TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Dampak Proyek Tol, 14 KK Warga Depok Terisolasi

Pemukiman Di Lereng Tol Dan Rawan Kena Bencana

Laporan: AY
Senin, 21 November 2022 | 10:57 WIB
Proges pembangunan Tol Cijago. (Ist)
Proges pembangunan Tol Cijago. (Ist)

DEPOK - Warga di Jalan Swadaya Buntu RT 6 RW 2, Limo, Depok, Jawa Barat, terkena dampak proyek jalan tol.

Pemukiman mereka terisolasi dan rawan terkena bencana. Pemerintah diharapkan secepatnya melakukan pembebasan lahan.

Khawatir, cemas, dan gelisah. Itulah yang dirasakan warga Jalan Swadaya Buntu RT 6 RW 2, Limo, Depok, Jawa Barat.

Daerah mereka terisolir terkena dampak proyek Tol Cinere-Jagorawi (Cijago) Seksi III. Keberlangsungan hidup mereka, hanya Tuhan yang tahu. Mengingat, bencana bisa datang kapan saja.

Pembangunan Tol Cijago Seksi III ini seperti bentuk garpu. Ada tiga ruas jalan. Di antara jalan tersebut, kabarnya akan digunakan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Dari rencana dua lokasi RTH, satu sudah dibebaskan. Yang satu lagi belum. Itu pemukiman warga Jalan Swadaya Buntu, yang dihuni 14 kepala keluarga (KK). Posisinya berada di tengah-tengah jalan tol.

Pembangunan tol yang menghubungkan Cijago dengan Depok Antasari (Desari) ini dikerjakan siang malam oleh PT Translingkar Kita Jaya (TLKJ). Ruas Tol ini salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang pekerjaannya dipantau Pemerintah Pusat. Akhir tahun ini, proyek ini ditargetkan selesai. Warga tersebut cemas hingga kini belum ada kabar pembebasan lahan.

“Info terakhir, pihak kelurahan mengungkapkan kami akan kena pembebasan lahan. Tapi, sampai saat ini belum ada sosialisasi terkait pembebasan lahan. Sangat bertolak belakang dengan ocehan percepatan para petinggi dari Pemerintah terkait,” keluh warga, Rizky Saputra di Depok, kemarin.

Dia mengungkapkan, tak hanya soal ganti rugi, warga cemas dengan masalah keamanan.

Letak rumah warga berada sekitar 12 meter di atas jalan tol masuk kategori rawan bencana. Jarak rumah sampai ke jurang, kurang lebih 4 meter.

“Getaran dari pembangunan yang dihasilkan berdampak pada bangunan warga. Belum lagi, ketika hujan datang, warga khawatir longsor,” ungkapnya.

Penerangan jalan yang minim dan sedikitnya jumlah penghuni membuat suasana malam semakin mencekam.

Kondisi itu membuat lokasi menjadi tempat muda-mudi nongkrong dan minum-minuman beralkohol. Bahkan, sempat ada dua kubu SMA janjian tawuran di pemukiman warga.

Mirisnya lagi, sampai saat ini belum ada tim dari Pemerintah yang meninjau warga Swadaya Buntu.

"Kami tunggu blusukan Pak Jokowi. Kami mau sampaikan cara kerja tim Pemerintah seperti ini,” keluh Rizky.

Warga lainnya, Junaidi mengaku rumahnya retak terkena dampak pembangunan jalan tol.

Warga lainnya, Jaenudin berharap mendapat kepastian dari Pemerintah soal pembebasan lahan.

“Kena atau tidak pembangunan, ya sosialisasikan saja. Kalau kena, kami mohon hak-hak kami tidak dikesampingkan. Dari sisi harga maupun waktu pembongkaran. Karena saya dengar di berita, target penyelesaiannya mau dipercepat,” tuturnya.

Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Group) coba mengkonfirmasi masalah tersebut ke pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Depok dan kontraktor.

Saat ditemui di Kelurahan Limo, salah satu pekerja BPN bernama Asti yang ada di lokasi mengaku belum mengetahui letak dan kondisi warga Jalan Swadaya Buntu.

“Sebaiknya warga bersurat saja ke BPN Depok. Nanti akan ditindaklanjuti,” jawab Asti.

Di tempat yang sama, salah satu pegawai PT TLKJ, Imam menyebut, lokasi yang dihuni warga Swadaya Buntu rencananya akan dibebaskan.

Namun, hal itu baru dapat dilakukan setelah penetapan lokasi (Penlok) keluar dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menerbitkan Surat Keputusan (SK) Gubernur.

“Sebenarnya, semua akan dibebaskan. Kita sedang proses di Penlok. Ada penambahan Penlok lah. Rumah warga (Swadaya Buntu) kena pembebasan,” jelas Imam.

Lalu, bagaimana progres Penlok tersebut? Imam belum bisa memastikan, kapan Penlok itu keluar.

"Kalau kita, sama BPN sebenarnya tidak mau berlama-lama. Cuma memang ada proses yang harus dilalui. Kami sudah kemana-mana. Sudah lapor ke KSP (Kantor Staf Presiden), Kemenko Marves,” pungkasnya.

Segera Tersambung

Jalan tol Cijago (Cinere-Jagorawi) seksi 3 bakal segera tersambung penuh. Kini sudah masuk tahap penyelesaian. Setelah operasi, mobilitas dari arah Bogor menuju Jakarta atau Tangerang bisa dilintasi hanya dalam waktu 45 menit saja.

Direktorat Jenderal (Ditjen) Binamarga Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (PUPR) dari akun TikTok resminya (pupr_binamarga) mengungkapkan bahwa saat ini proses pembangunan jalan tol Cijago yang menghubungkan Cinere dan Jagorawi sudah selesai sampai pada seksi 3.

Sebagaimana diketahui, jalan tol Cijago terbagi menjadi 3 seksi. Seksi 1, yang menghubungkan Jagorawi hingga Cisalak sudah terhubung sejak tahun 2012.

Kemudian, seksi 2, menghubungkan Cisalak hingga Kukusan sudah tersambung sejak tahun 2019. Dan pada tahun ini, akhirnya seksi 3 telah tersambung.

“Kalau semua sudah tersambung, kalian yang dari arah Bogor dan ingin beraktivitas ke arah Jakarta dan Tangerang, bisa melintas dengan waktu 45 menit. Hemat waktu bukan?” jelas Binamarga dikutip dari akun TikTok resmi PUPR Binamarga, Jumat (18/11/l).

Cinere-Jagorawi Seksi 3A Kukusan-Cinere sepanjang (3 Km) bisa dijajal saat liburan Natal dan Tahun baru. Sehingga ruas tol ini bisa melengkapi keseluruhan tol Cijago yang sudah beroperasi sebelumnya. Yakni pada Seksi 1 Jagorawi-Raya Bogor, seksi 2 Raya Bogor-Kukusan.

Penyelesaian konstruksi Tol Cijago Seksi 3 akan meningkatkan konektivitas Tol JORR II yang berdampak positif mengurangi kemacetan di pusat Kota Depok, memperlancar mobilitas warga dan mengurangi kemacetan di ruas tol lain.

Sumber berita rm.id :

https://rm.id/baca-berita/megapolitan/149589/dampak-proyek-tol-14-kk-warga-depok-terisolasi-pemukiman-di-lereng-tol-dan-rawan-kena-bencana

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo