaskan, pentingnya swasembada protein karena asupan protein berperan besar dalam meningkatkan kecerdasan bangsa, terutama generasi muda yang masih menempuh pendidikan. Ia menyebut, tingkat konsumsi protein harian terbukti berpengaruh terhadap rata-rata Intelligent Quotient (IQ) suatu negara.
Negara-negara maju, kata dia, memiliki IQ tinggi karena populasi mereka lebih dulu mengonsumsi pangan berprotein setiap hari. Karena itu, pemerintahan Prabowo–Gibran berkomitmen mencapai swasembada protein pada 2026.
"Harus swasembada, kemudian dihidangkan di meja anak-anak kita, dilatih agar cerdas. Dengan demikian gizinya dan IQ-nya berubah," kata Zulhas.
Dia juga meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meningkatkan produksi ikan sebagai salah satu sumber protein utama. "Makan ikan karena protein penting, menentukan peradaban Indonesia hari ini dan yang akan datang," pesannya.
Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) turut menyiapkan rangkaian kegiatan bertema Protein Ikan untuk Generasi Emas 2045.
Tema ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029 dan Astacita yang menekankan kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, serta penguatan ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.
Wakil Ketua Komisi IV DPR, Ahmad Yohan mengatakan, untuk mencapai target swasembada protein, Pemerintah perlu merumuskan strategi lintas sektor, terutama di bidang perikanan, peternakan, pangan, dan industri pengolahan.
Ia menegaskan Komisi IV DPR akan terus mengawasi dan mendukung kebijakan yang mengarah pada peningkatan produksi dalam negeri, penguatan infrastruktur dan teknologi, tata niaga, perlindungan pasar, penguatan UMKM dan Koperasi Desa Merah Putih, program gizi nasional, serta kolaborasi daerah.
"Sehingga swasembada pangan berdampak sistemik terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. Masyarakat, petani, nelayan, dan pelaku usaha pangan harus semakin sejahtera," pungkasnya.
Swasembada Beras
Target swasembada protein muncul setelah Pemerintah memastikan swasembada pangan dapat tercapai pada akhir tahun ini. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman telah melaporkan capaian tersebut kepada Presiden Prabowo.
"Kami laporkan tentang perkembangan pangan. Khusus untuk beras, Insyaallah, tanggal 31 Desember pukul 12.00, kalau tidak ada aral melintang, 30 hari lebih, Indonesia swasembada pangan. Itu pertama," kata Amran.
Amran menyebut capaian itu lebih cepat dari target awal Prabowo. Target swasembada semula dipatok empat tahun, lalu dipercepat menjadi tiga tahun 21 hari, dan kembali dipersingkat menjadi satu tahun.
"Ini adalah gagasan besar Bapak Presiden. Berkat dukungan penuh dari sisi regulasi dan pembiayaan, alhamdulillah kita capai dalam waktu singkat," ujarnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, berdasarkan Survei Kerangka Sampel Area (KSA), produksi beras nasional sepanjang Januari–Desember 2025 diperkirakan mencapai 34,77 juta ton, naik 4,15 juta ton dibandingkan 2024.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini menyebut, potensi produksi itu tumbuh 13,54 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan produksi beras mengikuti lonjakan produksi padi yang diperkirakan mencapai 60,34 juta ton gabah kering giling (GKG) atau naik 7,20 juta ton (13,55 persen) dibandingkan 2024. Peningkatan terbesar terjadi pada subround I (Januari–April 2025) yang tumbuh 26,54 persen.
Sementara, Pengurus Pusat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), Khudori menilai, kenaikan produksi dua digit tersebut sebagai prestasi luar biasa. "Sangat jarang produksi beras bisa naik lebih dari 5 persen. Karena itu, apresiasi perlu diberikan kepada Pemerintah," ujarnya.
Menurut Khudori, kenaikan produksi tahun ini dapat dijelaskan melalui tiga faktor. Pertama, low base effect, karena produksi beras 2024 merupakan yang terendah sejak 2018. Kedua, sumber daya Kementerian Pertanian, terutama anggaran dan SDM.
Ketiga, faktor alam. Sepanjang tahun ini hujan turun tanpa jeda, termasuk di sentra produksi padi. Lahan-lahan yang biasanya tidak bisa dioptimalkan, seperti sawah tadah hujan, dapat ditanami, sehingga luas panen naik 1,3 juta hektare atau 12,98 persen.
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Opini | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu


