Perang Lawan Hamas Rugikan Israel Hampir 1.000 T
Makin Dibenci, Popularitas PM Netanyahu Nyungsep

PALESTINA - Ketegangan di Jalur Gaza, Palestina, masih terasa, meski kesepakatan gencatan senjata antara Israel dengan Hamas sudah disepakati. Pasukan Israel bahkan masih sempat membom sebuah sekolah milik PBB dan area dekat Rumah Sakit Indonesia jelang pelaksanaan pertukaran tahanan, Jumat (24/11/2023).
Langkah semena-mena pasukan Israel ini membuat citra Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu buruk, tidak hanya di luar negeri, tapi juga di dalam negeri sendiri. Perintah Bibi --sapaan akrab Benjamin Netanyahu-- kepada pasukan Israel untuk terus membom wilayah yang diduga persembunyian Hamas, telah menewaskan belasan ribuan orang.
Di antara korban jiwa karena serangan Israel di Gaza, termasuk warga Israel yang disandera Hamas. Inilah yang membuat keluarga sandera geram.
Hasil jajak pendapat 16 November lalu menunjukkan, popularitas PM Netanyahu terjun bebas ke angka 4 persen. Mayoritas responden menyebut Netanyahu memiliki andil dalam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober kemarin.
“Dia (Netanyahu) berada di posisi yang sangat lemah dalam sejarah karier politiknya,” ujar Khaled Elgindy, pakar Urusan Palestina-Israel di Middle East Institute di Washington, DC, kepada Aljazeera, Minggu (19/11/2023).
Pada Jumat (23/11/2023), Israel menemukan setidaknya dua mayat tawanan berkewarganegaraan Israel. Mereka sebenarnya telah dibebaskan melalui upaya mediasi yang dipimpin oleh Qatar dan negara-negara lain.
Sejauh ini, para keluarga korban sandera Hamas menyebut bahwa Netanyahu dan kabinetnya tidak berbuat cukup untuk membebaskan warga mereka yang disandera Hamas. Bahkan Pemerintah tidak menyampaikan pesan apa pun kepada pihak keluarga.
“Komunikasi sangat buruk ketika menyangkut masalah para tawanan di Gaza,” sebut laporan Aljazeera, Jumat (24/11/2023).
Kerugian Israel
Serangan pasukan Israel yang membabi buta diprediksi akan merugikan perekonomian Negeri Zionis itu sebesar 48 miliar dolar AS, atau Rp 747 triliun selama tahun ini. Angka itu merupakan hasil analisa sebuah perusahaan konsultan keuangan Israel, Leader Capital Markets.
“Kemungkinan besar Israel akan menanggung dua pertiga dari total biaya perang. Sisanya ditanggung Amerika Serikat (AS) dalam bentuk bantuan militer,” ungkap laporan analisa tersebut.
Perkiraan ini lebih rendah dari sebelumnya, termasuk pengumuman baru-baru ini oleh Dewan Ekonomi Nasional Israel, yang memperkirakan kerugian akibat perang terhadap perekonomian Israel berpotensi mencapai 54 miliar dolar AS atau Rp 841 triliun.
Akhir Oktober lalu, Kementerian Keuangan Israel memperkirakan, kerugian ekonomi akibat perang tersebut adalah 270 juta dolar AS atau sekitar Rp 4,2 miliar per hari.
Leader Capital Markets mengutip Kepala Akuntan di Kementerian Keuangan Israel, Yali Rotenberg, yang menyebut, Israel tengah mencari dana tambahan untuk meneruskan operasional kenegaraan. Meski menerbitkan obligasi internasional melalui penempatan swasta melalui bank-bank Wall Street, seperti Goldman Sachs, Israel bergantung pada pasar lokal untuk menyerap sebagian besar kebutuhan pembiayaan mereka.
TangselCity | 1 hari yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
TangselCity | 22 jam yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu