TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Fahri Hamzah: Soal Curang Cuma Omdo

Oleh: Farhan
Kamis, 07 Desember 2023 | 09:32 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Pilpres 2024 dibayangi dugaan adanya kecurangan yang dilakukan penguasa. Tudingan itu bahkan aktif disuarakan dua pasangan Capres-Cawapres, yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Namun, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Paslon 02, Fahri Hamzah membantah itu semua. Kata dia, soal tudingan adanya kecurangan cuma omdo alias omong doang.

Bantahan itu diungkapkan Fahri saat menjadi bintang tamu Podcast Ngegas Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Group) yang dipandu wartawan senior Ujang Sunda dan Siswanto, kemarin. Eks Wakil Ketua DPR itu menilai, isu dugaan kecurangan sengaja dihembuskan Paslon lain yang terbukti tertinggal jauh secara elektabilitas oleh Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.

Fahri mengungkapkan, bila soal kecurangan ini, dirinya pernah berbicara dengan KPU dan Bawaslu. Kata dia, asalkan tidak ada petugas penyelenggara pemilu yang meninggal dunia, seperti Pemilu 2019 sebanyak 894 orang, Pemilu 2024 bisa dikatakan tanpa kecurangan.

“Saya menimbang nyawa itu yang paling penting,” kata Fahri.

Namun di lapangan, indisikasi adanya kecurangan itu begitu massif? Fahri menegaskan, Pilpres 2024 berbeda dengan 2019. Pilpres 2024 tidak mungkin lebih ekspresif menggunakan kontrol aparatur negara ketimbang Pilpres 2019.

Pada Pilpres lalu, semua elite politik, mulai dari partai politik (parpol), legislatif, dan eksekutif bergabung, mengontrol semua proses Pemilu yang saat itu Capresnya incumbent. Namun, Pilpres kali ini tidak diikuti incumbent. Sehingga proses check and balances lebih kuat. Terlebih, parpol pemenang Pemilu 2019 telah berbeda sikap dengan Pemerintah. “Sehingga nggak mungkin kecurangan,” cetus Fahri.

Waketum Partai Gelora ini mencontohkan kejadian yang dialami Butet Kartaredjasa. Ia heran sembilan tahun belakangan ini Butet tidak pernah komplain apapun. Namun, tiba-tiba teriak, mengaku diintimidasi dan menyebut layaknya orde baru.

“Kata Polisi dengan ringan, laporkan siapa yang mengganggu itu. Kan begitu saja. Jadi mekanisme check and balances jalan,” bebernya

Menurutnya, seluruh kontestan dan timnya tidak perlu membesar-besarkan. Apalagi khawatir terjadi kecurangan di Pilpres. Lagipula, saat ini media semakin bebas, podcast semakin menjamur, membahas hal-hal yang terjadi.

“Siapa yang bisa mengontrol podcast sekarang. Dulu ada satu TV, bisa ditelepon. ‘Eh kalau bisa jangan begitu lagi’. TV itu kemudian dengan redaksi rapat, tutup. Kalau sekarang mana ada,” ungkap Fahri.

Faktor lain yang membuat potensi kecurangan sulit terjadi, yakni mudahnya semua orang memantau dan memviralkan di media sosial. Salah satunya lewat video di TikTok. Orang bisa dengan mudah mengunggah video mengkritik menggunakan artificial intelligence, dan tidak ketahuan.

“Seolah-olah negara ini terlalu kuat untuk melakukan kecurangan dan sebagainya. Sudah nggak bisa. Ini sudah abad ke-21, sudah abadnya artificial intelligence. Sudah nggak bisa macam-macam. 

Menurutnya, seluruh kontestan dan timnya tidak perlu membesar-besarkan. Apalagi khawatir terjadi kecurangan di Pilpres. Lagipula, saat ini media semakin bebas, podcast semakin menjamur, membahas hal-hal yang terjadi.

“Siapa yang bisa mengontrol podcast sekarang. Dulu ada satu TV, bisa ditelepon. ‘Eh kalau bisa jangan begitu lagi’. TV itu kemudian dengan redaksi rapat, tutup. Kalau sekarang mana ada,” ungkap Fahri.

Faktor lain yang membuat potensi kecurangan sulit terjadi, yakni mudahnya semua orang memantau dan memviralkan di media sosial. Salah satunya lewat video di TikTok. Orang bisa dengan mudah mengunggah video mengkritik menggunakan artificial intelligence, dan tidak ketahuan.

“Seolah-olah negara ini terlalu kuat untuk melakukan kecurangan dan sebagainya. Sudah nggak bisa. Ini sudah abad ke-21, sudah abadnya artificial intelligence. Sudah nggak bisa macam-macam. Dugaan kecurangan ini gimmick saja,” tutur Fahri.

Wakil Ketua Umum Partai Gelora ini tak menampik, bila saat ini, Paslon 02 sudah dijadikan target sebagai musuh bersama dari 2 Paslon yang ada. Ini terjadi seiring dengan trend elektabilitas dari Paslon 02 yang terus nanjak. Sementara pihak lawan yang sudah pontang-panting, elektabilitasnya cenderung mentok.

Fahri lantas menyindir lihak lawan yang dianggapnya salah strategi dalam melakukan penyerangan. Tujuan penyerangan untuk melemahkan lawan, malah menjadi senjata makan tuan.

Kalau mau serang, jangan asal serang. Harus ada titik serangnya. Sekarang ini kan terjadi pada PDIP dan Ganjar. Semakin nyerang rupanya malah semakin turun,” sindir Fahri.

Ia mengatakan, iktikad Joko Widodo dan Prabowo membentuk koalisi terlalu kuat. Dalam sistem presidensial, kabinet itu dipimpin seorang presiden. Bahkan sampai pergantian presiden 20 Oktober 2024, presiden masih secara sah memimpin politik dalam dan luar negeri.

Dengan kondisi ini seharusnya, seorang yang ingin menjadi presiden harus datang ke Presiden. Pertama, menghadap dan mengatakan bahwa ingin melanjutkan pekerjaan. Kedua, datang dan menyatakan ingin melawan.

Namun yang terjadi, pihak yang bilang bersebrangan, tapi masih menjadi bagian dari pemerintahan. Menurutnya, itu omong kosong yang lucu.

“Sebenarnya kabinet ini milik Prabowo-Gibran. Yang di luar sana seharusnya gentlement. Semakin dia serang Pak Jokowi, semakin dia serang Pak Prabowo, dia jatuh sendiri. Karena publik mengidentifikasi dia ada di dalam,” tambah Fahri.

Menurut Fahri, sangat aneh bila parpol yang diketahui masih berada dalam perahu besar koalisi pemerintah, dengan bangga bilang bicara perubahan. Sementara semua proses untuk membuat kebijakan dari Pemerintah, pihak-pihak yang mengaku berseberangan masih berada di dalam.

“Makanya ngomong soal IKN (Ibu Kota Negara) mereka tidak kompak. Capresnya bilang A, Cawapresnya bilang B, partai pengusungnya lain lagi. Ini kan omong kosong semua,” semprot Fahri.

Terakhir, Fahri menegaskan bahwa Prabowo-Gibran merupakan yang paling ideal meneruskan yang baik, dan memperbaiki yang belum baik dari Pemerintahan Presiden Jokowi. Keduanya merupakan kelanjutan dari rekonsiliasi besar yang sudah dibangun Jokowi bersama Prabowo, pasca Pilpres 2019.

Dia lantas menyinggung soal IKN Nusantara yang menurutnya bagian dari upaya mencapai Indonesia Emas 2045. Mengingat dari sisi penduduj, di Jakarta sudah sesak. Baik pengusaha, legislatif, eksekutif, dan yudikatif berkumpul.

“Jadi sering loby, makanya banyak OTT. Terlalu sering ketemu, mall dimana-mana. Ketemu di situ sogok-menyogok,” bebernya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo